Home  »  News   »  
News

EMTEK Suntikkan Dana Total 432,69 Miliar Rupiah ke Bukalapak.com

[Foto: Bukalapak.com]
Pada Februari 2015 lalu, media ramai dengan pemberitaan investasi EMTEK ke Bukalapak.com (situs marketplace pesaing terdekat Tokopedia). Investasi ini diberitakan merupakan putaran pendanaan Series B. Namun berita-berita itu menyisakan pertanyaan berapa nilai investasi tersebut. Selain itu tidak banyak juga yang tahu jika sebenarnya itu adalah investasi EMTEK yang kedua kalinya di Bukalapak.

Menilik dari laporan tahunan 2015 EMTEK (Elang Mahkota Teknologi), sekarang kita bisa lihat dengan jelas seperti apa tahapan investasi mereka di Bukalapak, dan tentu saja berapa besar nilainya.

Investasi I

Sebelum EMTEK ikut menanamkan modal, Bukalapak sebenarnya sudah pernah mendapatkan pendanaan dari beberapa investor lain, di antaranya Batavia Incubator dan GREE Ventures di tahun 2012.

Selain itu di bulan Februari 2014 Bukalapak juga kembali mendapatkan investasi baru dari Aucfan, IREP, 500 Startups, and GREE Ventures. Investasi kali ini merupakan putaran pendanaan Series A.

Investasi II – Series B

Pada 6 November 2014 barulah EMTEK melalui anak perusahaannya KMK berinvestasi di Bukalapak dengan menanamkan modal sebesar Rp 29 miliar. Dengan investasi ini KMK mendapatkan saham baru Bukalapak dari PT Kreasi Online Indonesia (Suitmedia). Dengan investasi ini kepemilikan KMK atas saham Bukalapak adalah 19,68%. Dengan begitu maka valuasi Bukalapak di November 2014 adalah sekitar Rp 150 miliar.

*KMK: Kreatif Media Karya. Anak perusahaan EMTEK ini juga meluncurkan bisnis digital buatan mereka sendiri: Liputan6.com, Bintang.com, Vidio.com dan Bola.com

Catatan: Di tahun yang sama, Tokopedia juga mendapatkan investasi, nilainya sekitar Rp 1,3 triliun.

Investasi III

Pada 9 Januari 2015, KMK kembali berinvestasi di Bukalapak sebesar Rp 123,69 miliar. Dengan investasi ini KMK mendapatkan 948.121 lembar saham baru dan membuat kepemilikannya di Bukalapak menjadi 42,74%. Inilah yang dimaksud putaran pendanaan Series B yang ramai diberitakan pada bulan Februari 2015 itu.

Dengan investasi baru ini, maka valuasi Bukalapak di Januari 2015 menjadi sekitar Rp 430 miliar. Luar biasa dalam hitungan tak sampai 3 bulan, valuasi Bukalapak naik 2 kali lipat lebih.

Investasi IV

Di bulan Agustus 2015, KMK menambah lagi kepemilikan sahamnya di Bukalapak sebesar 351.959 lembar saham, sehingga total kepemilikan KMK atas Bukalapak menjadi 49,00%. Sayang laporan keuangan dari EMTEK ini tidak menyebutkan berapa dana yang dikeluarkan untuk pembelian tambahan saham ini.

Investasi V

Walaupun tidak mencatat berapa besar nilai pembelian tambahan lembar saham di Bukalapak pada Agustus 2015 itu, laporan ini mencatat bahwa pada November 2015 KMK dan Bukalapak menyepakati untuk menambah setoran modal baru sebesar Rp 280 miliar. Uang muka dari tambahan modal ini sudah disetorkan pada 13 November 2015 lalu dan pembayaran sisanya sudah dibayarkan pada Januari 2016 ini.

“Pada bulan Agustus 2015, KMK membeli 351.959 saham PT Bukalapak.com. Setelah pembelian tersebut kepemilikan KMK di PT Bukalapak.com naik menjadi 49,00%.

“Pada bulan November 2015, KMK telah mengadakan perjanjian dengan PT Bukalapak.com untuk melakukan penambahan setoran modal sebesar USD 20.000.000 atau setara dengan Rp 280 miliar.”


~ Laporan tahunan 2015 EMTEK (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk)

Jika Rp 280 miliar ini dianggap sebagai nilai pembelian tambahan kepemilikan saham KMK di Bukalapak, maka valuasi Bukalapak saat ini sudah menjadi sekitar Rp 3,1 triliun Rp 2,8 triliun. Jika ini benar, maka valuasi Bukalapak sudah naik 20 kali lipat dari valuasinya di tahun 2014 (Rp 150 miliar).

*Bagian ini merupakan asumsi saya, kami masih menunggu konfirmasi dari Corporate Secretary EMTEK untuk nilai pembelian saham terakhir ini.

Terlepas dari berapa valuasi Bukalapak saat ini, yang jelas KMK sudah membenamkan modal tidak sedikit ke Bukalapak. Hingga Januari 2016 lalu, total investasi KMK di Bukalapak sudah mencapai Rp 432,69 miliar.

[UPDATE 6 May 2016]

Koreksi, dengan asumi di atas harusnya valuasinya menjadi Rp 2,8 triliun, bukan Rp 3,1 triliun seperti yang saya sebutkan sebelumnya.

Darimana perhitungannya? Ini dihitung dari jumlah lembar saham terakhir yang dibeli EMTEK (351.959 lembar). Disebutkan dengan penambahan ini, EMTEK jadi memiliki 49% saham. 49% saham ini sama dengan 1.759.280 lembar saham. Perlu diingat, laporan ini tidak menyebutkan berapa total lembar saham Bukalapak. Sementara itu sudah umum jika sebuah startup selalu menerbitkan lembar saham baru ketika ada investasi masuk. Tapi dari data ini tentu saja bisa dihitung.

Jika 1.759.280 lembar saham adalah 49% kepemilikan, maka jumlah total keseluruhan saham Bukalapak seharusnya 3.590.367 (dengan pembulatan).

Dengan asumsi Rp 280 miliar (Investasi V) tadi saya asumsikan untuk membeli 351.959 lembar saham, maka harga per lembar sahamnya adalah Rp 795.547. Dengan begitu maka nilai 100% sahamnya (alias valuasinya) menjadi sekitar Rp 2,8 triliun.

Masih Merugi

Seperti banyak startup-startup lain yang masih dalam tahap pertumbuhan, Bukalapak pun tercatat masih merugi. Walaupun berhasil membukukan pemasukan sebesar Rp 6,4 miliar sepanjang tahun 2015, Bukalapak juga mencatat total kerugian Rp 229 miliar. Jadi jelas hingga sekarang Bukalapak masih belum menghasilkan profit.

Dilihat dari pandangan bisnis tradisional sih angka ini jelas tidak bagus. Tetapi dalam dunia startup, hal ini sudah lumrah. Startup biasanya tidak fokus mencari profit di awal-awal masa perkembangannya, dan ini bisa berlangsung hingga 10 tahun (contoh: Amazon.com). Mungkin itu sebabanya ada yang pernah bilang “Kalau mau cepat dapat profit, jual gorengan aja, jangan bikin startup.”

Sesama Karya Anak Bangsa

Sudah jelas kini ada dua pemain besar Indonesia di bisnis ini, Bukalapak dan Tokopedia. Tetapi seperti diuraikan di atas, sepertinya Tokopedia memiliki kocek yang lebih dalam saat ini. Terlebih baru-baru ini dikabarkan Tokopedia kembali mendapatkan investasi senilai hampir Rp 2 triliun -walaupun tanpa ada konfirmasi dari pihak Tokopedia dan detail nilai valuasinya.

Bersaing head to head tentunya membuat mereka harus kreatif dalam strategi pemasarannya. Bagi saya pribadi strategi marketing Tokopedia terlihat lebih elok. Mereka fokus pada pemasaran dengan konsep kreatif dengan memilih bintang iklan yang pas, tanpa perlu berlebihan menjual “karya anak bangsa”.

Bukalapak menurut saya kampanyenya kurang elok. Mereka menjual tagline “Pahlawan UKM”, dengan nuansa ala-ala nasionalisme dan bela negara. Mirip dengan Go-Jek yang terus menerus “jualan” tagline “karya anak bangsa”. Padahal menurut saya tagline “Pahlawan UKM” ini tidak pas.

Menurut Bukalapak, mereka yang disebut “Pahlawan UKM” ini adalah pengguna yang mau membeli dagangan UKM di Bukalapak. Padahal terakhir saya cek di KBBI, arti pahlawan itu adalah PEMBELA kebenaran, bukan PEMBELI.

Terlepas dari berapapun nilai investasi, valuasi dan strategi pemasaran mereka, semoga nantinya baik Bukalapak maupun Tokopedia tidak sekadar exit dengan IPO atau akuisisi, tetapi tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan.

Link terkait: Geliat EMTEK di Bisnis Digital di Indonesia