Home  »  Review   »  
Review

Kaspar, Robot Sosial yang Bantu Anak Autisme Agar Mudah Berinteraksi

Finn, seorang anak penyandang autis sedang bermain dengan robot Kaspar [Foto: reuters.com]
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ada sekitar 2,4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Saat itu, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,5 juta jiwa. Artinya, ada sekitar satu penyandang autisme pada setiap 100 bayi yang lahir.

Salah satu permasalahan bagi anak-anak penderita autisme adalah sulit berkomunikasi dengan lingkungannya. Bahkan, mereka akan menjauh jika didekati orang lain. Oleh karena itu, untuk membantu anak-anak autisme agar mudah berinteraksi, robot unik bernama Kaspar hadir sebagai solusinya.

Robot humanoid yang dikembangkan oleh University of Hertfordshire ini bisa menyanyikan lagu, meniru cara makan, memainkan tamborin, dan menyisir rambut selama sesi bermain bersama anak penyandang autisme.

“Ini menyenangkan, menggelitik saya,” kata Kaspar, si robot sosial kepada anak umur empat tahun bernama Finn, saat mereka bermain bersama di sebuah sekolah untuk anak-anak autis di utara London, sebagaimana dilansir dari Reuters.

Saat Finn menjadi terlalu kasar, Kaspar yang seukuran ia pun berteriak, “Ouch, itu membuat saya sakit.” Selain itu, seorang terapis juga ada di lokasi tersebut untuk mendorong si anak untuk memperbaiki perilakunya dengan menggelitik kaki si robot.


Dalam 10 tahun terakhir, Finn adalah satu dari sekitar 170 anak penyandang autis yang mendapat bantuan Kaspar di sejumlah sekolah dan rumah sakit. Namun menurut National Autistic Society, dengan hampir 700.000 orang dengan spektrum autisme di Inggris, universitas ingin Kaspar membantu lebih banyak orang.

“Visi kami adalah setiap anak di setiap sekolah atau rumah sakit bisa mendapatkan bantuan Kaspar jika mereka ingin,” kata Kerstin Dautenhahn, profesor kecerdasan artifisial di University of Hertfordshire.

Bagaimana agar tujuan tersebut tercapai? Tentunya hal itu akan sangat bergantung pada hasil uji klinik dua tahun dengan Hertfordshire Community NHS Trust, yang jika berhasil bisa melihat Kaspar bekerja di berbagai rumah sakit di seluruh negeri itu.

Kehadiran robot Kaspar pun mendapat respon positif dari TRACKS, sebuah lembaga amal mandiri yang memiliki perhatian khusus pada pusat-pusat pendidikan dini anak autisme di Stevenage, Inggris. Mereka melihat hasil positif dari Kaspar, robot yang mengenakan topi biru dan kemeja kotak-kotak dalam sesi bermain.

“Kami mencoba mengajari seorang anak lelaki bagaimana cara makan dengan kelompoknya. Biasanya, ia kesulitan karena masalah kegelisahannya,” kata wakil kepala sekolah Alice Lynch.

“Kami mulai melakukannya dengan Kaspar. Dan ia sangat menikmati memberi makan Kaspar, membuat ia makan ketika ia lapar, sesuatu seperti itu. Sekarang ia mulai menyatu dengan kelas dan makan bersama kelompoknya. Hal-hal semacam itu adalah kemajuan besar,” katanya.

Banyak anak penyandang autisme sulit menafsirkan komunikasi dan emosi dasar manusia. Karena itu, perancang Kaspar berusaha membuat ia tidak terlalu hidup dan memilih menyederhanakannya dengan cara membuat fitur-fitur yang mudah diproses.

Kelompok-kelompok pendukung autisme pun terkesan dengan peran robot Kaspar. “Banyak orang autis tertarik ke teknologi, khususnya kemungkinan meramalkan yang diberikannya. Artinya, itu bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam menarik anak-anak dan juga orang dewasa,” kata Carol Povey, direktur National Autistic Society’s Centre for Autism.

Menurut Carol Povey, robot ini adalah satu dari sejumlah teknologi yang memiliki potensi untuk membuat perbedaan besar bagi orang-orang dengan spektrum autisme.

Semoga suatu saat robot Kaspar bisa hadir di Indonesia ya!