Home  »  Opinion   »  
Opinion

Fenomena Beauty Vlogger dan Peluang Influencer Marketing pada Industri Kosmetik

[Foto: pixabay.com]
Beberapa tahun terakhir, fenomena beauty vlogger menjadi sesuatu yang populer di kalangan millennial. Sebagai pengguna internet, khususnya YouTube, kita tentu banyak melihat orang-orang kini berlomba-lomba untuk berbagi passionnya di bidang kosmetik dan kecantikan. Dari mulai memberikan review seputar produk-produk kecantikan, hingga memberikan tutorial cara menggunakan produk kecantikan dengan berbagai kondisi. Tidak heran, jika kemudian kita banyak menemui orang-orang yang awalnya hanya YouTuber biasa, kini mulai ramai menghiasi layar kaca, mengisi acara-acara kelas make up di pusat perbelanjaan, hingga digandrungi bak seorang selebritis.

Fenomena beauty vlogger ini rupanya tidak terlepas dari tren penjualan kosmetik yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 118 juta orang perempuan, tentunya Indonesia menjadi lahan subur bagi industri kecantikan. Terlebih, meski sebagian besar produk kecantikan memang ditujukan untuk perempuan, kini banyak juga produsen yang mencoba inovasi produk yang ditujukan untuk laki-laki. Hal tersebut terlihat dari pangsa pasar yang terus meningkat sepanjang lima tahun terakhir, baik di kalangan konsumen perempuan maupun laki-laki.

Menurut Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, nilai industri kosmetik di Indonesia bisa mencapai 100 trilyun rupiah. Sayangnya, saat ini angka yang didapat baru sekitar 25% dikarenakan satu dan lain hal. Beberapa di antaranya adalah kurangnya bahan baku serta gempuran pasar internasional yang lebih menarik minat konsumen dibandingkan dengan produk-produk lokal. Meski demikian, dalam sebuah wawancara, Achmad Sigit Dwiwajono, Dirjen Industri Kimia, Tekstik, dan Aneka (IKTA) Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, menilai potensi industri kosmetik di Indonesia masih sangat menjanjikan.


Turunnya brand loyalty di kalangan konsumen

Sebagai generasi millennial yang terlahir dengan gaya hidup yang sangat dinamis, loyalitas menjadi sesuatu yang banyak dipertanyakan. Dalam kaitannya dengan pola konsumsi, konsumen dari generasi X dan Y ini juga menunjukkan rendahnya loyalitas terhadap suatu produk.

Lagi-lagi, opsi yang banyak memang memungkinkan konsumen untuk bebas menjatuhkan pilihan, termasuk pada merk kosmetik yang akan digunakan. Selain karena pilihan yang beragam, rendahnya loyalitas terhadap suatu brand juga dikarenakan musim atau tren tertentu yang sedang digemari oleh pasar. Misalnya saja, budaya Korean Pop (K-pop) yang dinikmati oleh konsumen di Indonesia secara tidak langsung mempengaruhi preferensi pembeli merk-merk dari Korea. Bagi konsumen, ada semacam pengaruh untuk menimbulkan keidentikan dari apa yang mereka nikmati dalam tayangan dengan kosmetik-kosmetik yang akhirnya dipilih. Seorang K-poper barangkali mendambakan style atau wajah seperi idolanya dalam film Korea. Itulah kenapa ia kemudian memilih brand dari Korea seperti yang digunakan oleh sang idola di layar kaca.

Meski demikian, tren tersebut memang tidak bertahan lama. Seperti laiknya industri hiburan yang terus berubah, kecenderungan pemilihan merk yang didasari dari meniru sebuah tren, kelak juga akan berubah.

Diperlukan strategi baru yang kekinian

Yang menjadi catatan dari boomingnya industri di bidang kecantikan ini pada akhirnya adalah seberapa mampu brand-brand bersaing untuk mendapatkan pasarnya di Indonesia. Dengan karakteristik konsumennya yang kurang loyal, ditambah pengaruh figur yang masih lekat mempengaruhi preferensi konsumen, bisnis tentunya harus menyiasati dengan cerdas.

Di era teknologi yang semakin maju, tentunya, persaingan akan semakin terbuka untuk siapa saja. Baik merk lokal maupun merk internasional yang telah membanjiri pasar impor di Indonesia, keduanya sama-sama butuh siasat untuk mendapatkan konsumen yang paling tepat.

Tidak hanya promosi dengan menawarkan harga murah, di era digital ini bisnis mungkin bisa mulai berkolaborasi dengan para influencer yang telah terlebih dulu menjadi fenomena dalam dunia kosmetik, seperti misalnya para beauty vlogger. Influencer marketing kemungkinan bisa menjadi salah satu opsi menarik di tengah ‘galau’-nya pasar millennial yang sebenarnya sangat prospektif untuk menjadi konsumen bagi sebuah produk.