Home  »  Opinion   »  
Opinion

Bagaimana Cara Search Engine Amal Melawan Raksasa Seperti Google?

Apa kehebatan internet menurut Anda? Streaming? Cloud storage? Ya, dua teknologi itu memang hebat, tetapi jangan lupakan search engine. Mungkin, Anda tak sepenuhnya menyadari, namun mesin pencari web adalah sistem yang amat signifikan dalam penemuan internet dan World Wide Web.

Berkat search engine, Anda bisa menelusuri pelbagai informasi yang ada di internet. Mencari beragam file dalam layanan www atau publikasi milis pun dapat dilakukan, mulai dari gambar sampai audio dan video, alias tak terbatas pada halaman web saja.

Nah, sejak pertama kali muncul di tahun 1993, sampai saat ini sudah ada puluhan search engine yang telah tercipta. Sebagian besar mesin pencari dijalankan oleh perusahaan swasta yang berada di Amerika Serikat, di antaranya Google, Bing, dan Yahoo. Ada juga segelintir pemain dari negara lain, seperti Baidu dari Tiongkok dan Yandex dari Rusia.

Bagaimana dengan di Indonesia? Pasca tahun 2010, ada beberapa mesin pencari asal Tanah Air yang lahir, sebut saja Pitoong.com atau TukangCari.com. Namun, mayoritas di antara mereka kini sudah berhenti beroperasi.

Harapan terhadap search engine lokal sempat muncul ketika Geevv.com menyeruak. Situs karya Andika Deni Prasetya dan Azka Silmi dari Universitas Indonesia itu mengusung misi terpuji, yakni menyumbangkan 80 persen pemasukannya dari iklan ke mitra yang bergerak di bidang sosial. Revenue Geevv.com akan semakin tinggi ketika makin banyak netizen yang mencari sesuatu di situs tersebut.


Sayangnya, Geevv.com masih kurang populer di Indonesia. Versi Alexa (01/05/17), website tersebut cuma menduduki peringkat 2.471 di sini, jauh dibandingkan Google.com dan Google.co.id yang ada di nomor satu dan dua. Paling tidak, di pembukaan bulan ini, situs dengan global rank 98.169 itu tercatat telah mengantongi donasi sebesar Rp77 juta. Sebuah dampak yang nyata dari inisiasi dua orang mahasiswa.

Nasib yang sedikit lebih baik dialami Ecosia.org. Sama-sama bermisi sosial, web search engine asal Berlin itu ada di posisi 783 dalam ranking skala global Alexa (01/05/17). Walau berasal dari Jerman, visitor Ecosia.org yang terbesar alias 17 persennya justru datang dari Prancis. Lalu, menyusul dari negara asalnya (13,8 persen) dan AS (11,3 persen).

Latar belakang Ecosia.org tak kalah menarik dibandingkan dengan Geevv.com. Didirikan oleh Christian Kroll pada 2009 silam, Ecosia.org mendonasikan 80 persen profitnya ke organisasi nirlaba yang fokus ke penghijauan. Dengan revenue mencapai €1,7 juta (sekitar Rp25 miliar) tahun lalu, kontribusi mereka cukup nyata. Awal Mei 2017, kami memantau lewat laman utama Ecosia.org bahwa mereka mengklaim telah menanam 7,5 juta pohon.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mampukah search engine pengusung misi sosial seperti Geevv.com dan Ecosia.org menjadi sepopuler Google? Jawabannya, tentu saja mungkin. Akan tetapi tentu upaya Geevv.com dan Ecosia.org tidaklah mudah, mengingat Google seperti sudah mengakar ke benak netizen di banyak belahan dunia.

Untuk mencoba bersaing dengan situs pencarian yang telah mapan, Ecosia.org dan Geevv.com ternyata juga meniru strategi search engine terkemuka lain agar lebih dikenal masyarakat, yakni bersekutu dengan web browser sebagai penyedia search engine default. Ecosia.org lebih luwes menjalankan strategi ini, terbukti dari bermitra mereka dengan sejumlah peramban berkembang, seperti Pale Moon, Polarity, hingga yang terbaru di bulan lalu, Vivaldi. Browser berlogo ‘V’ yang diinisiasi Jon von Tetzchner tersebut mengadopsi Ecosia.org di versi 1.9.

“Vivaldi mempersilakan Anda untuk mengatur mesin pencari standar sesuka Anda. Di saat bersamaan, kami menyediakan Anda sejumlah opsi bawaan. Kami sekarang menambahkan alternatif hebat lain di daftar kami, Ecosia, untuk memberikan user yang peduli dengan lingkungan akses terhadap search engine yang lebih hijau,” jelas co-founder Opera Software tersebut di blog resmi perusahaan barunya.

Sementara itu, Geevv.com baru mendekati pengguna Google Chrome, dengan menyediakan ekstensi untuk mengatur situs yang didirikan tahun lalu itu sebagai search engine default.

Dengan motivasi sosialnya, sepertinya tak ada salahnya berhenti memakai Google dan mencoba Geevv.com atau Ecosia.org sejenak. Siapa tahu nyaman.