Home  »  Opinion   »  
Opinion

Ini Penjelasan Psikologis Mengapa Seseorang Mengalami Phobia Badut

[Foto: howstuffworks.com]
Ketika masa kecil, beberapa di antara teman, keluarga, saudara, atau bahkan kita sendiri mungkin pernah mengalami rasa ketakutan jika bertemu badut. Hanya dengan melihat dan berada di posisi agak jauh, keberadaan badut bahkan bisa membuat seseorang menjadi cemas. Phobia badut dikenal dengan istilah coulrophobia.

Lalu, apa alasan sebenarnya yang membuat seseorang takut oleh sosok badut? Berikut beberapa penjelasan psikologisnya.

Selalu Menggunakan Riasan ‘Wajah Tersenyum’

Seperti kita ketahui, hampir seluruh badut selalu menggunakan riasan yang sama di wajahnya, yakni wajah putih dengan gambar senyum besar di bagian mulutnya. Riasan ini bukannya membuat lucu, malah justru terlihat mengerikan. Hal ini pun disetujui oleh psikolog.

Dr. Jordan Gaines Lewis memaparkan ulasan di Psychology Today, yang menyebut bahwa gambar senyuman besar di wajah badut membuat kita kesulitan untuk menangkap emosi mereka yang sebenarnya.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di mana badut seharusnya menghibur dan orang berada pada kondisi tidak terhibur. Hal ini membuat orang merasa canggung atau bahkan terganggu dengan adanya badut. Ini bisa memunculkan rasa takut pada badut, karena orang sudah menyimpan rasa tidak nyaman untuk dihibur.

Badut Tidak Bisa Diprediksi

Sebuah artikel ilmiah dari Scientific American menjelaskan bahwa badut adalah ‘pengecoh’. Baju, riasan, serta aksesori yang berlebihan membuat dirinya juga bisa berbuat apapun, terlepas dari ikatan norma masyarakat.


Secara konvensional, hal ini dibuat untuk menghibur, mulai dari sulap sederhana hingga melakukan komedi slapstik. Namun lama-kelamaan, hal ini dipahami sebagai hal yang mengerikan. Sebab, sulap dari badut makin lama makin dianggap payah. Tanpa bisa diprediksi, badut jadi mempunyai banyak hal untuk dilakukan.

Hal-hal di luar nalar bisa dilakukan karena badut bisa mendorong batasan yang dimiliki masyarakat biasa, hanya karena badut sudah dipahami sebagai orang berpakaian ‘berlebihan’ dan bertujuan menghibur.

Takut Akan Hal Asing

Ternyata ketakutan akan badut merupakan hal yang sederhana, yakni takut akan hal asing. Dokter bernama Penny Curtis dari University of Sheffield pernah meneliti tentang hal ini. Ia mengadakan polling untuk anak berusia 4-16 tahun yang menginap di sebuah rumah sakit anak yang dipenuhi gambar badut sebagai interior.

Dari hasil penelitian ini, badut memberi ketakutan pada anak-anak, bahkan pada anak yang cukup muda untuk tahu bahwa badut kini sudah menjadi objek film pembunuhan dan horor.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah anak-anak cenderung melihat badut sebagai benda asing yang mengerikan. Tentu melihat gambar badut sangat berbeda dengan melihat gambar anak-anak, kucing, atau benda lain yang lebih umum. Untuk masuk ke dalam jenis apa, badut sangat sulit dikategorikan.

Rasa Ketidaknyamanan

Bapak psikologi dunia Sigmund Freud menjelaskan bahwa orang bisa ketakutan dengan sesuatu yang umum namun tak umum dalam waktu bersamaan. Misalnya, terkadang rasa tidak nyaman muncul dari orang yang tidak memiliki lengan karena diamputasi, dan lain sebagainya.

Steven C. Schlozman, seorang profesor dari Harvard mengelaborasikan teori ini dalam konteks badut. Ia menjelaskan bahwa badut memiliki bentuk yang hampir sama dengan manusia. Namun, badut memiliki bagian tubuh yang dilebih-lebihkan dengan sengaja. Mulai dari hidung besar berwarna merah dan sepatu yang sangat besar.

Bagi sebagian orang, hal ini bisa membuat tidak nyaman ataupun takut, seperti halnya seseorang yang diamputasi tadi. Padahal hal tersebut normal saja.

Jadi, apakah alasan-alasan di atas menjadi sesuatu yang masuk akal untuk membuat seseorang takut terhadap badut?