Home  »  Opinion   »  
Opinion

Bagaimana Saya Mencari Pekerjaan Baru Ketika Masih Berstatus Employee?

[Foto: pexels.com]
Berpindah ke pekerjaan lain dalam waktu yang singkat merupakan salah satu ciri dari millennial yang paling membuat pusing employer. Generasi yang lahir setelah tahun 80an ini memang dikenal sangat oportunis, terutama dari segi karier. Bahkan, beberapa orang sempat menyebutkan para millennial ini tidak memiliki employee loyalty layaknya pekerja dari generasi-generasi sebelumnya.

Berpindah pekerjaan bukan merupakan sebuah kesalahan. Tentu saja ini adalah sepenuhnya hak dari employee itu sendiri. Biasanya, seseorang memutuskan pindah dari pekerjaan karena berbagai alasan. Alasan pertama, bisa jadi diakibatkan karena dengan berpindah, seseorang merasa akan memiliki kesempatan untuk berkarier lebih baik. Bisa juga seseorang pindah pekerjaan karena penawaran yang didapat dari pekerjaan barunya lebih tinggi. Alasan lain mungkin karena ada cita-cita lain yang ingin dikejar dan itu bisa terwujud apabila ia berpindah dari pekerjaannya saat ini.

Namun, mencari pekerjaan baru ketika seseorang masih bekerja, terutama full-time, tentu bukanlah perkara mudah. Tentunya, tidak banyak orang yang ingin mengambil risiko tinggi dengan terburu-buru resign tanpa kejelasan sebelumnya. Paling tidak, dengan mengakali mencari pekerjaan baru sementara statusnya masih full-time, seseorang bisa meminimalisasi risiko-risiko kerugian, terutama dari segi finansial. Terlebih, di era digital ini, banyak cara yang bisa dilakukan. Semua itu tergantung pada bagaimana seseorang membagi waktu dan mengakalinya dengan baik.


Petakan siapa saja yang bisa Anda percayai

Hal yang harus Anda lakukan pertama kali adalah memetakan siapa saja di antara lingkaran Anda yang bisa Anda percayai dengan baik. Orang-orang inilah yang akan Anda mintai masukan terkait peluang apa saja yang bisa Anda ambil untuk karier Anda ke depan seandainya Anda resign dari pekerjaan saat ini. Anda tidak bisa mempercayai setiap orang, oleh karena itu, Anda harus benar-benar selektif untuk menceritakan tentang kehidupan Anda dan pilihan karier yang Anda pilih kepada siapa.

Disiplin melakukan pekerjaan

Meskipun Anda ingin resign, jangan sampai Anda melakukan kesalahan bodoh: resign dengan kesan yang buruk. Anda tetap harus profesional, karena ini tentu saja menyangkut reputasi Anda dalam karir. Jangan sampai Anda dinilai keluar dari pekerjaan lama Anda karena tidak becus dalam bekerja.

Gunakan waktu yang Anda miliki di kantor sebaik-baiknya. Gunakan estimasi waktu dan target-target pekerjaan setiap harinya. Misalnya, Anda menargetkan selesai dalam 2 jam untuk satu pekerjaan, usahakan semaksimal mungkin untuk tidak melanggar batas itu. Dengan disiplin membagi waktu dalam bekerja, Anda akan memiliki waktu lebih untuk bersantai dan melakukan riset terhadap jenis pekerjaan-pekerjaan baru yang potensial untuk Anda masuki.

Bangun relasi dengan orang-orang dalam lingkaran bisnis Anda

Kadang kala, peluang dalam karier justru datang dari orang-orang terdekat Anda, misalnya saja mantan klien Anda. Jangan lupa untuk selalu membangun relasi yang baik dengan orang-orang ini. Sebab, bisa saja mereka akan menawarkan secara personal peluang-peluang untuk meningkatkan karier Anda. Kesankan bahwa Anda adalah profesional yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu, sehingga Anda memiliki value dalam diri Anda sendiri, tidak hanya dalam embel-embel startup atau perusahaan besar tempat Anda bekerja.

Terakhir, jika Anda telah menemukan pekerjaan impian Anda, jangan lupa untuk mengutarakan dengan jujur apa yang membuat Anda resign kepada atasan atau rekan kerja Anda sebelumnya. Tentu saja hal ini perlu untuk Anda lakukan kaitannya dengan reputasi Anda sendiri. Anda pun harus memiliki alasan yang jelas agar tidak dinilai sebagai kutu loncat. Selamat mencoba!