Home  »  News   »  
News

Departemen Kehakiman AS Tetapkan Empat Terdakwa Kasus Peretasan 500 Juta Akun Yahoo

[Foto: indianexpress.com]
Masih ingatkah Anda soal kasus peretasan 500 juta akun Yahoo yang sempat menghebohkan dunia? Baru-baru ini, Departemen Kehakiman Amerika Serikat sudah menetapkan empat terdakwa atas kasus tersebut. Sebagai informasi, kasus itu terjadi sejak 2014 hingga akhir 2016.

Dilansir dari situs resmi Departemen Kehakiman AS, dua di antara mereka adalah Dmitry Aleksandrovich Dokuchaev (33) dan Igor Anatolyevich Sushchin (43). Mereka merupkan merupakan intelijen Rusia.

Sedangkan tersangka lainnya adalah Alexsey Alexseyevich Belan alias “Magg” (29), seorang peretas kontroversial dari Rusia. Ia diperkerjakan dan difasilitasi oleh Dokuchaev dan Suschin.

Sejak 2012 lalu, Magg sudah menjadi buronan FBI. Pada Juni 2013, bahkan status Magg diangkat sebagai penjahat maya paling dicari FBI. Ia pernah ditangkap di Eropa, lalu berhasil melarikan diri ke Rusia sebelum diekstradisi.

Lalu, terdakwa yang terakhir adalah Karim Baratov alias “Kay”, “Karim Taloverov”, dan “Karim Akehmet Tokbergenov” (22), berasal dari Kanada.

Sesuai dengan hasil investigasi, keempat terdakwa menggunakan akses ilegal ke ratusan juta akun Yahoo untuk mengawasi gerak-gerik para jurnalis, pejabat pemerintahan, serta pebisnis.

Bahkan, salah satu terdakwa memanfaatkan akses ilegalnya untuk memperkaya diri sendiri. Ia mencari informasi mengenai akun kartu kredit dan kartu hadiah (gift card) dari korban yang diretas. Lantas, ia memanfatkannya untuk memfasilitasi kampanye spam.

Sang terdakwa melakukan mekanisme pencurian maya ini terhadap lebih dari 30 juta akun Yahoo yang ia mata-matai. Atas perbuatan kriminal tersebut, semua terdakwa dikenai pasal berlapis dengan ancaman hukuman berbeda-beda di atas 30 tahun.


Jaksa Agung Departemen Kehakiman AS mengapresiasi kerja keras para jaksa penutut dan investigator yang akhirnya mengungkap pelaku dibalik peretasan terbesar sepanjang sejarah. “AS akan terus menyelidiki siapa lagi orang-orang di balik peretasan ini dan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya,” katanya.

Dengan terbongkarnya pelaku kasus ini, Yahoo pun turut mengapresiasi penemuan lembaga hukum AS. Chris Madsen, Asisten Dewan Umum Yahoo, mengaku lega karena dalang di balik peretasan ini sudah teridentifikasi.

“Dakwaan secara tegas menunjukkan bahwa penyerangan ke Yahoo disponsori suatu negara. Kami berterima kasih kepada FBI dan para penegak hukum yang telah membawa tuduhan kepada mereka yang bertanggung jawab,” ujarnya, seperti dilansir dari CNET.

Karena kasus peretasan besar-besaran ini, diketahui Verizon mendiskon nilai akuisisi Yahoo. Awalnya, Verizon setuju membeli Yahoo senilai 4,83 miliar dolar AS atau Rp 64,5 triliun. Nilai itu menyusut 350 juta dolar AS menjadi 4,48 miliar dolar AS atau Rp 59,7 triliun.

Pencurian Data Terbesar

Sebelumnya, pakar keamanan siber Troy Hunt mengatakan kepada BBC, “Ini merupakan pencurian data terbesar yang pernah tercatat. Bahkan, pencurian 500 juta akun yang mereka laporkan beberapa bulan lalu sudah merupakan rekor, dan sekarang jumlahnya dua kali lipat.”

Pada saat itu, Troy Hunt mengatakan, Yahoo belum menghubungkan serangan ini dengan kegiatan yang disponsori negara seperti insiden sebelumnya. “Namun, mereka menunjukkan adanya otak-atik cookies, yang memberi kita pemahaman tentang bagian mana yang mungkin merupakan titik lemah dalam sistem mereka,” katanya.

Ketika September 2016, saat Yahoo mengungkap pembobolan data 2014, mereka mengatakan “informasi telah dicuri oleh apa yang kami yakini sebagai pelaku yang disponsori negara”, dan Yahoo tidak menyebutkan negara mana yang dimaksud.

Perusahaan raksasa internet yang berbasis di California itu memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, meskipun banyak dari mereka yang memiliki akun ganda. Selain itu, banyak juga akun yang jarang digunakan atau tidak aktif.