Home  »  News   »  
News

Facebook, Google, Twitter Diminta Beri Kesaksian Tentang Campur Tangan Rusia dalam Pilpres Amerika

 

CEO Facebook Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg [Foto: Shutterstock/Frederic Legrand/Comeo]
Eksekutif dari Facebook, Alphabet Inc, Google dan Twitter diminta untuk bersaksi oleh Kongres Amerika Serikat dalam beberapa pekan mendatang karena anggota parlemen sedang menyelidiki dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016, sebagaimana disebutkan oleh salah satu sumber dari panitia pilpres baru-baru ini.

Seorang ajudan Senat mengatakan eksekutif dari tiga perusahaan tersebut telah diminta oleh Komite Intelijen Senat untuk tampil dalam audiensi publik pada 1 November.

Pemimpin panitia Intelijen Parlemen Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa panel tersebut akan mengadakan sidang terbuka bulan depan dengan perwakilan dari perusahaan teknologi yang tidak disebutkan namanya dalam upaya untuk “lebih memahami bagaimana Rusia menggunakan alat dan platform online untuk menabur perselisihan dan mempengaruhi pemilihan kita.”

Perwakilan dari Facebook dan Google mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerima undangan dari komite Senat namun tidak mengatakan apakah perusahaan akan hadir, sedangkan Twitter belum memberikan komentar mengenai hal ini.

Panitia dari panel Parlemen belum mengidentifikasi perusahaan mana pun, namun sebuah sumber dari panitia mengatakan bahwa anggota parlemen diharapkan mendengar dari tiga perusahaan sebagaimana diminta oleh Senat untuk bersaksi.

Permintaan tersebut merupakan langkah terbaru dari para peneliti kongres untuk mendapatkan informasi dari para perusahaan internet tersebut untuk menyelidiki sejauh mana upaya yang diduga dilakukan oleh Moskow untuk mengganggu pemilihan AS tahun lalu. Anggota parlemen di kedua belah pihak semakin khawatir bahwa jejaring sosial mungkin telah memainkan peran kunci dalam operasi pengaruh Rusia.


Bulan ini Facebook mengungkapkan bahwa yang diduga sebagai troll Rusia telah membeli lebih dari $100.000 iklan yang dipisah pada platformnya selama masa pemilihan 2016, sebuah gagasan telah sampaikan telah mendorong beberapa Demokrat untuk membuat suatu peraturan pengungkapan baru mengenai iklan politik online.

 

Pada hari Rabu, Trump menyerang Facebook dalam sebuah tweet dan menyebutkan jaringan sosial terbesar di dunia tersebut telah berkolusi dengan media lain yang menentangnya. Presiden telah skeptis mengenai kesimpulan yang dibarikan oleh badan intelijen A.S. mengena Rusia telah mencampuri pemilihan tersebut dan menolak telah berkolusi dengan Moskow pada kampanyenya.

Salvo tersebut mendorong sebuah teguran panjang dari Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg, yang mengatakan bahwa baik Trump maupun kaum liberal kecewa dengan gagasan dan konten di Facebook selama kampanye berlangsung.

“Itulah yang platform kita lakukan pada semua ide,” tulis Zuckerberg di laman Facebook pribadinya.

Perusahaan internet lainnya selain Facebook juga menghadapi pengawasan yang lebih intensive mengenai bagaimana Rusia mungkin telah memanfaatkan platform mereka. Twitter diharapkan untuk dapat memberikan memberikan informasi secara pribadi kepada panel Senat pada hari Kamis.

Senator Republik James Lankford, yang telah menerima informasi rahasia tentang campur tangan Rusia sebagai anggota Senat Komite Intelijen, mengatakan pada hari Rabu bahwa upaya negara tersebut untuk menumpas perselisihan dalam urusan dalam negeri A.S. tidak berkurang.

Troll internet Rusia selama akhir pekan memicu perdebatan yang disulut Trump mengenai apakah pemain NFL berhak berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan, kata Lankford.

The Daily Beast, mengutip dari sumber yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa sebuah grup Facebook bernama “United Muslims of America” adalah sebuah akun palsu yang dikaitkan dengan pemerintah Rusia dan grup itu digunakan untuk mendorong klaim palsu tentang politisi AS, termasuk kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton.

situs tersebut melaporkan, Kelompok tersebut membeli iklan Facebook untuk menjangkau khalayak yang ditargetkan, mempromosikan demonstrasi politik yang ditujukan untuk umat Islam.

Senat Komite intelijen dan Parlemen adalah dua panel kongres utama yang menyelidiki tuduhan bahwa Rusia berusaha mencampuri pemilihan AS untuk meningkatkan peluang Trump dalam memenangkan posisi di Gedung Putih, dan kemungkinan adanya kolusi antara rekan-rekan Trump dan Rusia.