Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

4 Cara Menghindarkan Millennial Resign dari Startup

[Foto: pixabay.com]
Mempertahan karyawan terbaik untuk tidak resign dari kantor memang menjadi tantangan tersendiri, terlebih bagi perusahaan yang baru berkembang alias startup. Kita umumnya tahu bahwa startup di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, didominasi oleh pekerja-pekerjanya yang datang dari generasi millennial. Mereka masih sangat muda dan banyak riset yang menunjukkan bahwa angkatan kerja dari generasi ini memang memiliki dinamika yang cukup menarik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa para millennial ini umumnya hanya bertahan sekitar tiga tahun dalam satu pekerjaannya. Mereka adalah tipikal yang mudah sekali bosan dan cenderung berpindah-pindah pekerjaan untuk menghindari rasa jenuhnya itu. Oleh karenanya, memang diperlukan cara-cara tersendiri agar karyawan-karyawan terbaik yang dimiliki oleh startup ini tidak mudah keluar dari tempatnya yang sekarang.

Millennial dilahirkan dalam era yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka dididik dengan cara yang berbeda. Sebab itu pula mereka tumbuh sangat berbeda. Mereka memiliki motivasi hidup yang berbeda, serta cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuannya. Bekerja dalam pandangan para millennial tidak lagi soal transaksi di mana mereka memiliki keahlian lalu keahlian tersebut dibayar dengan harga tertentu. Lebih dari itu, apa yang mereka cari adalah nilai.


1. Buatlah pekerjaan sebagai bagian dari hidup mereka

Pekerja dari generasi millennial tumbuh dengan media sosial yang sangat populer. Mereka umumnya memiliki kebiasaan narsis dan gemar pada kehidupan berbagi. Kehidupan para millennial tidak terlepas dari internet dan dunia maya yang identik dengan kebebasan mengekspresikan diri. Nilai inilah yang akhirnya mereka bawa bahkan hingga ke pekerjaan. Solusi terbaik agar mereka betah dengan pekerjaan mereka adalah dengan mendesain ekosistem yang sejalan dengan kehidupan sosial mereka.

Kantor dengan sistem open office yang tanpa sekat hingga model-model playground seperti Google merupakan dambaan bagi para millennial. Tak hanya dari segi fisik, mereka pun menginginkan ekosistem yang memungkinkan mereka untuk bebas berekspresi. Maka solusi terbaik yang bisa ditawarkan adalah dengan membuat iklim kantor seperti tidak ada sekat, termasuk antara bos dengan mereka.

2. Beri mereka visi

Millennial yang bekerja di startup umumnya memiliki karakteristik lebih percaya diri dibanding mereka yang memilih karir konvensional. Meski terkesan naif bagi sebagian orang, tetapi mereka memang memiliki berbagai mimpi besar di kepalanya. Terutama menyangkut apa yang sedang dikerjakan. Memberi mereka visi mengenai apa yang para founder cita-citakan melalui startup ini akan membantu mereka untuk semakin percaya pada apa yang dikerjakannya. Tak heran jika kemudian kita akan sering mendengar cerita karyawan startup ini rela bekerja belasan jam tiap hari. Sebab mereka memang umumnya tertarik bekerja di startup karena cita-cita besar yang sama.

3. Beri mereka mentor yang bisa membimbing

Bekerja bagi para millennial tak hanya sekadar rutinitas berangkat pagi-pulang sore-akhir bulan gajian. Lebih dari itu, mereka berharap mendapatkan sesuatu yang mengembangkan kapasitas dirinya. Millennial biasanya tertarik bekerja di startup dengan harapan akan bisa belajar langsung dari para founder yang juga bosnya. Umumnya mereka berharap akan mendapatkan ilmu dan bimbingan dari para bosnya, alih-alih hanya serangkaian instruksi dan tumpukan pekerjaan.

4. Persiapkan mereka menjadi pemimpin

Sejalan dengan cita-cita para millennial yang ingin ‘belajar’ di tempat kerja, para bos sudah semestinya memiliki kesadaran bahwa kelak mereka inilah yang akan menjadi ujung tombak pergerakan startup di Indonesia. Maka, cara yang paling tepat adalah dengan menyiapkan mereka menjadi pemimpin. Beri mereka nilai-nilai yang akan berguna ke depannya jika mereka menjadi pimpinan. Sebab dengan apapun yang mereka miliki sekarang, mereka sangat potensial untuk menjadi bintang ke depannya.