Home  »  News   »  
News

Facebook Hapus Postingan yang Menunjukkan ‘Pembersihan Etnis’ Muslim Rohingya

Para pengungsi rohingya berlindung dari hujan di sebuah kamp di Cox’s Bazar, Bangladesh, pada tanggal 17 September 2017
Para pengungsi Rohingya berlindung dari hujan di sebuah kamp di Cox’s Bazar, Bangladesh, pada tanggal 17 September 2017. [Foto: Reuters/Cathal McNaughton]
Aktivis yang mendokumentasikan dugaan pembersihan etnis Muslim Rohingya di Burma, melaporkan bahwa posting mereka di Facebook telah dihapus dan akun mereka ditangguhkan.

Orang Rohingya yang menggunakan Facebook untuk berbagi informasi tentang serangan yang terjadi telah meminta perusahaan untuk menghentikan pembungkaman mereka, seperti yang di laporkan oleh Daily Beast.

Eksodus massal Muslim Rohingya telah memicu tuduhan pembersihan etnis, yang oleh Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB yang menyebut operasi tersebut sebagai “contoh tentang pembersihan etnis dengan arti sebenarnya.”

Komisi Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) mengatakan bahwa “operasi keamanan brutal” di negara bagian Rakhine “jelas tidak proporsional dan tidak memperhatikan prinsip-prinsip dasar hukum internasional.”

Zeid Ra’ad al-Hussein mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa bahwa lebih dari 270.000 orang telah melarikan diri ke Bangladesh, dengan lebih banyak terjebak di perbatasan, di tengah laporan tentang pembakaran desa-desa dan pembunuhan di luar hukum. Perkembangan terbaru, jumlah pengungsi Rohingya yang kabur mencapai lebih dari 400.000 orang dan masih terus bertambah.

“Saya meminta pemerintah untuk mengakhiri operasi militernya yang kejam sekarang juga, dengan mempertanggungjawaban semua pelanggaran yang telah terjadi, dan menghentikan pola diskriminasi yang parah dan meluas terhadap populasi Rohingya,” tambahnya. “Situasinya tampak sebagai contoh tentang pembersihan etnis dengan arti sebenarnya.”


Serangan oleh gerilyawan Rohingya memicu sebuah respon militer yang memaksa lebih dari 410.000 orang Rohingya ke negara tetangga Bangladesh saat desa mereka dibakar dan ratusan lainnya terbunuh.

Sementara pemerintah Burma menyalahkan Rohingya atas kejadian tersebut, anggota minoritas yang teraniaya tersebut mengatakan bahwa tentara dan gerilyawan Buddha yang menyerang mereka.

Mohammad Anwar, seorang aktivis Rohingya yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan kepada Daily Beast Facebook telah berulang kali menghapus postingnya tentang kekerasan di negara bagian Rakhine, yaitu tempat kebanyakan orang Rohingya tinggal.

Salah satu postingnya melaporkan aktivitas militer di negara bagian Rakhine, diamana helikopter militer Burma terlihat terbang di atas desa Rohingya. Raksasa media sosial tersebut mengatakan mereka menurunkannya karena “tidak mengikuti Standar Komunitas Facebook.”

Posting lain yang dihapus, yaitu dugaan yang menunjukkan tentara Myanmar membakar sebuah dusun Rohingya.

Laura Haigh, peneliti Amnesty International untuk Myanmar, mengatakan kepada Daily Beast bahwa tampaknya ada kampanye yang ditargetkan untuk melaporkan akun Rohingya ke Facebook agar akun mereka ditutup.

Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Facebook mengatakan kepada The Independent: “Kami ingin Facebook menjadi tempat di mana orang dapat berbagi dengan bertanggung jawab, dan kami bekerja keras untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara memungkinkan orang untuk berekspresi tanpa melupakan pengalaman yang aman dan terhormat.”

“Itulah sebabnya kami memiliki Standar Komunitas, yang menjelaskan jenis posting apa yang diperbolehkan di Facebook dan jenis konten apa yang mungkin dilaporkan kepada kami dan dihapus, termasuk ucapan kebencian, akun palsu, dan organisasi berbahaya.”

Facebook mengatakan bahwa suatu konten diperbolehkan hanya jika layak diberitakan atau penting untuk kepentingan umum, namun akan menurunkan konten yang melanggar standar tentang ucapan kebencian dan ancaman kekerasan.

Namun, perusahaan mengaku kesalahan memang terjadi, namun mengatakan akan bertindak cepat untuk mengatasinya.

“Siapa pun bisa melaporkan konten-konten jika menurut mereka itu melanggar standar kami kepada kami,” juru bicara Facebook menambahkan. “Tidak masalah berapa kali konten tersebut dilaporan, akan diperlakukan sama.”

“Sebagai tanggapan atas situasi di Myanmar, kami meninjau kembali konten dengan hati-hati terhadap Standar Komunitas kami.”

Laporan terbaru, Facebook mengatakan telah memblokir sebuah akun kelompok gerilyawan Rohingya dari situsnya, menunjuknya sebagai ‘organisasi berbahaya’ karena informasi mengenai krisis yang mendalam diliputi oleh klaim, pernyataan balasan dan ucapan kebencian di media sosial.