Home  »  News   »  
News

Lawan Kebijakan Trump, Eksekutif Perusahaan Teknologi AS Ramai-ramai Menyumbang ke Organisasi Non-Profit

Selama ini, organisasi non-profit seperti ACLU mendapat dana melalui donasi dan penjualan merchandise seperti kaus dan topi yang dikenakan wanita dan anak ini [Foto: Aclu.org]
Setelah menyatakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan imigrasi yang dijalankan Presiden Donald Trump melalui berbagai media sosial, surat terbuka, dan pernyataan di media, para eksekutif perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS) beramai-ramai memberi sumbangan kepada American Civil Liberties Union (ACLU), sebuah organisasi non-profit yang mendukung hak asasi manusia dan kebebasan individu.

Seperti dilansir dari TechCrunch, Senin, 30 Januari 2017, para eksekutif tersebut menyatakan akan menyalurkan sumbangan mereka kepada ACLU, setelah kebijakan kontroversial Trump yang melarang pengungsi serta siapapun yang datang dari tujuh negara memasuki wilayah AS, setidaknya untuk 90 hari ke depan.

Beberapa CEO perusahaan teknologi seperti Uber dan Google memberi banyak keringanan kepada karyawan yang terdampak oleh kebijakan tersebut, dan sebagian lainnya memprotes kebijakan Trump dengan memberi sumbangan kepada organisasi non-profit untuk membantu mereka dalam usaha melakukan perlawanan terhadap kebijakan politik dan ekonomi yang dinilai merugikan warga dan negara.

Tren memberi sumbangan kepada organisasi non-profit nampaknya dimulai oleh Chris Sacca, yang pernah menjadi investor Twitter. Dalam kicauannya, Sacca menyatakan akan memberi donasi bulanan kepada organisasi non-profit apapun yang bisa membalas langsung atau merespon dengan tanda terima.


Beberapa eksekutif yang mengikuti jejak Sacca di antaranya: CEO Stripe Patrick Collison; founder Nest Tony Fadell; partner Union Square Venture Fred Wilson, Joanne Wilson, Amy Batchelor dan Brad Feld; partner USV Albert Wenger; CEO Ziggeo Susan Danziger; partner Homebrew Venture Hunter Walk dan Satya Patel; CEO Intercom Eoghan McCabe; CEO Slack Stewart Butterfield; co-founder Xamarin Nat Friedman; pemodal dari Sequoia Capital Mike Vernal; partner Charles River Ventures Izhar Armony; kepala periklanan Facebook Andrew “Boz” Bosworth, dan beberapa lainnya.

Selain itu, Google juga telah menetapan “dana krisis” sebesar dua juta dolar AS (sekitar Rp26,7 milyar) yang bisa disumbangkan bersamaan dengan donasi sebesar  $2 juta dari para karyawan. Dana ini akan disalurkan kepada empat organisasi: ACLU, Immigrant Resource Center, International Rescue Committee, serta Mercy Corps. Menurut sebuah laporan, para eksekutif Google juga menyumbangkan uang mereka secara pribadi kepada berbagai organisasi, namun tak disebutkan siapa saja yang melakukannya. Namun sumber di dalam Google telah mengkonfirmasi adanya dana sumbangan tersebut.

Kini ACLU tengah berupaya melawan perintah eksekutif dari Trump, dan mereka sejauh ini telah berhasil memenangkan emergency stay; kebijakan baru yang memperbolehkan pemegang visa yang telah sampai di bandara-bandara AS (atau yang sedang transit) untuk memasuki negara tersebut dan menetap. Izin untuk tetap tinggal itu dikeluarkan oleh pengadilan federal di New York.

Gelombang protes telah melanda AS beberapa saat setelah kebijakan tersebut diumumkan, memberi tekanan kepada para raksasa di industri teknologi untuk maju dan melawan perintah yang merugikan tersebut. Para eksekutif dari perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka juga telah menyampaikan pernyataan sikapnya, baik secara internal maupun eksternal. Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai sangat merugikan perusahaan global seperti Google dan Uber, yang memiliki karyawan di berbagai negara.

Uber, misalnya, menyatakan akan menghimpun dana hukum sebesar $3 juta untuk membiayai biaya hukum, imigrasi dan translasi bagi para pengemudi Uber yang terkena dampak kebijakan. Selain itu ada CEO Lyft Logan Green yang menyatakan perusahaannya akan menyumbangkan dana $1 juta kepada ACLU dalam empat tahun.

Bagi para jutawan dan milyuner dari Silicon Valley, jumlah sumbangan puluhan ribu dolar mungkin nampak kecil (sumbangan Sacca adalah yang terbesar), namun sesungguhnya, dengan menyumbang dana tersebut mereka bisa menyatukan kekuatan untuk melawan kebijakan yang merugikan dengan cara yang terukur.