Home  »  Opinion   »  
Opinion

4 Prinsip dalam Startup dengan Jam Kerja Fleksibel

[Foto: pixabay.com]
Jam kerja yang fleksibel sedang menjadi tren di dunia industri. Tak hanya dalam startup, perusahaan-perusahaan raksasa seperti Google dan Microsoft juga menerapkan sistem kerja seperti ini dalam perusahaannya. Seolah menepis anggapan bahwa tanpa aturan yang ketat produktivitas karyawan akan menurun, kedua raksasa teknologi tersebut membuktikannya. Seperti yang kita tahu, Google merupakan salah satu perusahaan dengan tingkat kreativitas dan inovasi yang paling tinggi di dunia.

Ada banyak hal yang menjadi penyebab mengapa model bekerja fleksibel ini kini tengah diminati. Masalahnya tak jauh-jauh dari gempuran angkatan kerja yang notabene didominasi generasi millennial. Telah banyak dijelaskan bahwa angkatan kerja dari generasi ini bisa dikatakan sebagai angkatan kerja yang unik. Mereka bosan dengan rutininas, menyukai tantangan, tetapi di satu sisi cepat menyerah untuk sesuatu yang dianggapkan terlalu sulit. Jam kantor yang kaku menjadi satu musuh besar yang dihindari sebagian besar angkatan kerja dari generasi millennial.

Itu sebabnya kini banyak perusahaan yang akhirnya menerapkan aturan jam kerja yang fleksibel kepada karyawannya, tak terkecuali startup-startup yang baru bermunculan. Dengan menerapkan aturan demikian, harapannya karyawan dapat lebih bebas dalam mengatur jam kerjanya sendiri dan berimbas pada produktivitas yang meningkat.

Akan tetapi, meski memiliki jam kerja yang fleksibel, bagaimanapun sebuah startup harus memiliki aturan yang menjadi KPI dari kinerja para karyawaannya. Bila startup Anda juga merupakan salah satu yang menerapkan aturan jam kerja fleksibel, beberapa tips berikut ini mungkin bisa dapat membantu untuk mengatur model jam kerja fleksibel di perusahaan Anda.


1. Identifikasi tiap-tiap kebutuhan dari jobdesc di kantor

Mengidentifikasi setiap kebutuhan dari jobdesc di kantor menjadi satu hal yang wajib dilakukan oleh startup yang menerapkan aturan jam kerja fleksibel. Hal ini menyangkut pada apa saja yang perlu untuk dikerjakan dan tidak perlu dikerjakan. Dalam hal menyusun daftar pekerjaan ini, Anda juga harus menentukan prioritas masing-masing, mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa dikesampingkan.

Selain itu, dalam kerja-kerja di startup, tentu kita semua tahu bahwa kolaborasi dan kerja tim adalah satu hal mutlak. Dengan menyusun semua kebutuhan dari masing-masing, kerja tim akan tetap bisa jalan meski tidak setiap hari bisa bertemu dan koordinasi pun akan lebih mudah jika satu sama lain sudah memahami apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-masing pekerjaannya.

2. Tentukan aturan dan tujuan

Bekerja dengan jam fleksibel bukan berarti bebas bekerja. Di sini, goals untuk masing-masing pekerjaan tetap ada. Seorang yang bekerja secara nomaden atau remote tetap memiliki target-target tertentu yang harus dipenuhi. Itulah kenapa peraturan sangat diperlukan dalam hal ini. Misalnya saja, meski bebas mengerjakan kapanpun, dalam sehari paling tidak seseorang menghabiskan 8 jam untuk konsentrasi pada pekerjaan. Startup juga harus memiliki tujuan-tujuan terhadap semua pekerjaan yang dilakukan employeenya. Dengan demikian hasil pekerjaan masih bisa terukur ada standar untuk menilai apakah pekerjaan tersebut terselesaikan dengan baik atau tidak.

3. Mulailah dari hal kecil

Prinsip ini barangkali berlaku untuk semua hal, tak cuma dalam bisnis. Untuk memulai menerapkan sistem bekerja fleksibel, kita tidak bisa semata-mata langsung membiarkan semua orang bekerja sendiri-sendiri. Bagaimanapun tidak semua orang paham bagaimana bekerja sendiri tanpa pengarahan. Oleh karena itu sesekali masih harus diperlukan meeting ataupun kantor sementara sebelum akhirnya setiap orang bekerja remote dan fleksibel.

4. Trust your people

Kepercayaan menjadi satu faktor penting bagi setiap startup yang menerapkan aturan bekerja secara fleksibel. Kepercayaan ini harus diraih dari kedua pihak satu sama lain. Tujuannya adalah agar tidak ada pasangka dan perasaan iri bahwa orang lain akan bersantai sementara dirinya sendiri bekerja keras. Dengan saling percaya, kekuatan tim akan terbangun dan dengan begitu sistem kerja dengan jam fleksibel pun bisa berjalan dengan baik.