Home  »  News   »  
News

Ini Sebenarnya Alasan Mengapa Orang Tua Biarkan Anaknya Main Smartphone

Anak kecil dan smartphone [Foto: publicdomainpictures.net]
Dewasa ini, kemungkinan besar Anda sudah biasa melihat balita yang terampil memainkan gadget. Tak cuma asal sentuh atau pencet, terkadang anak kecil juga paham menggunakan perangkat elektronik tersebut, seperti untuk bermain game atau menonton video di YouTube. Rasa-rasanya, saat ini gadget yang begitu canggihnya bagaikan mainan tradisional seperti yoyo yang mudah dikuasai oleh anak kecil.

Kendati ada yang memang punya rasa ingin tahu dan inisiatif yang tinggi untuk mempelajari hal baru, sebagian anak kecil menjadi gadget native karena bentukan orang tuanya. Survei dari Nielsen dalam 2016 Mobile Kids Report membuktikan hal tersebut.

Saat menjaring informasi dari responden yang terdiri dari 4.646 orang tua dengan anak berusia 6 sampai 12 tahun, terungkap bahwa alasan mereka memberi buah hatinya perangkat seluler adalah supaya mereka bisa tenang atau mudah dikontrol dan mempermudah proses komunikasi. Di samping itu, keinginan orang tua untuk selalu bisa melacak di mana putra dan putrinya berada jadi alasan populer lain mengapa anak yang usianya belum genap 13 tahun sudah diperbolehkan menggunakan gadget.

Sementara itu, tiga alasan teratas sisanya sepertinya kental dengan nuansa status sosial. Jadi, ada juga di antara responden yang memberikan anaknya gawai karena buah hatinya itu sudah minta dibelikan, karena ingin mengenalkan teknologi sedari dini, dan karena mereka mampu membiayai kebutuhan komunikasi anaknya.


Menariknya di sisi lain, namanya orang tua tetaplah orang tua. Di tengah fasilitas yang coba diberikan untuk si anak, 77 persen orang tua mengaku khawatir buah hatinya tak bisa menjaga ponsel tersebut dengan baik, sehingga bisa hilang dengan mudah. Banyak juga di antara responden yang takut gawai pemberiannya justru mencuri sebagian besar perhatian anaknya (72 persen) dan khawatir buah hati mereka menghabiskan waktunya untuk bermain dengan device tersebut (71 persen).

Yang cukup disayangkan, kecemasan orang tua tentang anaknya yang bisa saja mengonsumsi konten yang tak patut di dunia maya justru masih berada di nomor keempat (68 persen). Padahal, tentu sebagai pengguna awam, anak kecil yang menggunakan gadget seharusnya mendapat edukasi yang baik, agar bisa memanfaatkan gadget dan internet secara bijak. Untuk itulah, para orang tua tersebut berharap ada fitur pemblokir konten yang terlarang untuk anak-anak dari para stakeholder sekaligus pemaksimalan fitur pembatasan akses ke konten yang dirasa belum layak dikonsumsi anak-anak. Terakhir, karena anak kecil kemungkinan besar tidak pernah berpikir untuk menggunakan kuota dengan bijak, para orang tua juga ingin agar operator menyediakan opsi layanan internet yang ramah untuk anak-anak.

Setelah mendengar pandangan dari pihak orang tua, sebenarnya seperti apa user berusia 13 tahun ke bawah menggunakan perangkat mobile-nya? Ternyata, 81 persen dari anak-anak para responden memanfaatkan gawainya untuk berkirim SMS. Survei yang dirilis di akhir tahun 2016 ini juga berhasil menemukan aktivitas terpopuler anak-anak di perangkat selulernya, yakni menguntuh aplikasi, memainkan game bawaan gadget, mengakses internet, serta melakukan video call.

Kendati sepertinya tak melakukan aktivitas yang sempat ditakutkan pada orang tua, pengguna smartphone cilik tetap berpotensi terdampak konten-konten yang tidak sehat. Maka dari itu, sebaiknya Anda para orang tua juga perlu turun langsung untuk mengedukasi dan mengontrol penggunaan gadget pada anak.