Home  »  News   »  
News

“Ajari” Drone Bekerja Secara Tim, Peluang Besar Selamatkan Umat Manusia

Uji coba multi drone [Foto: TechCrunch]
Jika diamati lebih teliti, periode tahun kira-kira 2014 hingga kini merupakan masa yang bersejarah bagi penggemar pesawat kecil yang dijalankan via remote control, drone. Masyarakat awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan “mainan heli” yang memiliki empat buah propeller di mana fungsinya selama ini mungkin sebatas sebagai alat pelepas penat. Kegunaan “profesionalnya” dan yang paling populer saat ini pun cuma sebagai alat dokumentasi yang memang jauh lebih simpel dan lebih mudah dipergunakan daripada menggunakan helikopter dengan skala aslinya.

Apakah ke depannya fungsi drone akan tetap seperti ini saja? Kemungkinan tidak, karena prediksi kerja sama antara robot drone dan manusia diperkirakan akan jauh lebih kompleks daripada yang sudah ada sekarang.

Menurut TechCrunch, kolaborasi yang terjalin antara manusia dengan robot ciptaannya bahkan berkemungkinan punya dampak baik dan luas untuk sesama. Setidaknya, itulah yang ditunjukkan pada eksperimen yang dilakukan di Robust Adaptive System Labs, sebuah laboratorium milik Carnegie Mellon University yang berpusat di Pennsylvania. Secara teknis, laboratorium ini adalah salah satu laboratorium yang begitu representatif untuk melakukan percobaan kepada drone. Menariknya, yang dieksperimenkan di dalam laboratorium ini untuk mencapai tujuan mulia seperti dipaparkan di atas tak cuma satu atau dua drone yang dikembangkan bersama, tapi hingga belasan drone sekaligus.


Tujuan utama dari eksperimen ini jelas, yakni untuk memaksimalkan drone atau quadcopter lebih dari sekadar mainan atau alat dokumentasi saja. Lebih jauh lagi, eksperimen ini diharapkan bisa berfungsi untuk kepentingan yang jauh lebih kompleks, seperti contohnya melakukan inspeksi lahan maupun daerah tertentu yang tidak bisa dijangkau oleh manusia dan proses recovery dari bencana alam yang daerahnya tidak mampu dijangkau menggunakan kendaraan atau robot yang berjalan di tanah.

Ellen A. Cappo, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam eksperimen ini, menyatakan bahwa penggunaan drone lebih dari satu buah semacam ini juga memungkinkan untuk menyematkan sebuah kamera di masing-masing unitnya untuk melakukan pemantauan yang komprehensif. Dirinya menyebutkan bahwa praktik dan eksperimen menggunakan multi drone tersebut bisa dilihat pada konser milik Lady Gaga yang diselenggarakan di Super Bowl beberapa waktu yang lalu. Sifatnya memang masih bersifat improvisasi, tapi improvisasi tersebut bisa dijadikan patokan bagaimana penggunaan drone secara massal di masa depan.

Pekerjaan utama Cappo dan timnya kini adalah untuk memastikan ada interaksi antara robot dan manusia itu sendiri. Diharapkan, drone yang mereka gunakan bisa merespons aktivitas dan pola manusia dengan baik, sehingga sistem tersebut suatu saat bisa memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh manusia; bahkan lebih lanjut lagi bisa memprediksi adanya bencana alam yang belum terjadi.

Di waktu yang bersamaan, Vishnu Desaraju seorang PhD dari kampus yang sama, bertugas pada bagian motion capture. Vishnu kemudian ikut mengembangkan bagaimana interaksi drone tak hanya berlaku dengan manusia dan penggunanya, tapi juga kondisi sekitarnya yang terkadang tidak menentu. Ambil contoh jika saat drone diterbangkan kemudian kondisi cuaca tidak menentu dan angin membuat drone jadi tidak stabil, tugas Vishnu adalah untuk menciptakan suatu sistem supaya drone yang diluncurkan bisa beradaptasi dengan baik dan tetap bisa melakukan pekerjaannya sesuai yang telah diperintahkan.

Demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa ini diakui tidaklah lancar. Bahkan pada pengujian perdana, beberapa drone mengalami ketidakstabilan pada penerbangannya akibat algoritma yang belum sempurna dalam menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Namun dipercaya di masa depan sistem yang demikian akan sangat membantu bagi kehidupan manusia sendiri. Menarik, ya?