Home  »  Opinion   »  
Opinion

Kaspersky Lab Ungkap Banyak Pengguna Internet yang Membuat Password Buruk

[Foto: samhacker.com]
Bagi setiap pengguna internet di dunia, password atau kata sandi merupakan kunci utama. Dalam beragam akun di dunia maya, password sangat penting kaitannya dalam pengamanan akun agar terhindar dari upaya jahat atau tangan jahil pihak tak bertanggung jawab.

Untuk mengakses sebuah akun tertutup di internet, password menjadi hal utama yang wajib dimiliki. Namun sayangnya, pengguna internet di seluruh dunia terbilang masih ’sembarangan’ dalam menentukan sebuah password.

Hal ini diungkapkan Kaspersky Lab yang melakukan sebuah penelitian terhadap password yang digunakan oleh pengguna di dunia. Dan hasilnya pun cukup mencengangkan. Ternyata, pengguna internet di seluruh dunia masih belum memahami bagaimana menggunakan password secara efektif guna melindungi diri sendiri pada saat online.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa pengguna internet banyak yang membuat password buruk dan ‘sederhana’ sehingga menimbulkan konsekuensi lebih buruk. Melalui penelitian ini, Kaspersky Lab menemukan tiga kesalahan umum dari password yang menyebabkan keamanan sejumlah besar pengguna internet berisiko.

Pertama, menggunakan password yang sama untuk beberapa akun. Artinya jika password tersebut bocor, maka akun lainnya dapat diretas. Kedua, menggunakan password yang lemah sehingga mudah untuk diretas. Terakhir, menyimpan password secara tidak aman, sehingga menyia-nyiakan pentingnya memiliki password, bahkan yang kuat sekalipun.

“Mengingat saat ini begitu banyaknya informasi pribadi dan sensitif yang kita simpan secara online, maka pengguna harus mengambil langkah keamanan yang lebih baik lagi, yaitu berupa proteksi password yang efektif untuk melindungi diri mereka,” kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab, seperti dilansir dari lifehacker.


Menurutnya, hal ini sebenarnya sudah cukup jelas. Namun sayangnya, banyak pengguna yang tidak menyadari bahwa mereka selalu jatuh ke dalam perangkap pembuatan manajemen password ‘sederhana’ yang salah. “Pada gilirannya, kesalahan-kesalahan seperti meninggalkan pintu depan menuju email, rekening bank, file pribadi dan lainnya, terbuka lebar bagi penjahat siber,” tambahnya.

Penelitian menunjukkan, sekitar 18 persen pengguna menghadapi upaya peretasan akun. Namun, hanya sedikit yang menerapkan keamanan berupa password yang efektif dan cyber-savvy. Sebagai contoh, hanya 30 persen pengguna internet yang membuat password benar-benar baru untuk akun online yang berbeda.

Selain itu, 1 dari 10 pengguna masih menggunakan password yang sama untuk semua akun online mereka. Jika password tersebut diretas, maka mereka berisiko setiap akun lain miliknya akan diretas dan dieksploitasi. Bahkan, pengguna tidak menciptakan password yang cukup kuat untuk melindungi mereka dari peretasan dan pemerasan. Hanya 47 persen pengguna yang memakai kombinasi huruf besar dan huruf kecil di password.

Selain itu, 64 persen menggunakan campuran huruf dan angka. Hal ini terlepas dari fakta bahwa pengguna menyadari betul bahwa perbankan online (51 persen), email (39 persen), dan akun belanja online (37 persen) mereka memang membutuhkan password yang kuat.

Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa pengguna ‘menganiaya’ password mereka sendiri, yaitu dengan cara membagikannya kepada orang lain dan menggunakan metode tidak aman untuk mengingatnya. Penelitian menyebutkan, 28 persen pengguna berbagi password dengan anggota keluarga terdekat, dan 11 persen berbagi password dengan teman-teman mereka, sehingga memungkinkan secara tidak sengaja password bocor.

Dari lima pengguna, ada lebih dari satu (22 persen) yang mengaku menulis password mereka di notepad untuk membantu mengingatnya. Bahkan jika password tersebut kuat, perilaku ini membuat pengguna rentan karena orang lain dapat melihat dan menggunakannya.

Jadi, apakah Anda masih ‘sembarangan’ dalam menentukan password untuk akun Anda di internet?