Home  »  News   »  
News

Dirikan Neuralink, Elon Musk Berencana Gabungkan Otak Manusia dengan Kecerdasan Buatan

Elon Musk [Foto: Wikimedia.org]
CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk mendanai proyek yang mengembangkan teknologi yang memungkinkan integrasi antara komputer dengan otak  manusia, dalam perusahaan yang disebut Neuralink. Perusahaan yang masih dalam tahap perintisan tersebut fokus kepada pembuatan perangkat uang bisa diimplantasikan ke dalam otak manusia, dengan tujuan utama membantu otak manusia bersatu dengan perangkat lunak, dan mengimbangi kemajuan kecerdasan buatan (AI).

Integrasi tersebut diklaim akan meningkatkan memori dan memungkinkan manusia untuk terhubung langsung dengan perangkat komputer.

Musk telah mengisyaratkan eksistensi Neuralink beberapa kali dalam waktu enam bulan ini. Baru-baru ini di Dubai, dia melontarkan pernyataan, “Dari waktu ke waktu saya berpikir, kita mungkin akan melihat peleburan dari kecerdasan biologis dan kecerdasan digital,” katanya.

“Penyatuan itu sebagian besar adalah tentang bandwidth, kecepatan koneksi antara otak Anda dan versi digital dari diri Anda sendiri, terutama output-nya,” tambahnya.

Melalui akun Twitternya, Musk telah menanggapi sejumlah pertanyaan dari penggemar mengenai kemajuan proyek yang disebut “neural lace,” yakni sebutan untuk proyek berbau fiksi-sains yang menciptakan antarmuka komputer-otak manusia yang bisa memperbaiki dirinya sendiri.

Memang, antarmuka gabungan antara komputer dan otak manusia selama ini hanya ada dalam film-film fiksi-sains. Di dunia medis yang nyata, susunan elektroda dan implan lainnya juga pernah digunakan untuk membantu memperbaiki efek dari penyakit Parkinson, epilepsi, dan penyakit degenerasi syaraf lainnya. Namun sangat sedikit manusia di dunia ini yang memiliki implan rumit ditanam di dalam tengkorak mereka. Yang ada hanya beberapa puluh ribu pasien di dunia yang otaknya ditanami perangkat stimulasi level dasar.

Pada dasarnya, penanaman benda asing di otak manusia bisa sangat berisiko, bahkan berbahaya. Hanya mereka yang sudah tidak bisa ditangani dengan solusi medis apapun yang bisa menjalani operasi implantasi tersebut, sebagai pilihan terakhir.


Namun hal itu tak menyurutkan semangat perusahaan teknologi di Silicon Valley untuk melakukan eksperimen dan pengembangan ide penggabungan otak manusia dengan komputer. Kernel, startup yang dicipyakan co-founder Braintree Bryan Johnson, juga telah mencoba untuk meningkatkan kemampuan kognisi manusia. Johnson mengeluarkan lebih dari 100 juta dolar AS (dia telah menjual Braintree kepada Paypal seharga 800 juta dolar AS tahun 2013 lalu), Kernel dan tim ahli saraf serta pada insinyur perangkat lunaknya bekerja bersama-sama untuk mengentaskan penyakit degenerasi syaraf, dan pada akhirnya membuat otak manusia bekerja lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih terhubung.

“Kita tahu jika kita menempatkan chip di otak dan melepaskan sinyal listrik, yang kita dapat memperbaiki gejala Parkinson,” kata Johnson, seperti dilansir dari The Verge, Selasa, 28 Maret 2017. Dia juga mengkonfirmasi keterlibatan Musk dengan Neuralink. “Hal ini telah dilakukan untuk nyeri tulang belakang, obesitas, anoreksia … apa yang belum dilakukan adalah membaca dan menulis kode saraf,” tambahnya.

Menurut Johnson, tujuan utama dari Kernel adalah “bekerja dengan otak dengan cara yang sama, yang kita lakukan saat bekerja dengan sistem biologis kompleks lainnya seperti biologi dan genetika.”

Kernel memang cukup maju dengan beberapa tahun melakukan riset medis untuk memahami lebih jauh tentang otak manusia. Mereka juga mempioneri beberapa teknik pembedahan, metode-metode perangkat lunak, dan implan yang bisa mewujudkan ide mengenai antarmuka gabungan antara otak manusia dengan komputer.

Di sisi lain, menurut laporan the Wall Street Journal, Neuralink sebetulnya awalnya didirikan sebagai perusahaan riset medis di California pada Juli 2016 lalu. Hal itu mendukung asumsi bahwa Musk tengah mengikuti jejak Johnson dan Kernel.

Namun harus diingat, rintangan yang menghadang dalam mengembangkan perangkat ini sangat besar. Menurut para ahli syaraf, kita memiliki pengalaman yang masih terbatas mengenai bagaimana neuron-neuron di otak manusia saling berkomunikasi, dan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dari neuron-neuron tersebut masih alakadarnya.

Lalu muncullah ide mengenai orang-orang yang menjadi sukarelawan untuk ujicoba, yakni chip ditanamkan di kepala mereka.

“Mereka yang akan disetujui untuk ditanami implan di kepala hanya jika mereka memiliki kondisi medis yang sangat serius, yang mungkin akan mendapat manfaat kesehatan dari chip tersebut,” kata Blake Richards, ahli syaraf dan asisten profesor di Universitas Toronto kepada The Verge. “Sebagian besar orang yang sehat walafiat akan tak nyaman dengan ide mengenai dokter yang membelah kepala mereka.”

Bagaimana kelanjutannya? Kita tunggu saja update selanjutnya.