Home  »  News   »  
News

Inilah Sebab Mengapa Banyak Perangkat Samsung Galaxy Note 7 Meledak

[Foto: Samsung.com]
Setelah menerima laporan tentang meledaknya 35 Samsung Galaxy Note 7, Samsung terpaksa menarik kembali produk Note 7 yang telah dipasarkan pada bulan Oktober lalu. Konon jumlahnya mencapai satu hingga 2,5 juta unit dan sejak keputusan untuk menarik produk diambil hingga saat ini, jumlah Note 7 yang meledak telah bertambah sebanyak empat kali lipat.

Sebuah perusahaan manufaktur  swasta, Instrumental, telah membedah Samsung Galaxy Note 7 dan menganalisanya, dan mereka dikabarkan telah menemukan penyebab baterai memanas, mengeluarkan api, hingga meledak.

Menurut Instrumental, ledakan terjadi karena proses manufaktur yang “terlalu agresif.” Seperti dilaporkan ZDNet, Selasa, 6 Desember 2016 lalu, perusahaan tersebut menyingkap beberapa alasan, di antaranya, Samsung mencoba untuk membuat perangkat Note 7 setipis mungkin. Artinya, mereka memaksa untuk membuat baterai setipis mungkin.


Menurut keterangan Instrumen, makin tipis baterai lithium-ion, makin sedikit elektrolit yang ada di dalamnya untuk menjaga agar anoda lithium cobalt oxide tetap terpisah dengan dengan katoda grafit. Gesekan dan tekanan fisik pada perangkat, misalnya ketika pengguna memasukkannya dalam saku atau tas, atau panas yang bertambah (misalnya karena matahari atau saat pengisian baterai) bisa mengubah bentuk baterai, yang dapat menyebabkan terjadinya kontak antara katoda dan anoda.

Jika katoda dan anoda bersentuhan, saat itulah pengguna mendapat masalah: perangkat mereka akan meledak atau setidaknya mengeluarkan api.

“Para insinyur Samsung mempertaruhkan margin dengan ketebalan baterai,” kata Anna Shedletsky, founder dan CEO Instrumental dalam pernyataan tertulisnya.

Masalah potensial lainnya yang berkaitan dengan desain Samsung adalah, baterai tak diberi cukup ruang untuk “mengembang.” Toleransi jarak antara baterai dengan sasis aluminium dengan mesin CNC hanya 0,1 milimeter. Dalam proses pengisian, baterai akan mengembang dan karena toleransi yang kecil tersebut, kemungkinan baterai bisa cedera dan menyimpan potensi untuk meledak kapan saja.

“Dalam kasus ini, Samsung telah mengambil langkah yang disengaja yang menyebabkan bahaya,” tulis Shedletsky. “Tes infrastruktur dan proses validasi desain mereka telah gagal. Mereka menyebarkan produk berbahaya ke pasar. Salah satu dari perusahaan elektronik terbesar di dunia pun perlu merendah dan menunjukkan bahwa mereka butuh tool yang lebih bagus.”

Penarikan massal Samsung Galaxy Note 7 dari pasaran direspon oleh beberapa maskapai penerbangan, seperti Air Asia dan Garuda Indonesia, yang melarang penumpang membawa perangkat tersebut ke dalam penerbangan tujuan manapun, menyusul larangan membawa Galaxy Note 7 di pesawat yang dikeluarkan oleh  U.S. Department of Transportation (DOT), Federal Aviation Administration (FAA), dan Pipeline and Hazardous Materials Safety Administration (PHMSA) pada bulan Oktober.

Air Asia Indonesia (penerbangan dengan kode QZ dan XT) dan Garuda Indonesia resmi melarang penumpang membawa Galaxy Note 7 ke dalam pesawat, baik di dalam tas yang dibawa ke dalam kabin, di dalam tas yang disimpan di bagasi, serta di dalam kargo. Sebelumnya, penumpang hanya dilarang untuk membawanya, dan harus melapor jika perangkatnya hilang, jatuh, panas atau berasap.