Home  »  News   »  
News

Deteksi 1.700 Asteroid Mengarah ke Bumi, NASA Kembangkan Sistem Scout

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dilaporkan telah mendeteksi 1.700 asteroid yang berpotensi membahayakan bumi, dan salah satunya terlihat pada hari Minggu, 30 Oktober 2016 lalu. Untungnya, para astronom telah mengetahui bahwa batu luar angkasa besar yang bergerak mendekati Bumi itu tidak akan menabrak planet kita, berkat sebuah alat canggih pendeteksi asteroid yang baru-baru ini dikembangkan oleh badan antariksa tersebut.

Alat itu berupa program komputer yang dinamai Scout, sebuah sistem peringatan dini yang memungkinkan astronom menghitung potensi bahaya sebuah asteroid secara lebih cepat dan mengetahui kemungkinan asteroid menabrak Bumi.

Sistem kerjanya, Scout akan terus melakukan pemindaian data dari teleskop-teleskop pengawas untuk mengetahui kemungkinan adanya Near Earth Objects (NEO), atau benda-benda di dekat Bumi. Jika sistem menemukan sebuah obyek yang mendekat, sistem akan otomatis melakukan kalkulasi cepat untuk mengetahui bahayanya, dan memberi instruksi kepada teleskop lain untuk melakukan observasi lanjutan dan mempelajari potensi resikonya.

Setiap malam, teleskop-teleskop sewaan NASA yang berada di seluruh penjuru Bumi bekerja memindai langit, mencari obyek-obyek berbahaya. “Survei harian ini menemukan setidaknya lima asteroid yang bergerak mendekati bumi,” kata astronom NASA, Paul Chodas kepada Jet Propulsion Laboratory (JPL), sebuah laboratorium teknologi antariksa yang menjalankan proyek-proyek NASA.

Pengembangan Scout didasari oleh beberapa kejadian beberapa tahun lalu, yang melibatkan benda-benda langit dengan potensi membahayakan Bumi. Salah satunya adalah kejadian pada malam tahun baru 2014, ketika sebuah asteroid berhasil menembus atmosfir dan terbakar di langit Afrika Barat.


Lalu pada tanggal 7 Oktober 2008, sebuah batu antariksa seberat 80 ton berhasil menembus atmosfir Bumi dan meledak tepat di atas sebuah daerah terpencil di Sudan. Asteroid yang dinamai 2008 TC3 itu terlihat 19 jam sebelum mencapai gurun Afrika, dan menjadi obyek pertama yang berhasil terekam sebelum menabrak Bumi.

Namun para astronom kesulitan untuk menindak-lanjuti deteksi dan peringatan yang lambat tersebut karena tenggat waktu yang sempit. Karena itulah, para periset NASA dan JPL kemudian bekerja untuk membuat program yang mampu memonitor observasi secara otomatis dan memberi peringatan dini kepada astronom.

Salah satu obyek pertama yang diproses oleh Scout adalah sebuah batu antariksa yang melesat menuju Bumi, pada tanggal 25 dan 26 Oktober 2016 lalu. Asteroid tersebut terlihat oleh Panoramic Survey Telescope & Rapid Response System (Pan-STARRS), sebuah teleskop yang didanai NASA di Maui, Hawaii. Hanya dalam beberapa jam, data asteroid telah berhasil dianalisa oleh Scout. Perangkat lunak itu kemudian menyimpulkan bahwa asteroid tersebut memang bergerak menuju Bumi, namun tidak berpotensi bahaya karena ada jarak sekitar 310.000 mil antara lintasan asteroid dengan permukaan Bumi.

Untuk melengkapi Scout, JPL menciptakan sistem lain yang telah lebih dulu beroperasi, bernama Sentry. Tugasnya adalah mengidentifikasi obyek yang cukup besar untuk melenyapkan satu kota metropolitan, yang mungkin akan menabrak Bumi dalam beberapa ratus tahun ke depan. Menurut Chodas, target mereka adalah menemukan 90 persen asteroid sebesar 140 meter, atau lebih. Namun saat ini, mereka baru mampu menemukan 25 hingga 30 persen dari estimasi populasi obyek antariksa sebesar itu.

Lalu, jika memang NASA menemukan obyek “raksasa” yang akan menabrak Bumi, adakah yang bisa dilakukan?

Menurut astronom Ed Lu, tentu saja ada yang bisa dilakukan. Syaratnya adalah, benda tersebut harus sudah terdeteksi sejak 30 hingga 10 tahun sebelum estimasi waktu tabrakan.

“Asteroid bisa dibelokkan dengan menggesernya sedikit, ketika jaraknya masih beberapa milyar mil dari permukaan Bumi,” katanya.

Walaupun telah aktif beroperasi, Scout masih dalam tahan ujicoba dan diharapkan akan bisa beroperasi penuh akhir tahun ini. Saat ini, perangkat lunak tersebut masih fokus mendeteksi dan menganalisa obyek-obyek kecil yang berada sangat dekat dengan Bumi.