Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mau Tahu Bagaimana Drone Bekerja? Berikut Penjelasannya!

[Foto: flickr.com]
Gelaran besar seperti perkumpulan dan kegiatan komunal, termasuk event olahraga dan otomotif, kini kerap dimeriahkan oleh satu teknologi yang tergolong baru bernama drone. Produk yang mampu melakukan pengambilan gambar secara lansekap lewat pandangan udara itu dewasa ini semakin popular karena terbukti amat efektif dan efisien dalam beberapa aspek. Jika dahulu kala ketika kita ingin mendokumentasikan suatu adegan atau pemandangan, kita masih harus menggunakan media yang amat tinggi seperti tiang dan menara, atau bahkan masih harus menggunakan metode dokumentasi lewat helikopter, empat sampai tahun ke belakang drone sudah menyediakan solusi yang lebih aman dan nyaman bagi para dokumenter.

Sejatinya secara bahasa, drone bukanlah istilah yang tepat untuk menamakan satu perangkat yang dipasangi kamera kemudian bisa terbang menyerupai helikopter dengan fleksibilitas tinggi. Alasannya, drone punya kesan yang lebih dekat dengan pesawat tanpa awak, daripada device dengan empat atau lebih propelar. Malah, drone lebih tepat jika disebut dengan ‘Quadcopter’. Namun karena lebih mudah disebut, jadilah istilah drone yang jadi lebih populer.

Banyak yang menyangka bahwa kinerja drone kurang lebih sama dengan pesawat heli. Wired, sumber yang kami kutip, menjelaskan kalau hal itu tak sepenuhnya benar, tapi tak benar-benar salah juga. Perbedaan terbesar drone dengan pesawat heli sendiri ada pada kinerja empat propelar yang dipasangkan pada awak drone. Namun, layaknya moda transportasi udara pada umumnya, drone tetap beroperasi dengan Vertical Motion untuk terbang lepas landas dari permukaan tanah.


Vertical Motion punya fungsi dan output yang sederhana, yaitu untuk mengangkat tubuh drone ke atas untuk selanjutnya dikontrol pergerakannya menggunakan remote control: bisa naik, turun, atau melayang konstan. Ketiga output ini murni menggunakan Vertical Motion, setidaknya sampai ada gerakan horisontal yang mengubah arah.

Istilah gerakan kedua setelah Vertical Motion adalah yang disebut dengan Rotation, alias rotasi drone. Di sini fungsi propelar dari drone mulai berperan dengan signifikan untuk mengubah haluan dari drone tersebut. Memang dengan fungsi rotasi, drone tak akan langsung melayang ke kiri-kanan sesuai dengan perintah dari pilot. Namun, fungsi rotasi membuat drone bisa menentukan arah mana yang dia tuju, karena Rotation akan mengarahkan ‘muka’ dari drone tersebut.

Setelah gerakan Rotation, satu istilah gerakan yang paling kompleks adalah gerakan ‘Forward and Sideways’. Mari ditelaah satu persatu. Seperti namanya, gerakan forward adalah gerakan yang dilakukan supaya drone bisa maju ke depan dengan kecepatan konstan. Apa yang membuat drone bisa melakukan gerakan maju? Gerakan maju bisa dilakukan dengan cara mengurangi kecepatan dari dua propelar di belakang, untuk kemudian dua propelar yang ada di depan bisa ditambahkan kecepatan berputarnya. Nyaris sama dengan gerakan ke depan, gerakan Sideways alias gerakan menyamping, dilakukan dengan cara mereduksi kecepatan dua propelar di kanan ataupun kiri yang kemudian menambahkan tenaga dan kecepatan supaya dua propelar lainnya bisa ‘menarik’ tubuh drone kea rah yang ditentukan. Itulah mengapa jika Anda melihat drone sedang bergerak ke depan atau ke samping, tubuh drone akan cenderung jatuh ke arah yang dituju. Hal tersebut disebabkan karena dua propelar yang ada di belakang memiliki kecepatan lebih rendah daripada dua propelar yang dalam kondisi lebih rendah posisinya, namun lebih tinggi kecepatannya.

Dewasa ini, sudah banyak drone yang dibekali dengan fitur semacam sensor accelerometer dan gyroscope untuk mempermudah proses menerbangkan drone sekaligus menjaga stabilitasnya di udara. Belum lagi fitur GPS bawaan yang kian mereduksi kontribusi manusia sebagai pilot drone tersebut. Namun di tengah kecanggihan ini, sepertinya tak ada salahnya memahami proses terbang drone yang pada dasarnya amat kental dengan penerapan pelajaran Fisika di kehidupan sehari-hari.