Home  »  News   »  
News

Ilmuwan Temukan Cara Perpanjang Memori Tikus, Peluang Manusia untuk Minimalisir Kepikunan?

Ilustrasi pikun [Foto: Pixabay]
Manusia memiliki siklus hidup yang agaknya tidak bisa dihindari saat memasuki usia 60-an hingga 80-an, tergantung dari seberapa baik kondisi yang bersangkutan. Siklus hidup yang dimaksud itu adalah berkurangnya kemampuan dalam mengingat satu momen, benda, nama, atau sosok. Sederhananya, siklus hidup tersebut dinamakan ‘pikun’. Tak cuma jadi satu fase manusia yang hampir pasti akan dilewati, tapi ternyata kepikunan tak cuma melanda manusia dengan usia senja saja. Di beberapa kondisi khusus pikun justru mampu melanda manusia yang masih belia, dikarenakan satu kondisi penyakit tertentu, maupun memang dikarenakan kelainan turunan yang terpatri pada DNA.

Banyak yang menyatakan bahwa pikun sebetulnya adalah bentuk lain dari ketidakmampuan otak menggambar maupun menarik kembali satu bentuk citra di masa lalu. Pikun juga bisa disebut sebagai bentuk lain dari ‘lupa’. Dan salah satu stakeholder memegang peranan akan eksistensi lupa adalah kegiatan istirahat dan tidur.

Belakangan ilmuwan dari Korea Selatan melakukan satu riset yang diyakini mampu meningkatkan memori saat tidur. Hal ini dilakukan dengan mengeksekusi sebuah uji coba menggunakan seekor tikus yang dilihat apakah memorinya bisa jadi lebih baik saat tidur. Dikutip dari Digital Trends, sebuah institusi dari Negeri Ginseng itu dengan bidang khusus Basic Science’s Center for Cognition and Sociality menyebutkan bahwa tidur yang baik ternyata mendukung kinerja memori yang baik pula.


Kabar baiknya, riset yang tersebut berhasil menemukan fakta bahwa beberapa gelombang otak yang spesifik ternyata bisa dipancing untuk kemudian mengambil kembali memori yang sudah terkubur dan menampilkan lagi dalam bentuk display lewat penampakan yang sama persis seperti saat manusia sedang mengingat sesuatu. Namun ada kabar buruknya, karena ternyata riset tersebut masih belum bisa sepenuhnya diterapkan pada otak dan memori manusia yang memang sangat kompleks. Demi mendukung fakta riset tersebut, para ilmuwan menggunakan tikus sebagai eksperimen awal.

Untuk membuktikan fakta apakah memori bisa terpancing dengan gelombang tertentu saat tidur, tikus tersebut kemudian diberikan stimulus dan rangsangan supaya mendapatkan satu buah mimpi buruk dengan cara mengalirkan gelombang listrik dengan jumlah tertentu. Eksperimen ini dilakukan pada satu kandang khusus supaya tikus tersebut bisa terpancing dan menggambarkan kandang yang dihuninya pada satu partisi memori diotaknya. Sehari setelah tikus tersebut diujicobakan, para ilmuwan memancing kembali ingatan tikus dengan cara menampilkan gambar dan citra yang sama persis dengan saat si tikus tersebut dialiri gelombang listrik yang mengakibatkan mimpi buruk bagi tikus tersebut dengan beberapa level yang berbeda sesuai dengan intensitas cahaya yang dibutuhkan.

Menurut Dr. Hee-Sup Shin, selaku direktur dari Center for Cognition and Sociality menyatakan bahwa hasil dari eksperimen terhadap tikus tersebut ternyata luar biasa dramatis, terutama karena tikus tersebut dialiri gelombang yang berpotensi memberikannya mimpi buruk. Menurutnya, induksi atau dorongan gelombang tambahan yang diasumsikan bisa memberikan mimpi buruk tersebut ternyata secara real membuat tikus tadi bisa mengingat jauh lebih baik hingga dua kali lipat bahkan saat mimpi itu sudah berselang dua hari. Reaksi dari si tikus sama persis dengan saat eksperimen tersebut dilakukan.

Secara khusus disebutkan memang eksperimen yang satu ini berpotensi untuk dilakukan kepada manusia, demi mendapatkan memori yang lebih baik serta mengoptimalisasikan kinerja otak manusia terutama saat tidur. Tapi nada pesimis muncul disaat Shin mengatakan bahwa eksperimen ini masih belum memungkinkan untuk diaplikasikan pada manusia, kecuali jika telah ditemukan alat serta fasilitas yang tidak akan mengganggu serta memanipulasi secara berlebih otak manusia terutama jika saat tidur.