Home  »  News   »  
News

Facebook Copot Kepala Computer Vision Oculus Karena Skandal Seks

[Foto: Shutterstock/Tinxi]
Kepala computer vision di anak perusahaan virtual reality (VR) milik Facebook, Oculus, telah diganti setelah penangkapannya terkait keterlibatannya dalam kasus  prostitusi anak di bawah umur, menurut laporan TechCrunch, Rabu, 03 Mei 2017.

Dov Katz ditangkap di Embassy Suites di luar Seattle pada akhir Desember pada sebuah operasi yang dijalankan kepolisian, setelah diduga menuntut pelayanan seksual dari petugas yang menyamar, yang saat itu dia kira adalah seorang gadis berusia 15 tahun. Katz diduga setuju untuk membayar $300 untuk pelayanan tersebut.

Katz telah digantikan oleh Amir Frenkel, yang—menurut profilnya di LinkedIn—telah bergabung dengan Facebook pada bulan November tahun lalu sebagai direktur teknik sebelum beralih ke perannya sebagai kepala computer vision di Oculus bulan lalu. Sebelum bergabung dengan Facebook, Frenkel menjabat sebagai kepala wearable engineer di Google, di mana dia mengerjakan proyek-proyek seputar Google Glass dan Proyek Aura, yang berkaitan dengan teknologi augmented reality (AR).

Seorang juru bicara Oculus mengkonfirmasi kepada TechCrunch bahwa Katz bukan lagi seorang karyawan di perusahaan tersebut.

Skandal ini mengemuka pada saat yang kurang menguntungkan bagi Oculus, yang tengah mengalami banyak friksi terkait para eksekutif dan karyawan-karyawannya, yang dalam beberapa bulan ini telah mengalami banyak pergantian pimpinan dan karyawan pada saat perusahaan  VR yang diakuisisi Facebook pada tahun 2014 itu, tumbuh dengan lebih terintegrasi secara organisasi di bawah perusahaan induknya.


Pada bulan Desember, pendiri dan CEO Oculus, Brendan Iribe tiba-tiba mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari perannya untuk memimpin inisiatif VR berbasis PC di perusahaan tersebut. Eksekutif jebolan Xiaomi Hugo Barra mengambil alih kendali perusahaan bulan lalu, tapi bukan sebagai CEO Oculus. Sebaliknya, gelarnya adalah “VP VR” di Facebook, yang mengawasi inisiatif VR di Facebook dan Oculus.

Beberapa minggu yang lalu, pendiri Oculus Palmer Luckey meninggalkan perusahaan yang pertama kali dia bidani di garasi rumahnya tersebut, setelah berbulan-bulan menghindar dari sorotan publik. Seperti diketahui, dia terlibat skandal terkait pendanaan kelompok aksi anti-Clinton secara online selama pemilihan presiden tahun 2016 lalu. Skandal tersebut—dan keterlibatan Luckey—membuat marah banyak orang di komunitas developer, dan beberapa dari mereka mengancam untuk memboikot pengembangan di platform Oculus.

Situasi tersebut, ditambah lagi dengan skandal Katz, jelas telah menodai kursi kepemimpinan Oculus saat ini, yang kini tengah bersaing di industri virtual reality dan augmented reality yang makin ketat.

Berita lain yang cukup mengejutkan adalah, Oculus dipastikan tak akan berpartisipasi pada gelaran E3, Electronic Entertainment Expo, konferensi dan pameran video game tahunan yang diadakan di Los Angeles, bulan Juni mendatang.

Ini adalah kali pertama Oculus melewatkan gelaran E3, dan beberapa penggemar video game merasa kecewa, karena stan bertingkat yang menjadi ciri khas Oculus di berbagai gelaran biasanya merupakan salah satu yang paling disukai pengunjung di di LA Convention Center.

Penyebab absennya Oculus memang belum dipastikan, namun beberapa pihak menyangka hal ini disebabkan oleh makin minimnya support yang ditawarkan penyelenggara gelaran E3 tersebut. E3 adalah gelaran mahal, dan mungkin Oculus memilih untuk tidak menghabiskan dana setengah juta dolar hanya untuk berpartisipasi di gelaran yang berlangsung tiga hari tersebut, di mana mereka harus bersaing dengan brand lain untuk menarik perhatian pendatang, padahal di dunia yang selalu terkoneksi dengan Internet, mereka bisa langsung menyasar audiens mereka secara langsung.