Home  »  News   »  
News

Lulusan ITS Kembangkan Reblood, Aplikasi yang Memudahkan Pengguna Mendonorkan Darah

[Foto: Shutterstock]
Walaupun sudah banyak disosialisasikan, tak banyak orang yang tahu manfaat donor darah. Padahal, mendonorkan darah secara rutin—selain membantu menyelamatkan nyawa mereka yang membutuhkan—memiliki banyak sekali keuntungan bagi kesehatan kita. Beberapa manfaatnya antara lain membersihkan darah, mencegah kanker, menjaga kesehatan jantung dan hati, serta menurunkan berat badan. Selain itu, prosedur donor darah pun belum banyak yang tahu.

Leonika Sari Njoto Boedioetomo melihat hal ini sebagai sebuah masalah, dan dia pun memikirkan solusi untuk memecahkannya. Melalui keahliannya di bidang teknologi digital, Leo—begitu dia disapa—berusaha mewujudkan kepeduliannya akan masalah sosial dan kesehatan tersebut. Dia pun membuat aplikasi yang bisa mempermudah proses mendonorkan darah. Berkat aplikasi dan inovasinya, Leo pun masuk daftar bergengsi, Forbes 30 Under 30 Asia.

Wanita yang lulus dari jurusan Sistem Informasi di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya ini mengembangkan Reblood, aplikasi yang memberi segala informasi tentang penyumbangan darah. Selain itu, untuk memotivasi para pengguna aplikasinya menyumbangkan darah secara rutin, dia pun membuatnya seperti game. Leo menambahkan fitur poin, jadi setiap kali pengguna mendonorkan darah, maka dia akan dapat poin. Jika sudah terkumpul, poin bisa ditukarkan dengan hadiah yang tersedia.

“Selain informasi donor darah sebagai sisi sosialnya, ada sisi fun-nya juga,” ujar perempuan kelahiran 18 Agustus 1993 ini, seperti dikutip dari Jawapos.

Sebelum Reblood dirilis tahun lalu, Leo dan beberapa kawannya memang sudah punya ide mengembangkan aplikasi donor darah. Namun ide tersebut baru tereksekusi dengan baik pada tahun lalu. Sebelumnya, Leo memang telah mendalami ilmu bisnis dengan mengikuti kursus online edX, yang diadakan oleh Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Leo pun pendapat beasiswa untuk mengikuti Global Entrepreneurship Bootcamp di MIT pada Agustus 2014. Program yang berlangsung selama seminggu itu memantapkan Leo dengan ide bisnis aplikasi donor darahnya.


“Saya jadi tahu bahwa ide aplikasi blood bank information system yang saya buat masih harus disempurnakan lagi,” katanya.

Selepas bootcamp, Leo melanjutkan pengambangkan aplikasinya dengan melakukan penelitian ke PMI dan Kementerian Kesehatan Indonesia. Dari sanalah dia tahu bahwa Indonesia masih sering kekurangan jutaan kantong darah untuk mendukung sistem kesehatannya. “Bahkan, dari Kemenkes, saya mendapat data bahwa pada 2013 Indonesia sampai kekurangan 2,4 juta kantong darah per tahun,” kata Leo.

Di sini Leo telah menemukan masalah, dan dia pun segera berusaha menemukan solusi. Konsep bisnisnya ia ajukan ke program pengembangkan startup yang disebut Start-Up Surabaya pada bulan Agustus 2015 lalu. Dari workshop yang diikutinya di sana, dia diajari untuk mencari penyebab masalah sebelum mengajukan solusi.

“Saya diajak berpikir, kenapa dari 250 jutaan penduduk Indonesia, ada kekurangan stok darah sebanyak itu,” kenangnya.

Leo dan timnya pun segera melakukan riset lanjutan. Dari sana, diketahui bahwa kekurangan stok kantong darah PMI disebabkan oleh minimnya informasi tentang proses, manfaat, serta kegiatan donor darah yang diadakan di berbagai tempat di Indonesia.

“Dari situ, kami konsep ulang aplikasi. Kami tambahkan berbagai informasi tentang manfaat, kepentingan, hingga pengumuman mengenai event pendonoran darah beserta tempat dan waktunya,” kata Leo.

Dengan adanya aplikasi, pengguna yang sudah memasang di ponsel akan mendapat pengingat mengenai jadwal donor darah, dan segala informasi mengenai donor darah.

’’Tujuannya, mereka nggak lupa dan bisa mempersiapkan diri. Misalnya, istirahat cukup dan sarapan. Jadi, saat menjalani tes kesehatan sebelum mendonorkan darah, mereka bisa lolos dan menyumbangkan darahnya,” kata Leo.

Informasi yang diterima donor pun lebih komprehensif. ”Misalnya, penjelasan tentang kaitan donor darah dan kesehatan, lalu tip menjaga kondisi menjelang mendonorkan darah, hingga fakta penting lainnya,” jelasnya.

Reblood sendiri juga rutin mengadakan kegiatan donor darah. Kantong darah yang terkumpul disalurkan ke PMI. Dengan adanya aplikasi tersebut, Leo merasa mampu melakukan dua hal dalam waktu bersamaan. Selain bisa mengkampanyekan donor darah, dia juga mengaku telah mendapat cara untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat akan kebutuhan sumbangan darah.

Sejak dahulu, Leo mengaku memang ingin menggunakan teknologi untuk menyelamatkan nyawa dan membantu orang lain. “Saya tidak harus jadi dokter. Dengan berbekal ilmu dan latar belakang teknologi informasi, saya bisa melayani kebutuhan kesehatan,” katanya.