Home  »  Opinion   »  
Opinion

Bagaimana Car Menarik Millennial ke Dalam Startup Berkembang?

[Foto: huffingtonpost.com]
[Foto: huffingtonpost.com]
Dunia rekrutmen mengalami satu babak baru dalam beberapa tahun terakhir ini. Tak hanya perubahan dalam proses rekrutmen, di mana kini bantuan teknologi mulai diikutsertakan, perubahan itu juga meliputi pola pikir dari kedua belah pihak. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi perubahan tersebut. Pertama, tren dalam dunia digital berubah seiring dengan berkembangnya dunia digital. Kedua, karena terdapat gap yang cukup besar melingkupi pola pikir generasi saat ini dan generasi sebelumnya dalam memandang dunia kerja.

Jika dulu orang bekerja untuk memenuhi tuntutan sosial bahwa orang harus bekerja, kini pola pikir mengenai pekerjaan itu melampaui hal-hal rasional. Menarik angkatan kerja dari generasi saat ini tidak semudah memberikan iming-iming gaji atau bahkan nama besar perusahaan. Lebih dari itu, perusahaan harus memiliki hal-hal seperti visi-misi ataupun value yang sama dengan mereka, agar mereka mau bergabung ke dalam perusahaan tersebut.

Permasalahan satu lagi yang perlu untuk diperhatikan adalah karena saat ini, generasi muda tidak begitu saja tertarik bekerja hanya karena perusahaan itu cukup ternama. Alih-alih mencari struktur yang besar dan pekerjaan yang konsisten, generasi muda saat ini justru lebih tertarik dengan perusahaan-perusahaan kecil dengan struktur yang tidak terlalu gendut. Tak lupa, sifat bosan yang dengan mudah menjalar membuat mereka selalu menginginkan pekerjaan yang tidak sama dari waktu ke waktu.


Mengenali karakter millennial dalam dunia kerja

Beberapa pihak berpendapat bahwa millennial memiliki dampak yang kurang baik pada dunia kerja. Hal ini dikarenakan isu-isu loyalitas ataupun ketahanan kerja yang dinilai lebih buruk dari angkatan kerja generasi sebelumnya. Pendapat ini barangkali benar, tetapi tidak benar secara mutlak.

Dengan pengelolaan yang sesuai, millennial sebenarnya memiliki potensi untuk berkembang sangat baik dalam dunia kerja. Terlebih, generasi millennial dipandang memiliki semangat belajar yang jauh lebih tinggi daripada generasi sebelumnya yang cenderung mudah puas dengan apa yang mereka capai. Selain itu, ekspektasi para millennial yang bisa dibilang sangat tinggi dapat diarahkan untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru yang berdampak positif pada kemajuan perusahaan.

Sebuah studi dari LinkedIn Talent Trends juga menemukan fakta menarik lainnya, yakni generasi millennial ini lebih aktif untuk mencari pekerjaan baru dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Riset ini juga menemukan fakta bahwa millennial sangat mungkin untuk melakukan wawancara kerja di beberapa tempat sekaligus dan 88% dari mereka lebih tertarik dengan perusahaan kecil daripada perusahaan besar.

Digital branding untuk menarik millennial ke tempat kerja

Dengan karakteristik unik yang dimiliki oleh para millennial tersebut, tentu saja kini dibutuhkan beberapa perubahan trik yang harus dilakukan perekrut di dunia kerja. Salah satunya adalah melalui digital branding. Digital branding dipercaya bisa menjadi cara untuk menarik perhatian para millennial untuk bergabung ke dalam perusahaan. Pertama, karena dunia digital kini dimanfaatkan tak hanya sebagai wadah untuk membangun relasi sosial, namun juga sebagai sumber informasi bagi generasi millennial. Kedua, digital branding memungkinkan millennial untuk mengenali seluk-beluk perusahaan, baik itu dari segi kultur, value, hingga visi dan misi perusahaan. Dengan mengenali perusahaan secara lebih mendalam, hal ini memberikan peluang bagi millennial untuk menemukan kesamaan value yang akhirnya membuat mereka tertarik untuk bergabung ke dalam perusahaan.

Tak hanya itu, kini perekrut juga dituntut untuk memberikan pencitraan tertentu. Pencitraan ini digunakan sebagai pembeda yang membuat perusahaan itu terlihat unik. Dengan demikian, semakin banyak faktor yang mampu menarik millennial untuk tertarik bergabung menjadi bagian dalam tim.