Nah dalam waktu dekat ini, kegiatan tersebut bakal menjadi hal yang terlarang dilakukan di Kota Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat. Jadi, bagi pejalan kaki yang masih ngeyel menggunakan ponsel saat menyebrang, maka pemerintah Kota Honolulu tidak segan-segan memberikan denda.
“Sayangnya, kami memiliki predikat sebagai kota besar di mana pejalan kaki paling banyak mengalami kecelakaan di persimpangan, khususnya warga-warga senior,” ujar Kirk Caldwell, Walikota Honolulu, seperti dilansir dari laman Reuters.
Peraturan yang juga dikenal dengan UU Gangguan Berjalan tersebut ditandangani Kirk Caldwell, setelah dewan kota menyetujui kebijakan dengan jumlah suara 7-2. Caldwell menyebut, peraturan ini merupakan pengingat bagi orang-orang agar berkonsentrasi saat berjalan, termasuk mencegah kecelakaan.
Menurut rencana, peraturan ini akan mulai berlaku efektif pada 25 Oktober 2017. Adapun denda yang dikenakan bagi pelanggar adalah 15 USD hingga 35 USD (sekitar Rp 197 ribu-450 ribu) untuk pelanggaran pertama, 35 USD hingga 75 USD (sekitar Rp 450 ribu-Rp 985 ribu) untuk pelanggaran kedua, dan 75 USD hingga 99 USD (sekitar Rp 985 ribu-Rp 1,3 juta) untuk kali ketiga.
Sebagai informasi, Honolulu adalah satu-satunya kota di Amerika Serikat yang cukup ketat menerapkan peraturan semacam ini. Kota tersebut sudah melarang penggunaan perangkat seperti smartphone, laptop, pager, PDA, gim, termasuk kamera saat berjalan kaki.
Tidak hanya saat berjalan kaki, pemerintah setempat juga melarang penggunaan perangkat mobile saat mengemudi. Namun, peraturan ini memberikan kebebasan bagi petugas jalanan dan masyarakat yang menghubungi nomor darurat 911.
Sebenarnya, Honolulu bukanlah kota pertama di Amerika Serikat yang menerapkan peraturan serupa. Kepolisian Fort Lee, New Jersey, sebelumnya juga mulai menerapkan peraturan berupa denda sebesar 85 USD bagi pejalan kaki yang tertangkap SMS-an sambil berjalan.
Peraturan tersebut sudah diterapkan sejak 2012. Tidak berbeda jauh dari Honolulu, peraturan ini dibuat karena jumlah pejalan kaki yang mengalami kecelakaan di Fort Lee cukup tinggi.
Dapat banyak penolakan dari masyarakat
Meski dalam waktu dekat mulai diberlakukan di Honolulu, peraturan ini nyatanya mendapat banyak penolakan dari masyarakat. Sejumlah anggota masyarakat menuduh pemerintah berlebihan menerapkan aturan ini.
Meski demikian, Cadwell tetap menganggap bahwa peraturan ini dibuat untuk kebaikan masyarakat. “Kadang-kadang saya berharap ada peraturan yang tidak perlu kita loloskan, bahwa mungkin akal sehat yang menang, tetapi seringkali kita kekurangan akal sehat,” katanya.
Padahal di sisi lain, sebanyak 11.000 kasus cedera terkait dengan penggunaan ponsel sambil berjalan terjadi di Amerika Serikat sepanjang tahun 2000 hingga 2011. Data tersebut berdasarkan sebuah studi yang dilakukan University of Maryland yang dipublikasikan pada 2015.
Sementara itu, sejumlah kota di belahan dunia lain juga sudah berupaya mengurangi angka kecelakaan dengan menerapkan aturan atau fasilitas baru untuk mengamankan pejalan kaki yang sibuk dengan ponsel.
Kota Augsburg, Jerman, misalnya, menyematkan rambu-rambu khusus di lantai trotoar untuk pengguna smartphone yang terlalu sibuk menunduk dan menatap ke arah bawah sambil berjalan. Langkah yang sama juga turut dilakukan Kota Bodegraven, Belanda. Kemudian, pemisahan jalur trotoar secara khusus untuk pejalan kaki yang menatap gadget juga sudah diuji coba sejak 2014 di Cina.