Home  »  News   »  
News

Google Luncurkan Proyek Magenta yang Bisa Sulap Mesin Jadi Musisi

[Foto: Mirror.co.uk]
[Foto: Mirror.co.uk]
Di awal bulan ini, Google telah mengumumkan proyek terbarunya yang diberi nama Magenta, yang merupakan sebuah mesin canggih yang bisa menciptakan karya seni dan musik sendiri. Proyek Magenta ini bertujuan untuk membangun suatu komunitas yang bisa mewadahi seniman, coders, dan peneliti mesin.

“Kami belum tahu apa yang bisa dilakukan oleh para seniman dan musisi dengan mesin ini, tapi kami benar-benar tertarik untuk mengetahuinya,” tutur Douglas Eck, pimpinan proyek Magenta seperti dikutip Chicago Tribune.

Google juga telah merilis contoh melodi yang dihasilkan oleh mesin pintar ini. Jika Anda penasaran, Anda bisa mendengarkannya di sini.

Juru bicara untuk Google, Jason Friedenfelds, menyatakan bahwa insinyur software Google, Elliot Waite, menciptakan nada pertama yang dihasilkan Magenta dengan menggunakan sebuah jaringan syaraf tiruan (neural network) LSTM (long short-term memory) yang dilatih unuk menggunakan beberapa teknik baru.


Lagu hasil karya Magenta yang terdiri atas alunan piano yang diiringi oleh irama drum sederhana ini “dipelajari sendiri dengan menggunakan koleksi MIDI lagu Pop,” tutur Friedenfelds pada Tech News World.

Lagu tersebut sebenarnya hanya terdiri dari empat nada (C, C, G, G), tapi “meskipun kami tambahkan beberapa dentuman drum untuk menyatukannya, tapi secara keseluruhan melodinya murni dihasilkan oleh mesin,” lanjut Friedenfelds.

Dalam jangka pendek, Google berencana untuk membuka situs Magenta di GitHub code repository. Di sana, Google akan menunjukan kode-kode beserta tools-nya secara terbuka dalam rangka mengajak pihak di luar Google untuk berkonstribusi.

“Jika kalian adalah seorang musisi atau seniman, … kami harap kalian akan menggunakan alat ini untuk menciptakan suara atau gambar atau video atau … apapun yang kalian inginkan.”

Berdasarkan informasi dari News Factor, tahun lalu Google juga telah mendemonstrasikan bagaimana program komputer bisa “mempelajari” berbagai gaya artistik dan menerapkannya ke dalam sebuah lukisan. Teknik yang dinamakan “Inceptionism” ini berhasil menghasilkan 29 lukisan yang kemudian dijual dalam sebuah acara amal.