Home  »  News   »  
News

Berkat Alat Canggih, Air Laut Kelak Bisa Dikonsumsi oleh Manusia

[Foto: upi.com]
Air bersih masih sulit ditemukan di beberapa daerah di dunia, termasuk Indonesia. Kekeringan dan cuaca ekstrem sudah mengancam pasokan-pasokan dan infrastruktur air. Akhirnya, beberapa negara pun beralih kepada proyek-proyek desalinasi untuk menyediakan air bagi warga. Nah, penemuan yang satu ini diharapkan bisa menjadi jawaban dari masalah tersebut kelak.

Baru-baru ini, para peneliti di University of Manchester, Inggris, berhasil menciptakan alat saring untuk mengubah air laut menjadi siap minum. Mereka menciptakan selaput dari material grafena yang mampu menarik molekul-molekul garam dari air laut. Grafena itu sendiri ditemukan di University of Manchester pada 2004, dan penemunya menerima penghargaan Nobel 6 tahun kemudian.

Di negara-negara berkembang, terobosan ini membuka kemungkinan penyediaan air siap minum dengan bahan air laut.

Sebelumnya, para peneliti menggunakan selaput-selaput grafena untuk memisahkan minyak dan air. Selama ini, mereka berjuang keras untuk menciptakan membran dengan pori yang cukup kecil agar bisa menangkap garam dari air laut.

Biasanya, pori-pori pada selaput grafena itu mengembang di dalam air. Namun, para peneliti mengembangkan saringan dengan pori-pori yang lebih rapat. Ukurannya dikendalikan secara cermat untuk membidik partikel-partikel berukuran tertentu.

Dalam beberapa percobaan, para peneliti mendapati bahwa saringan itu mampu menahan berbagai jenis garam sehingga menjadikan air laut aman untuk diminum. Para peneliti berpendapat, temuan yang sudah dimuat dalam jurnal Nature Nanotechnology itu bisa membuka jalan bagi teknologi-teknologi baru desalinasi.


“Realisasi membran-membran yang bisa diperluas dengan ukuran pori yang seragam hingga skala atomik, merupakan langkah maju yang penting dan akan membuka peluang-peluang perbaikan efisiensi teknologi desalinasi,” ujar Rahul Nair, profesor di University of Manchester, sebagaimana dilansir dari UPI.

Oleh karena itu, penemuan alat canggih ini diduga akan menghadirkan revolusi dalam perekonomian. Namun saat ini, penerapannya masih sedikit dalam kehidupan sehari-hari.

Alat Penetral Air Laut Karya Anak Bangsa Indonesia

Pada 2012 silam, siswi SMA Negeri 3 Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berhasil menciptakan alat untuk mengubah air laut menjadi air tawar yang layak dikonsumsi.

Sejumlah peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk merancang alat yang disebut sebagai Penukar Ion itu di antaranya drum plastik berkapasitas 100 liter. Pada bagian bawahnya dipasang kran untuk mengeluarkan air. Untuk pembatas setiap lapisan, dibutuhkan juga tampah. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain pasir, karbon atau arang, kerikil, ijuk serta batuan mineral clay jenis piropylite atau zeonit.

Para siswa SMA Negeri 3 tersebut memperoleh batuan jenis ini dari daerah Turen, Malang. Biasanya, batuan ini digunakan untuk campuran pembuatan keramik.

Sementara itu, di tahun 2013, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya juga berhasil menciptakan alat yang bisa mengubah air laut menjadi air yang dapat dikonsumsi. Mereka melakukan penelitian selama 5 bulan dan terciptalah alat destilasi air laut yang diberi nama D-werc 57 (Destilation Water Treatment Concept).

Alat itu merupakan saringan air sederhana yang dilengkapi kain katun, pasir silika, karbon aktif dan batu pyropirit. Semua bahan itu harus melalui proses kimiawi terlebih dahulu. Yang menarik dari bahan saringan ini adalah batu pyropirit. Karena batu itu hanya ada di Turen, Malang, Jawa Timur.

Bahkan, alat itu sudah dihibahkan ke Desa Klampis Barat, Bangkalan Madura untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar yang sangat kekurangan air bersih. Pembuatan alat penetral air laut ini hanya menghabiskan dana sekitar Rp 15 juta.