Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Ini Dia Masalah-Masalah Utama Pemasaran bagi Perusahaan Startup

[Foto: shutterstock.com]
Dalam sebuah sesi diskusi antara saya dan seorang Kepala Departemen Pemasaran pada sebuah lembaga pemerintah minggu lalu, beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang masih saya ingat sampai saat ini. Pertanyaannya memang terdengar mudah, tapi jawabannya sangatlah banyak dan bisa dijawab dari berbagai sudut pandang. Dari ekspresi wajahnya yang nampak bersungguh-sungguh, saya tahu bahwa beliau hanya menginginkan sebuah jawaban yang benar-benar jujur.

Pertanyaannya adalah, “Azleen, apakah masalah utama dalam pemasaran yang biasa dihadapi oleh perusahaan-perusahaan startup yang baru didirikan?”

Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut, saya menanyakan kepadanya mengapa beliau melontarkan pertanyaan seperti ini? Padahal, ia memimpin di sebuah lembaga pemerintah dan bukanlah perusahaan baru. Dia mengatakan bahwa pertanyaan itu sejalan dengan rencananya untuk mengubah citra lembaga tersebut menjadi lembaga pemerintah yang layak, dinamis dan tidak terlihat terlalu ‘pemerintah’. Mereka menginginkan citra baru yang lebih modern. Badan ini telah lama beroperasi, sudah lebih tiga puluh tahun, dan sangat menginginkan adanya reformasi demi memacu semangat para pekerja. Selain itu juga, rupanya mereka ingin badan pemerintah ini tetap relevan untuk puluhan tahun yang akan datang. Karen itulah mereka sangat membutuhkan inisiatif rebranding ini. Setelah penjelasan beliau tadi, barulah saya paham.

Kemudian, saya pun menjawab pertanyaan beliau. “Membuat orang kenal dengan brand kita, mengikuti kita, dan mempercayai kita dalam waktu yang singkat. Inilah masalah pemasaran yang paling utama bagi semua perusahaan baru, tidak peduli di industri apa pun.”


Kemudian, saya menambahkan bahwa kebanyakan perusahaan baru yang ada cenderung menyepelekan atau meremehkan hal ini. Bagi mereka, hanya dengan memiliki website yang menarik, membuat akun media sosial di semua platform yang ada, dan mengadakan satu atau dua konferensi pers sudah cukup untuk membuat pelanggan datang dengan sendirinya. Mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu bakal menjadi kesalahan yang paling mahal yang pernah mereka lakukan. Apalagi jika sumber dana perusahaan itu datang dari investor dan bukan berasal dari sumber internal. Jika strategi pemasaran mereka tidak berhasil, mereka pasti kewalahan karena harus mempertanggung jawabkan dana tersebut tanpa ada hasil yang memuaskan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, kita harus kembali ke dasar pemasaran itu sendiri. Gunakan pendekatan pemasaran yang dimulai dari titik akhir perjalanan pemasaran perusahaan atau working backwards. Kita perlu tahu siapakah target pasar kita. Kita harus spesifik dalam pencarian target pasar ini. Sebab, jika target pasar terlalu umum, usaha-usaha yang dilakukan akan ‘menembak’ ke semua tempat. Hal ini bakal meningkatkan biaya pemasaran. Kemudian, kita perlu tahu hal apa yang mendorong mereka membeli barang atau jasa tertentu. Lalu, mengetahui bagaimana mereka bisa sampai pada keputusan tersebut. Kita juga harus memikirkan alasan mereka membeli dari kita dan bukan dari orang lain yang juga memiliki barang atau jasa yang sama kualitasnya. Setelah itu, kita juga perlu taktik dan teknik agar mereka percaya pada merek kita. Untuk itu, kita harus memperkenalkan brand kita kepada mereka, dan mengetahui platform mana yang dapat kita gunakan. Untuk mengetahui platform mana yang harus digunakan, kita harus tahu di mana target pelanggan kita berada. Apa topik yang mereka perhatikan, dan konten seperti apakah yang mereka suka dan tidak suka. Untuk menyediakan konten yang mereka suka, apakah elemen yang harus ada saat membuat konten itu. Apakah penulisan artikel, infografik ataupun video pendek merupakan konten yang dapat menarik perhatian mereka? Kemudian bagaimana caranya untuk memastikan bahwa mereka akan melihat konten tersebut dan teringat dengan brand kita. Apakah yang dapat membuat mereka memikirkan brand kita dan membuatnya melekat ke dalam pikiran mereka.

Masalah-masalah tadi biasanya muncul karena tidak ada kesabaran yang ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan baru. Bagi mereka, keberhasilan yang cepat mampu dibeli dengan uang. Sayangnya, mereka tidak menyadari bahwa semua proses yang saya sebutkan tadi sangatlah memakan waktu dan membutuhkan kesabaran agar bisa sukses.

Tulisan ini adalah kontribusi dari Azleen Abdul Rahim, seorang blogger pemasaran digital di azleen.com, dengan penyesuaian standar LABANA.id.