Home  »  Opinion   »  
Opinion

3 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Seorang Non-Tech Founder

[Foto: pixabay.com]
Ada sebuah mitos yang beredar di masyarakat bahwa untuk menjadi founder sebuah startup, seseorang harus berasal dari background ilmu komputer atau teknologi informasi. Meski sebagian founder startup-startup populer di seluruh dunia memang memiliki background ilmu di bidang teknologi, tetapi sebenarnya hal ini tidak menutup kemungkinan kamu yang non-IT juga bisa menjadi founder sebuah startup.

Di Indonesia misalnya, kita tentu tidak asing dengan nama Muhammad Alfatih Timur, founder sekaligus CEO dari KitaBisa.com, sebuah platform untuk crowdfunding paling populer di Indonesia. M. Alfatih Timur merupakan alumni UI dengan background ilmu manajemen dan sama sekali tidak memiliki pengalaman sebagai developer sebelum mendirikan KitaBisa.com. Tapi akhirnya dengan kolaborasi dan kerja keras, Alfatih mampu mewujudkan sebuah startup yang berkembang pesat dan diterima oleh masyarakat.

Apa yang dialami oleh Alfatih bisa saja terjadi pada Anda yang tidak memiliki pengalaman sebagai developer tetapi ingin membangun startup. Yang perlu Anda lakukan hanyala menghilangkan berbagai kebiasaan-kebiasaan ini sebagai founder.

1. Mencoba merekrut developer dengan harga paling murah

Sebagai seorang founder non-tech yang ingin membangun startup, keberadaan developer tentu saja sangat penting bagi kelangsungan bisnis Anda. Di satu sisi bisa dikatakan kebutuhan akan developer ini tak bisa lagi terelakkan. Namun, di sisi lain Anda menyadari sebagai usaha rintisan, startup Anda tidak memiliki cukup modal untuk menghire developer yang harganya tidak pernah murah. Maka tak jarang, sebagai jalan keluarnya, para founder non-tech ini memutuskan untuk menghire developer dengan harga yang paling murah.


Di era keterbukaan teknologi ini, Anda tentu saja mendapatkan apapun yang Anda inginkan jika mau membayar. Namun, yang perlu diketahui juga adalah harga yang Anda bayangkan selalu sebanding dengan apa yang Anda dapatkan. Membayar developer dengan harga termurah bukanlah suatu hal yang seharusnya Anda lakukan. Hal itu dikarenakan meski akhirnya memang menghasilkan suatu produk, produk tersebut tidak akan bertahan lama dan tidak siap untuk diajak berkembang. Tentu saja ini akan jadi keputusan yang pada akhirnya justru merugikan alih-alih menghemat pengeluaran.

2. Terburu-buru merekrut tech-person sebagai co-founder

Mencari co-founder sama halnya seperti mencari pasangan. Anda akan dihadapkan pada hari-hari bersama, melakukan kerja-kerja bersama, dan itu berlangsung untuk selamanya. Itulah sebabnya proses mencari co-founder ini tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Anda harus mengenal satu sama lain sebelum akhirnya merasa benar-benar cocok untuk menjadi “pasangan”.

Jika Anda memutuskan menghire co-founder dari tech-person agar bisa sesegera mungkin membangun produk, hal ini mungkin bukanlah keputusan yang baik. Alangkah baiknya jika Anda mencoba membuat produk “versi Anda sendiri” sambil terus mencari orang yang benar-benar cocok. Anda tidak boleh terburu-buru hanya karena ingin produknya segera jadi. Yang perlu Anda lakukan adalah berusaha sendiri dengan apa yang Anda bisa dan biarkan proses mencari co-founder ini berjalan dengan alokasi waktu yang cukup.

3. Merasa Anda tidak berguna

Jangan hanya karena Anda tidak bisa coding, lantas Anda berpikir keberadaan Anda tidak berguna dalam sebuah startup. Sesungguhnya, startup yang ideal memiliki berbagai komponen yang tidak hanya diisi oleh orang-orang dengan background pendidikan di bidang teknologi. Merasa diri Anda tidak berguna adalah hal yang sangat tidak boleh Anda lakukan sebagai seorang founder. Sebab, sebagai seorang founder, Anda adalah otak dari startup ini.

Jika Anda sendiri tidak yakin dengan diri sendiri, bisa dipastikan startup Anda tidak akan bisa diwujudkan. Maka, hal pertama yang harus Anda yakini adalah Anda berguna di sini dan keberadaan Anda penting. Sembari mendapatkan orang yang bisa memujudkan ide Anda ke dalam sebuah produk, Anda bisa mulai mencicil berbagai proses lain seperti melakukan riset pasar dan mencari tahu problem utama yang ingin Anda selesaikan melalui teknologi.