Home  »  Review   »  
Review

Greenpeace Luncurkan UdaraKita, Aplikasi Pemantau Kualitas Udara

[Foto: greenpeace.org]
Ingin tahu bagaimana kualitas udara yang selama ini Anda hirup, terutama saat di perkotaan besar? Kini, Anda bisa mengetahuinya secara jelas melalui aplikasi mutakhir yang dihadirkan Greenpeace. Ya, organisasi lingkungan global ini baru saja meluncurkan aplikasi bernama UdaraKita.

Tujuan aplikasi ini adalah agar penggunanya bisa mengetahui kualitas udara berdasarkan perhitungan jumlah konsentrasi PM 2.5, sebagai salah satu polutan udara yang paling berbahaya.

“Data kualitas udara dalam aplikasi ini diambil dari rerata harian alat pemantau kualitas udara yang diletakkan di 50 titik pemantauan di Jabodetabek dan beberapa kota lain,” kata Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Iklim dan Enegri Greenpeace Indonesia, sebagaimana dilansir dari situs resmi Greenpeace.

Ia mengatakan, peluncuran aplikasi ini dipicu oleh tingkat polusi udara kota besar seperti Jakarta. Dimana, polusi udara di ibu kota sudah sampai pada tahap cukup mengkhawatirkan.

Selain di Jakarta, aplikasi ini juga memuat data kualitas udara di beberapa kota lain seperti Bandung dan Pekanbaru. Dalam aplikasi ini, kualitas udara ditampilkan dengan warna. Warna hijau menunjukkan kualitas udara aman untuk kesehatan. “Merah itu sudah konsentrasi PM 2,5 tinggi dan kualitas udara tidak sehat,” kata Bondan.

Data dari Greenpeace pada semester pertama 2016 menyebutkan, tingkat polusi udara Jakarta berada pada level 45 mikrogram per meter kubik atau 4,5 kali dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


Sumber polusi udara di kota besar di Indonesia, kebanyakan berasal dari transportasi dan pembangkit tenaga listrik, yang masih mengandalkan bahan bakar fosil. Sedangkan polutan udara yang dinilai paling berbahaya adalan PM 2.5, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan serius, bahkan hingga kanker paru.

Ternyata, tingginya kadar polusi udara di kota-kota besar belum mendapatkan perhatian khusus dari pihak pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari minimnya alat pemantauan kualitas udara yang datanya dapat diakses oleh masyarakat, khususnya bagi kota-kota yang memiliki tingkat polusi tinggi seperti Jakarta dan Bandung.

Nah, agar masyarakat bisa mengakses data kualitas udara, Greenpeace lantas berinisiasi meluncurkan aplikasi UdaraKita. Melalui aplikasi ini, Greenpeace mengajak masyarakat di kota-kota besar untuk mulai peduli terhadap kondisi udara sekitar dan juga lebih sadar terhadap dampak kesehatan akibat polusi udara.

Dalam peluncuran aplikasi UdaraKita, Greenpeace juga menekankan pentingnya peran pemerintah untuk menangani masalah polusi udara secara serius. “Selanjutnya, rekomendasi kami adalah antara lain penyediaan pemantauan kualitas udara serta mengurangi sumber penghasil polusi udara yaitu sektor transportasi dan energi,” kata Bondan.

Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia, Budi Haryanto mengatakan bahwa masyarakat perlu mengetahui informasi kualitas udara, seperti yang ditampilkan UdaraKita sebagai peringatan dini pencemaran udara.

“Jangan sampai nanti sudah lihat banyak orang sakit, baru sadar ada pencemaran udara. Itu artinya kita sudah sangat terlambat,” katanya, seperti dilansir dari Tempo.

Ia menambakan, sejumlah kota besar di dunia memiliki sistem pemantau udara yang kompleks. Menurutnya, Kota Tokyo di Jepang memiliki ratusan pemantau udara sebagai alat peringatan dini. “Di Jakarta, alat pemantau udara jumlahnya sangat sedikit dan sebagian besar malah tidak bisa mengukur konsentrasi PM 2,5,” katanya.

Saat ini, aplikasi UdaraKita hanya tersedia untuk pengguna Android. Sementara untuk iOS akan tersedia dalam waktu dekat. “Adapun alat pemantau kualitas udara sudah beragam dan bisa dibeli online. Penggunanya bisa berbagi data mereka di UdaraKita,” pungkas Bondan.