Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

3 Cara Mengelola Gaji Untuk Investasi

Berapa gaji Anda saat ini? Anda yang sudah bekerja akan mudah menjawab pertanyaan tersebut. Tapi jika kemudian ditanyakan, berapa gaji yang Anda investasikan setiap bulan? Jawaban beraneka ragam mungkin akan muncul. Bahkan tak jarang gaji habis sebelum akhir bulan sehingga tak ada uang yang diinvestasikan. Coba saja ketik kata “gaji bulanan habis” di mesin pencari di internet. Jumlah kata yang terkait mencapai puluhan hingga ratusan ribu! Sungguh disayangkan jika gaji habis begitu saja. Padahal jika tahu cara mengelola gaji yang tepat, uang bisa bertumbuh dan akhirnya menghasilkan kesejahteraan.

Menurut perencana keuangan Prita Ghozie, salah satu penyebab gaji cepat habis adalah karena orang tidak bisa membedakan simpanan, tabungan, dan investasi. Akibat gaji dibayarkan melalui rekening bank, maka uang jadi diambil terus. Kebanyakan orang menganggap tabungan dari hasil gaji itu adalah simpanan, sehingga merasa harus habis setiap bulannya. Untuk mengatasinya, Prita menyarankan untuk segera membagi gaji ke dalam tiga rekening berbeda. Pertama untuk living, yakni pengeluaran rutin bulanan. Kedua adalah saving untuk alokasi rutin menabung dan investasi, sehingga dari awal gaji sudah ada yang disisihkan untuk tabungan atau investasi, dan bukan dari uang sisa bulanan. Ketiga adalah playing, yakni untuk pengeluaran seperti hiburan, liburan, hadiah, atau aktivitas sosial (kompas.com, 11 Juni 2013).

Hanya saja meskipun sudah sadar untuk membagi keuangan menjadi beberapa pos pengeluaran, kadang orang justru melakukan kesalahan saat berinvestasi. Hal ini seperti yang diungkap oleh perencana keuangan Aidil Akbar. Ia mengatakan kesadaran berinvestasi sudah mulai bertumbuh, tapi justru saat berinvestasi malah melakukan beberapa hal yang berpotensi mengurangi potensi keuntungan. Beberapa kesalahan yang diungkap Aidil di antaranya (aidilakbar.com, 24 Maret 2015):

  • Berinvestasi lebih cepat

Aidil mengatakan banyak orang Indonesia yang hobi menunda investasi. Padahal menurut Aidil, jika rutin investasi lebih cepat, hasilnya juga akan lebih banyak.

  • Investasi terlalu sedikit

Aidil mengatakan banyak orang yang tidak keberatan belanja ratusan ribu tapi begitu disuruh berinvestasi terlalu banyak berpikir. Padahal, dengan menambah sedikit saja, perbedaan hasil investasinya bisa signifikan.

  • Terlalu agresif berinvestasi

Menurut Aidil Akbar, banyak orang yang karena mengejar ingin cepat untung, jadi terlalu agresif dalam menginvestasikan uangnya tanpa memikirkan bahwa peluang mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi biasanya berarti juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Akibatnya banyak yang malah kemudian terjebak dalam skema investasi bodong (tidak jelas) karena janji bagi hasil yang sangat tinggi dan malah berakhir dengan kerugian.

Bijak Dalam Berinvestasi

Melihat berbagai kesalahan yang diungkap Aidil Akbar, ada baiknya orang melihat kembali cara berinvestasi yang bijak dan sesuai dengan kebutuhannya. Jangan karena melihat orang lain lebih cepat sukses saat berinvestasi pada satu bidang, kemudian segera mengikuti tanpa berusaha mencari informasi yang lebih detail terkait investasi tersebut.


Untuk itu, agar Anda mempunyai cara mengelola gaji yang bijak untuk berinvestasi, perencana keuangan Sari Insaniwati mengatakan setidaknya ada tiga pertanyaan yang perlu diajukan pada diri sendiri. Pertama, berapa banyak uang yang dimiliki? Yang dimaksud uang ini adalah “dana menganggur” yang memang dialokasikan untuk investasi. Kedua, apa tujuan investasi Anda? Tujuan yang jelas akan membantu seseorang bisa memilih investasi jenis apa yang sesuai. Ketiga, berapa kuat komitmen untuk berinvestasi? Sebab menurut Sari Insaniwati, berinvestasi adalah menunda kesenangan saat ini untuk kesenangan yang lebih besar di masa depan (okezone.com, 8 Februari 2015).

Jika Anda sudah bisa mengukur kesiapan diri untuk berinvestasi dengan ketiga pertanyaan tersebut, Anda mungkin akan mulai mencari-cari, investasi apa yang paling sesuai dengan Anda. Menurut Prita Ghozie, ada baiknya berinvestasi selalu memperhatikan tujuan keuangan, apakah jangka pendek, menengah, atau panjang. Jika jangka pendek, Prita menyarankan untuk berinvestasi di deposito. Untuk jangka menengah ia menyarankan berinvestasi di obligasi dengan catatan imbal hasilnya masih di atas deposito, sedangkan untuk jangka panjang ia menganjurkan berinvestasi dengan reksa dana saham. Selain itu, jika ingin berinvestasi ke emas, dianjurkan hanya sebagai bentuk diversifikasi saja (liputan6.com, 26 Januari 2014).

Untuk lebih mengetahui investasi sebagai cara mengelola gaji yang sesuai kebutuhan Anda, berikut beberapa jenis investasi tersebut:

1. Reksadana

Menurut Prita Ghozie, reksadana dapat dibeli secara online melalui situs perusahaan sekuritas atau dapat dibeli melalui agen penjual, misalnya di bank. Biasanya dana yang dibutuhkan minimal Rp100 ribu per bulan. Yang perlu dipertimbangkan adalah apakah Anda termasuk tipe investor yang konservatif (penabung tulen), moderat (menengah), atau cenderung agresif. Untuk ketiga sifat ini akan menentukan bagaimana profil risiko terhadap dana yang Anda tanam melalui reksadana (zapfinance.com, 23 Juni 2015).

2. Emas

Emas adalah salah satu produk investasi yang cenderung mudah dijual kembali. Namun nilainya sering berubah meski cenderung naik saat produk investasi lain atau pasar uang tidak stabil. Karena itu menurut Prita Ghozie, jika ingin berinvestasi emas, jangan dijadikan sebagai investasi jangka pendek. Selain itu, ia juga menyarankan untuk berinvestasi emas dalam bentuk batangan yang di pasaran ukurannya biasanya antara 1 hingga 100 gram. Prita juga menyarankan, demi alasan keamanan akan lebih baik menyimpan emas di safe deposit box (kotak penyimpan barang berharga di bank) (metrotvnews.com, 2 Agustus 2013).

3. Bisnis

Salah satu investasi yang juga bisa Anda coba adalah dengan berbisnis. Namun jika berbisnis perlu disadari bahwa ada banyak hal yang perlu diatur agar bisnis tidak merugi. Sari Insaniwati menyarankan bahwa saat berbisnis jangan hanya melihat tren, tapi cari bisnis yang punya kecenderungan bisa bertahan lama. Ia juga menganjurkan untuk melakukan survei seperti lokasi dan potensi pasarnya seperti apa. Selain itu, usahakan juga agar bisnis Anda punya konsep yang jelas dan unik (okezone.com, 8 Februari 2015).

Semoga dengan berbagai pertimbangan tersebut, Anda bisa semakin bijak berinvestasi dengan gaji yang Anda miliki.

Sebarkan artikel ini melalui fitur media sosial dan bagikan pengalaman Anda mengelola gaji untuk investasi melalui kolom di bawah ini.