Home  »  News   »  
News

Kerangka Berusia 2.000 Tahun Ungkap Rahasia Penyakit di Zaman Romawi Kuno

[Foto: Pixabay.com]
Penyakit malaria ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Sebuah studi baru menemukan bahwa malaria telah menjangkiti Kekaisaran Romawi 2.000 tahun yang lalu. Malaria sendiri disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk anopheles. Dari lima parasit penyebab malaria yang saat ini diketahui, Plasmodium falciparum adalah yang paling mematikan.

Menurut catatan WHO, sekitar 3,2 milyar orang (atau setengah dari populasi dunia) memiliki resiko tertular malaria. Sampai tahun 2015 lalu, kasus malaria yang tercatat sebanyak 214 juta kasus, dengan estimasi 438.000 pasien yang meninggal akibat penyakit tersebut.

Penyakit ini diketahui sudah ada sejak zaman Kekaisaran Romawi berdasarkan analisa terhadap gigi yang dikumpulkan dari makam-makam di Italia. Para peneliti menemukan malaria adalah penyakit yang cukup signifikan pada masa itu.

“Keberadaan penyakit yang mirip malaria pada masa Kekaisaran Romawi didukung oleh berbagai tulisan mendalam dari penulis-penulis zaman dulu, seperti Celsus dan Galen, dan sisa-sisa kerangka manusia,” kata Stephanie Marciniak, kepala peneliti dan ahli antropologi biologis dari Pennsylvania State University.


Pada masa itu, istilah “malaria” belum dikenal sehingga penulis zaman dulu seperti Hippocrates dalam bukunya On Epidemics menyebutnya sebagai demam yang berulang dan terjadi di waktu-waktu tertentu dalam setahun. Namun karena banyaknya faktor yang bisa menyebabkan demam, maka sulit untuk menyimpulkan bahwa penyakit yang ditemukan dalam karya tulis kuno tersebut benar malaria atau bukan.

Namun masih belum diketahui spesies parasit mana yang menyebabkan malaria di masa Kekaisaran Roma. Saat ini, Plasmodium falciparum adalah jenis yang paling bertanggung jawab terhadap kematian yang berhubungan dengan malaria secara global, namun spesies Plasmodium yang lain bisa juga menyebabkan penyakit malaria yang lebih ringan.

“Dengan mengetahui spesies yang spesifik kita bisa mendapatkan gambaran mengenai keragaman penyakit pada masa lalu,” kata Marciniak kepada LiveScience. “Dengan membuka jendela (pengetahuan) yang menunjukkan mikroba kuno, kita bisa memahami bagaimana faktor kausatif tertentu berevolusi atau berkembang sejalan waktu.”

Menurut Hendrik Poinar, direktur Ancient DNA Center di McMaster University di Ontario, “Malaria nampaknya merupakan patogen historikal yang signifikan, yang bertanggung jawab atas fenomena kematian yang meluas di zaman Romawi kuno.”

Untuk mempelajari penyakit malaria yang menjangkiti Romawi kuno, tim peneliti yang dipimpin Marciniak meneliti gigi manusia yang diambil dari 58 tengkorak orang dewasa dan 10 tengkorak anak-anak yang hidup pada abad kesatu hingga ketiga Masehi. Kerangka tersebut didapat dari tiga kuburan di selatan Italia, yakni situs Isola Sacra dan Velia, keduanya dikenal sebagai kota pusat perdangangan penting di zaman kuno, dan Vagnari, situs yang agak terpencil namun ditengarai merupakan kawasan pekuburan para buruh yang bekerja di perkebunan-perkebunan Romawi.

“Untuk mengeksplorasi penyakit kompleks seperti malaria, memiliki area penelitian yang luas akan menguntungkan, karena malaria bisa menyebar di lokasi-lokasi tersebut,” kata Marciniak.

Para peneliti memperkirakan malaria telah membunuh manusia di zaman Romawi kuno sama banyaknya dengan yang kini terjadi di Afrika. Menurut data WHO, dari 438.000 kasus kematian di dunia akibat malaria, 91 persennya terjadi di sub-Sahara Afrika. WHO menganggap penyakit malaria sebetulnya bisa dicegah dan disembuhkan.