Home  »  Opinion   »  
Opinion

Inilah 5 Alasan Mengapa Baterai Lithium-Ion Rentan Meledak

[Foto: forbes.com]
Masih ingatkah Anda dengan kasus headphone yang meledak di pesawat atau terbakarnya Samsung Galaxy Note 7? Semua kejadian itu tak lain adalah karena masalah baterai pada masing-masing perangkat tersebut.

Secara alami, baterai lithium-ion memang berbahaya. Di dalamnya, perlindungan satu-satunya terhadap korslet yang bisa berujung pada ledakan adalah lapisan polypropylene tipis yang mencegah dua elektroda dalam baterai bertemu.

Lantas, mengapa masih banyak yang menggunakan baterai lithium-ion? Baterai ini sangat efektif, karena bisa menyimpan energi dalam jumlah besar dalam bodi kecil. Selain itu, ia juga dianggap sebagai teknologi yang sudah matang. 25 tahun lalu, baterai li-ion pertama kali digunakan dalam Handycam buatan Sony. Kini, ada puluhan penyedia suplai baterai di dunia.

Namun semakin ke sini, teknologi baterai li-ion justru semakin berbahaya. Alasannya adalah karena tuntutan yang tinggi terhadap baterai berkapasitas tinggi dengan bodi kecil dan harga murah. Akhirnya, semua ini membuat baterai li-ion menjadi semakin rentan meledak.

Berikut adalah lima alasan mengapa baterai li-ion rentan meledak, sebagaimana dilansir dari Wired.

1. Kesalahan produksi

Banyaknya kasus baterai meledak membuktikan bahwa salah satu kesalahan ada pada bagian produksi. Namun, menentukan masalah pada produksi baterai secara spesifik bukanlah perkara mudah. Misalnya saja seperti kasus Galaxy Note 7 tahun lalu.

Awalnya, Galaxy Note 7 disebutkan rentan terbakar karena baterai buatan Samsung tidak punya ruang yang cukup untuk memisahkan lapisan pelindung dan elektroda dalam baterai. Setelah smartphone itu ditarik, Samsung kembali meluncurkan Galaxy Note 7 dengan baterai yang lebih aman.


Namun ternyata, Galaxy Note 7 tetap rentan terbakar. Masalah kali ini adalah karena adanya bagian bergerigi dalam baterai yang justru merusak lapisan pemisah antar elektroda.

2. Kesalahan desain
Kini, kebanyakan gadget diciptakan dengan bodi yang tipis dan ringan. Meski perangkat tersebut menggunakan baterai yang tidak bermasalah, hal ini bisa saja menyebabkan persoalan. Apalagi jika baterai berkapasitas tinggi dipaksakan masuk ke dalam bodi kecil.

Tekanan hardware di sekitar baterai bisa melukai elektroda atau lapisan pembatas yang dapat mendorong terjadinya korsleting. Ventilasi atau manajemen panas yang tidak baik bisa menyebabkan elektrolit dalam baterai—yang memang dapat terbakar—untuk memanas. Jika ia menjadi terlalu panas, reaksi kimia dalam baterai bisa membuatnya menjadi semakin panas, yang akhirnya bisa memicu ledakan.

3. Kerusakan akibat pengguna
Meski gadget didesain dengan baik, menjatuhkannya atau penggunaan dalam waktu lama bisa membuatnya menjadi berbahaya. Ketika baterai menggelembung, itu adalah tanda paling jelas bahwa baterai bermasalah. Itu merupakan bukti bahwa bahan kimia di dalam baterai mengeluarkan gas yang seharusnya tidak ia keluarkan.

Namun sayangnya, sebagian besar ponsel sekarang ini memiliki bodi yang tidak bisa dibuka. Membuka ponsel secara paksa akan menghilangkan garansinya. Jika casing ponsel Anda terlihat tidak menutup sempurna atau terasa panas, sebaiknya Anda memeriksakannya.

4. Masalah dengan charger

Masalah tidak selalu bersumber dari baterai. Terkadang, ia berasal dari charger. Karena itu, sebaiknya Anda berpikir dua kali sebelum membeli charger atau kabel charger murah tidak bermerek.

Lantas, mengapa charger atau kabel charger bisa dihargai dengan sangat murah? Kemungkinan besar, produsen baterai tersebut tidak membuatnya sesuai dengan peraturan keamanan dan tidak memberikan fitur manajemen daya atau penyekatan yang memadai. Charger atau kabel charger seperti itu bisa menyebabkan ledakan atau masalah pada baterai ponsel Anda.

5. Tekanan dan persaingan industri

Jika produsen baterai bisa menghemat sedikit uang dalam memproduksi baterai, itu berarti mereka bisa menghemat jutaan atau bahkan miliaran saat menyuplai baterai untuk sebuah vendor. Karena itu, demi menekan harga, banyak manufaktur baterai li-ion yang rela mengurangi kualitas baterai. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab banyak hoverboard yang meledak.