Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

4 Tips Wujudkan Kolaborasi Harmonis Designer dan Developer

[Foto: pixabay.com]
Pekerjaan sebagai UI/UX designer tidak terlepas dari tuntutan untuk berkolaborasi dengan para developer. Entah untuk produk sejenis website atau aplikasi, keduanya sama-sama memerlukan hubungan yang harmonis antara designer yang membuat konsep artistik sehingga produk dapat diterima oleh user serta developer yang membubuhinya dengan teknologi sehingga memungkinkan produk tersebut berfungsi dengan maksimal sesuai keinginan user.

Dalam sebuah tim di sebuah startup, kolaborasi memang menjadi kunci penting untuk mencapai kesuksesan. Tanpa kolaborasi, rasanya startup tidak mungkin dapat terwujud. Termasuk juga pada kerja-kerja designer dan developer. Oleh karena itu berbagai cara untuk mewujudkan keharmonisan di antara keduanya dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Mindset dan value yang sejalan

Mindset memegang peranan penting dalam sebuah tim. Hal itu dikarenakan tanpa adanya pola pikir yang sejalan, kolaborasi akan berjalan sangat susah. Satu dari sekian banyak hal yang membuat startup gagal di tengah jalan adalah karena ketidakharmonisan dalam tim itu sendiri. Maka, untuk merekatkan semuanya, satu hal yang pertama harus disesuaikan dan dikomunikasikan sejak awal adalah soal pola pikir.

Baik dari pihak developer maupun designer, keduanya harus memahami pola pikir masing-masing. Keduanya harus paham bahwa tanpa adanya kolaborasi dan kerjasama di antara keduanya, mustahil produk ini akan selesai. Mindset untuk mencapai tujuan bersama ini harus diciptakan sejak awal untuk membuat kerja menjadi selaras dan salah satu yang bisa digunakan untuk menyatukan dua kepribadian yang berbeda adalah adanya kesamaan value.


2. Fokus pada user

Kerjasama antara developer dan designer kadang terhambat pada kendala di mana seorang desigenr menuntut konsep A sementara implementasinya tidak memungkinkan menurut developer. Hal ini yang berpotensi membuat kericuhan di antara keduanya. Salah satu yang bisa dilakukan ketika menjumpai permasalahan seperti ini adalah mengembalikan ke tujuan semula di mana kepuasan user menjadi satu tujuan utama. Dengan berpedoman pada tujuan ini, perselisihan di antara keduanya bisa lebih diminimalisir. Lagi-lagi tujuan bersama membawa kerjasama tim menjadi lebih mudah. Dalam hal ini tujuan bersama dari developer dan designer adalah mencapai kepuasan user pada produk yang mereka ciptakan.

3. Memahami kerangka kerja masing-masing

Seorang developer harus memahami apa yang dikerjakan oleh designer. Begitu pula sebaliknya. Seorang designer harus memahami apa yang mungkin dan tidak mungkin dikerjakan oleh developer. Membawa keduanya ke dalam pengenalan masing-masing kerangka kerja akan membuat kerjasama keduanya menjadi lebih mudah. Pertentangan seperti konsep yang tidak bisa diimplementasi hingga kerumitan teknologi yang tidak dipahami oleh user bisa sedikit reda apabila keduanya sudah paham bagaimana kerja-kerja mereka masing-masing.

4. Cek hasil pekerjaan secara berkala

Beberapa tim memiliki pola kerja yang salah dan berujung pada perselisihan di antara developer dan designer. Salah satunya adalah ketika developer menunggu hasil konsep yang dibuat oleh designer baru mengerjakan proses coding. Alih-alih mendapat konsep yang sesuai dengan harapan, developer justru dibuat kebingungan ketika implementasi. Hal-hal semacam ini sebenarnya bisa saja dihindari, salah satunya dengan melakukan pengecekan secara berkala. Baik developer maupun designer harus saling aktif melakukan pengecekan mengenai progress masing-masing. Apakah konsep design A bisa diwujudkan, apakah implementasi untuk B bisa dikemas lebih menarik, dan lain sebagainya. Intinya, komunikasi yang aktif dapat membantu kerja keduanya menjadi lebih efektif karena saling memahami proses masing-masing. Tanpa adanya komunikasi yang aktif, kolaborasi antara developer dan designer akan sangat alot dengan proses revisi-revisi yang menyita waktu.