Home  »  Opinion   »  
Opinion

Inilah Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Melihat Gerhana Matahari dengan Mata Telanjang

[Foto: nasa.gov]
Saat gerhana matahari total terjadi di beberapa kota di Indonesia pada 9 Maret 2016 silam, saya teringat bahwa ada peringatan yang cukup keras bagi masyarakat, yaitu tidak diperbolehkan melihat fenomena ini dengan mata telanjang. Lantas, pertanyaan pun muncul: Mengapa  tidak boleh menatap gerhana matahari secara langsung? Padahal jaraknya sangat jauh, yakni 150 juta km.

Menurut juru bicara American Academy of Ophthalmology, Russel van Gelder, melihat gerhana matahari langsung akan menimbulkan kerusakan, meski hanya melihat sebentar.

Ia mengatakan kepada Live Science, matahari memiliki energi cahaya yang sangat besar, baik saat gerhana maupun tidak. “Saat tidak gerhana pun tidak disarankan,” kata van Gelder, yang juga Direktur Medicine Eye Institute University of Washington.

Van Gelder menyarankan siapapun untuk tidak melihat gerhana matahari dengan mata telanjang. Ia menggambarkan alasannya dengan percobaan kaca pembesar. Saat kaca pembesar diletakkan di bawah cahaya matahari dan di bawahnya diletakkan kertas, niscaya kertas tersebut akan terbakar.

Menurutnya, efek yang sama akan terjadi di mata manusia. “Terlebih, lensa mata kita empat kali lebih kuat ketimbang lensa kaca pembesar,” ujarnya. Lensa mata manusia akan membuat energi cahaya matahari yang masuk bertambah besar. Hal tersebut cukup untuk membuat lubang pada retina atau sel lainnya di belakang mata yang sensitif terhadap cahaya.


Pasien dengan kondisi seperti itu disebut solar retinophaty. Ia mengatakan, penyebab lainnya adalah sel fotoreseptor di retina kena pukulan yang besar. Kerusakan ini terjadi ketika partikel cahaya menciptakan radikal bebas, yang merupakan molekul reaktif tinggi. Radikal bebas ini berpotensi meracuni dan membunuh sel-sel yang ada di mata.

Van Gelder menjelaskan, kerusakan biasa terjadi pada fovea, yang merupakan titik di retina yang bertanggungjawab untuk penglihatan tajam. Imbasnya, pasien dengan solar retinopathy akan memiliki penglihatan buram atau memiliki titik buta di tengah mata mereka.

Menurutnya, banyak pasien solar retinophaty bisa sembuh. Namun, sebagian besar memiliki masalah penglihatan dalam jangka waktu lama. Hal itu dijelaskan dalam penelitian pada 2002. Saat itu, studi mempelajari 15 pasien solar retinophaty imbas dari gerhana pada 1999.

Pada 8-12 bulan kemudian, sebanyak 13 orang kembali memiliki penglihatan normal. Meski sembuh, dua orang lainnya memiliki titik buta kecil di penglihatan mereka.

Secara teori, seseorang bisa menjadi buta dengan penglihatan 20/200 atau lebih buruk, dengan menatap matahari. Namun, menatap matahari tampaknya tidak menyebabkan kebutaan secara total atau kehilangan penglihatan utama dan periferal. Itu karena biasanya, solar retinopathy tidak menyebabkan kerusakan pada periferal.

Tips melihat gerhana matahari total dengan mata telanjang
Jika di daerah Anda nantinya akan dilalui gerhana matahari total dan ingin melihatnya dengan mata telanjang, rekomendasi dari American Academy of Ophthalmology adalah Anda boleh melihatnya saat bulan menutupi matahari secara penuh.

Rentang dari keadaan total ini berbeda, tergantung dari mana Anda melihat gerhana matahari tersebut. Umumnya, sekitar 2 menit dan 40 detik.

Selain itu, ada cara yang aman untuk menyaksikan gerhana matahari total, yaitu dengan menggunakan kacamata khusus gerhana matahari atau handheld yang memiliki filter untuk matahari. Jika ingin melihat gerhana matahari secara parsial, maka Anda akan membutuhkan kacamata ini.

Hal penting berikutnya adalah Anda tidak dianjurkan melihat matahari melalui kamera yang tidak memiliki filter, teleskop, atau teropong, kecuali Anda menggunakan kacamata khusus. Sebab, peralatan tersebut akan memfokuskan sinar matahari lebih tepat daripada yang dilakukan mata Anda sehingga bisa menyebabkan kerusakan yang fatal pada mata.