Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Bagaimana Menghindari Noisy Experience dalam Media Sosial?

[Ilustrasi: pixabay.com]
Sebagai seorang yang bekerja dalam bidang digital, khususnya media sosial, kita tentu sering mendengar istilah “noisy”. Noisy merupakan suatu kondisi di mana social media dipenuhi berbagai konten yang padat namun tidak mengandung relevansi terhadap bisnis, sehingga keberadaannya dianggap seperti gangguan atau kebisingan (noise).

Di era digital seperti ini, noisy sangat mungkin terjadi di media sosial. Terlebih seperti kita tahu, Indonesia memang merupakan salah satu negara dengan social media user teraktif di dunia. Platform media sosial besar seperti Facebook, Instagram, atau bahkan Twitter memiliki user dalam jumlah yang sangat banyak dan sangat aktif dari seluruh dunia. Setiap detiknya, ada sekitar 3,3 juta post yang diproduksi oleh user di Facebook di seluruh dunia. Di Twitter, ada 448.800 twit baru setiap detiknya. Sementara, di Google Search Engine sendiri ada sekitar 3,8 juta pencarian baru per detik.

Mengutamakan targeting dan filtering

Di tengah bisingnya media sosial dengan beragam usernya, sebenarnya sebagai social media specialist, kita bisa melakukan berbagai hal agar social media yang kita kelola tetap kondusif dan relevan untuk bisnis. Salah satu hal yang paling penting untuk dilakukan adalah melakukan targeting pada audiens maupun orang-orang yang kita ikuti di media sosial.

Keberadaan analytics juga sangat membantu social media strategist menghindari noise experience. Analytics membantu kita untuk mengetahui komunitas apa saja yang memiliki topik relevan dengan bisnis, jam berapa saja terjadi engagement paling tinggi pada social media, dan kapan kita harus berinteraksi dengan user yang menjad target market kita.

Jika hal tersebut masih kurang cukup, beberapa hal di bawah mungkin bisa Anda lakukan agar terhindar dari kebisingan yang tidak perlu di media sosial.


1. Berpatokan pada data

Tool seperti analytics merupakan tambang emas bagi setiap social media specialist. Melalui analytics, seorang social media specialist akan mengetahui kapan audiensnya online, dan kapan post di social medianya mendapatkan atensi paling banyak. Selain itu, analytics juga menghadirkan data mengenai topik apa yang paling digemari oleh target audiens. Jika hal-hal tersebut telah diketahui, maka yang bisa kita lakukan adalah bagaimana menghadirkan konten yang paling disukai oleh audiens dan mempublikasikannya tepat di jam-jam di mana kebanyakan audiens online. Menyebarkan post tanpa adanya suatu data yang mendasari hanya akan membuat kita kewalahan memantau ataupun berinteraksi dengan audiens. Akibatnya, kondisi noisy akan lebih mudah terjadi ketika audiens tidak tepat dan tidak terkontrol sesuai dengan apa yang kita harapkan.

2. Fokus pada konsumen

Hal ini barangkali menjadi sebuah saran yang sangat klise, yakni seorang social media specialist harus fokus pada konsumen. Kedengarannya, hal ini basi untuk diterapkan. Setiap orang yang bekerja dalam bidang digital marketing tentunya paham. Meski kemudian tak banyak yang benar-benar mengimplementasikan prinsip ini dalam proses kerja, khususnya di media sosial.

Dalam media sosial, salah satu yang harus kita perhatikan adalah audiens. Bentuk perhatian ini tak hanya sebatas pada kita mengetahui apa yang mereka punya. Tetapi, lebih dari itu, kita juga harus menunjukkan bahwa kita peduli terhadap mereka. Hal-hal kecil seperti ucapan terima kasih pada audiens yang telah menyebarkan post kita atau memberikan saran melalui media sosial menjadi wajib untuk dilakukan. Sebab, jika mereka merasa bahwa mereka dihargai, maka secara otomatis perhatian yang akan mereka berikan menjadi lebih pada akun media sosial kita.

3. Tambahkan visual

Perhatikan setiap linimasa yang ada di media sosial Anda. Scroll hingga beberapa post ke bawah. Apa yang terlihat? Sekumpulan post yang dipenuhi teks atau foto dan video yang muncul?

Teks menjadi satu konten utama dalam media sosial. Memang, teks memiliki kekuatan yang istimewa untuk menyampaikan pesan secara langsung kepada audiens. Namun, keberadaan teks yang terlalu penuh kadang membuat kita merasa jenuh. Salah satu alternatif yang harus dilakukan adalah memberkan visual pada media sosial.
Foto atau video yang merepresentasikan brand produk yang kita tawarkan menjadi salah satu alternatif yang bisa menyegarkan linimasa. Selain untuk mengurangi kejenuhan, keberadaan visual di tengah-tengah teks juga berfungsi untuk menarik perhatian.