Home  »  News   »  
News

Berapa Persen Kemungkinan Orang Bertahan Hidup Setelah Ditembak di Kepala?

[Foto: Pixabay.com]
[Foto: Pixabay.com]
Jika Anda sering menonton film action, pastinya sudah terbiasa dengan adegan tembak-tembakan antara jagoan di film dengan para penjahat yang ingin membunuhnya. Beberapa film memperlihatkan orang-orang langsung tewas ketika tertembus peluru, namun ada juga film yang mempertontonkan orang-orang yang selamat walaupun sudah kena beberapa tembakan. Di dunia nyata, berapa besar sebetulnya kemungkinan seseorang masih hidup ketika tubuhnya sudah tertembus timah panas?

Data milik Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2014 mencatat bahwa di Amerika saja, tembakan senjata api telah membunuh 33.736 orang. Beruntung, di Indonesia orang tidak bisa dengan bebas memiliki senjata api.

Sebagai usaha untuk mengurangi jumlah korban meninggal karena senjata api, sekelompok peneliti dalam studi terbaru mereka telah mengembangkan sebuah alat canggih untuk memprediksi kemungkinan hidup seseorang setelah tertembak senjata api, bahkan jika lukanya berada di bagian kepala.


Alat tersebut dinamai SPIN-Score, atau Surviving Penetrating Injury to the Brain, yang mampu memprediksi apakah seseorang akan selamat dan hidup, dengan akurasi sebesar 96 persen.

Untuk mengembangkan SPIN-Score, peneliti menelusuri data dari dua lembaga pusat traupa level-satu selama 10 tahun terakhir, mengenai pasien yang mengalami luka dalam di bagian otak, yang umumnya disebabkan oleh peluru dari senjata api. Tim peneliti mengamati dengan mendetail faktor-faktor yang menyebabkan pasien selamat dan tetap hidup setelah mendapat luka di kepala, baik ketika dirawat di rumah sakit dan hingga rentang waktu enam bulan setelahnya.

Riset menemukan bahwa pupil mata seseorang yang merespon cahaya dan bagaimana orang tersebut bereaksi terhadap stimuli, seperti menuruti perintah atau bereaksi terhadap rasa sakit, merupakan prediksi terkuat bahwa orang tersebut akan selamat.

Dalam studi tersebut, SPIN-Score akan memberi nilai mulai dari empat hingga 52. Makin besar nilai tersebut, maka kesempatan hidup pasien akan makin besar. Mereka yang mendapat skor 35 ke atas memiliki 98 persen kemungkinan hidup, namun mereka yang mendapat skor 20 ke bawah hanya punya tiga persen kemungkinan hidup. Dalam penelitian ini, tak ada pasien yang mendapat skor kurang dari 16 yang bertahan hidup.

“Luka tembak adalah penyebab nomor satu dari cedera otak traumatis penetratif,” ungkap penulis Susanne Muehlschlegel di sebuah rilis pers. “Sejauh yang kita ketahui, kebanyakan mereka yang selamat dari cedera otak adalah yang tertembak di medan perang, bukan yang tertembak karena bentrokan warga sipil. Dengan mengetahui dengan lebih baik kemungkinan hidup seseorang setelah mendapat tembakan di kepala, hal itu akan membantu dokter dan keluarga korban untuk mengambil keputusan yang paling tepat mengenai tindakan medis yang akan diberikan.”

Namun menurut Muehlschlegel, untuk memvalidasi SPIN-Score, para peneliti masih harus melakukan riset lebih mendalam.