Home  »  News   »  
News

Ilmuwan Asal India Ciptakan Plastik Berbahan 100 Persen Organik yang Bisa Dimakan

[Foto: odditycentral.com]
Beberapa negara telah melakukan upaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah plastik. Salah satunya adalah India. Pemerintah India, khususnya di Ibu Kota New Delhi, telah memberlakukan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai sejak awal Januari lalu.

Benda-benda yang terbuat dari plastic seperti peralatan makan, tas, cangkir, dan jenis lainnya dari plastik sekali pakai, resmi dilarang oleh National Green Tribunal (NGT). “Penggunaan plastik sekali pakai dilarang di seluruh NCT Delhi. Aturan ini dibuat demi kesehatan masyarakat Delhi,” demikian pernyataan NGT, seperti dilansir dari Independent.

Aturan tersebut dikeluarkan menyusul adanya keprihatinan khusus tentang jumlah sampah plastik yang dihasilkan. India bertanggung jawab untuk 60 persen sampah plastik yang dibuang di lautan dunia setiap tahun.

Larangan tersebut juga diberlakukan setelah banyak keluhan tentang pembakaran sampah plastik dan sampah lainnya di tiga tempat pembuangan sampah lokal yang menyebabkan polusi udara.

Kebijakan ini telah dilakukan dari satu kota ke kota lainnya. Setelah dilakukan pertama kali di New Delhi, beberapa kota pun sudah mulai melakukan aksi pelarangan ini. Maka dari itu, tidak heran jika aksi pemerintah India ini dinilai inovatif oleh negara lain. Bahkan, India telah merencanakan solusi baru terkait masalah sampah plastik ini.

Seorang ilmuan asal India bernama Ashwath Hegde berhasil menciptakan plastik revolusioner berbahan 100 persen organik. Ia terinspirasi dari beberapa warga India yang menemukan cara baru untuk membawa belanjaan mereka tanpa kantong plastik. Caranya adalah membawa tas lain yang tahan lama jika digunakan berkali-kali.


Namun sayangnya, ia juga menemukan bahwa beberapa orang tidak menggunakan tas karena berbagai alasan, misalnya harga yang cukup mahal, bahan tas tidak begitu bagus, dan ukurannya kadang lebih kecil. “Tas seharga 5 Rupee atau 15 Rupee tidak sepadan untuk barang belanjaan yang nilainya tidak seberapa,” katanya, seperti dilansir dari Oddity Central.

Ashwath menghabiskan empat tahun untuk bereksperimen dengan berbagai bahan. Akhirnya, ia menemukan bahan yang bisa meniru kekuatan plastik dan fleksibilitas. Namun, semuanya benar-benar biodegradable (semua limbah yang dapat hancur) dan organik.

Ashwath sukses menemukan kombinasi 12 bahan yang paling mendekati tekstur dan penampakan plastik, antara lain kentang, tapioka, jagung, pati alami, minyak sayur, pisang, dan minyak bunga. Bahan baku diubah menjadi bentuk cair, dan kemudian melalui enam tahapan proses hingga menjadi kantong plastik organik.

Tas yang diberi nama EnviGreen ini akan tahan selama 180 hari. Namun, tas ini dapat hancur jika ditempatkan dalam suhu kamar yang tinggi atau pada air mendidih. Jika pun hancur, tas ini tidak berbahaya bagi hewan, tanaman, dan lingkungan karena tidak mengandung plastik konvensional.

Menariknya lagi, karena ramah lingkungan, tas EnviGreen juga bisa dimakan. Sebelumnya, Ashwath sudah melakukan sejumlah tes tentang keamanan dan biodegradasi mereka. Ketika tas dimasukan ke dalam air mendidih lalu di minum, orang yang meminum air tersebut tidak akan mengalami efek samping.

“Kami tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Bahkan, cat yang digunakan untuk mencetak pun alami dan organik,” ungkap Ashwath, seperti dikutip dari The Better India.

Harga kantong plastik EnviGreen memang sedikit lebih mahal, 35 persen lebih tinggi dari kantong plastik biasa. Namun, manfaatnya jauh lebih besar daripada harganya. Tas karya Ashwath ini sudah dijual ke berbagai negara seperti Abu Dhabi dan Qatar. Sedangkan pada tahun ini, kantong plastik EnviGreen sudah bisa ditemui di wilayah India.