Home  »  News   »  
News

Melalui Proses Cryonic, Perempuan Asal Cina Ini Relakan Jasadnya yang Sudah Mati Dijadikan Eksperimen

Zhan Wenlian, perempuan pertama di Cina yang mengikuti eksperimen cryonic [Foto: mirror.co.uk]
Di dunia ini, ternyata ada segelintir orang yang rela ‘mengorbankan’ jasadnya untuk dijadikan bahan penelitian. Salah satunya adalah perempuan asal Cina bernama Zhan Wenlian. Ia merelakan jasadnya untuk digunakan sebagai objek eksperimen menghidupkan kembali manusia yang sudah mati.

Dalam eksperimen ini, jasad Wenlian dibekukan melalui proses bernama cryonic. Sebenarnya, Wenlian sudah meninggal akibat kanker paru-paru yang ia derita. Sebelum ia wafat, Zhan menyerahkan tubuhnya ke sang suami, Gui Junmin, agar dimanfaatkan dalam eksperimen. Junmin sendiri terlibat di proyek ambisius tersebut.

Setelah mendapat persetujuan dari berbagai pihak, akhirnya jasad Wenlian kini sudah dimasukkan ke dalam tangki raksasa berisi 2.000 liter nitrogen cair dengan suhu tubuh yang dipertahankan berada di -195 derajat Celcius. Secara teori, nitrogen ini diperlukan untuk mengawetkan fungsi organ tubuh.

Meski menggunakan nitrogen cair yang sangat dingin, eksperimen ini justru menghindari kondisi beku di tubuh jasad. Sebab ketika kristal es terbentuk, justru hal itu bisa merusak jaringan tubuh manusia.

Mengawetkan dengan nitrogen super dingin ini dinilai bisa menjaga kondisi tubuh manusia agar tetap utuh. Tujuan akhirnya adalah tubuh yang diawetkan bisa dibangkitkan kembali dengan teknologi masa depan. Hal inilah yang mendasari kepercayaan Wenlian dan Junmin. Mereka yakin bahwa lebih baik menyerahkan jasad yang sudah mati sebagai penelitian masa depan.


“Saya cenderung percaya pada teknologi baru yang sedang berkembang. Jadi, saya pikir sangat mungkin ada cara menghidupkannya kembali,” ujar Junmin.

Wenlian menyerahkan tubuhnya ke Yinfeng Bilogical Group, Qilu Hospital Shandong University, dan perusahaan cryonic asal AS Alcor Life Extension Foundation. Wenlian menjadi perempuan pertama di Cina yang mengikuti eksperimen cryonic ini. Perempuan 49 tahun tersebut merasa keputusannya sebagai ‘kelinci percobaan’ dalam eksperimen ini sebagai kontribusi nyata untuk kepentingan ilmiah.

Seperti tidak mau kalah, Junmin pun berniat mengikuti jejak sang istri. Junmin ingin menemani Wenlian di kehidupan kedua dengan harapan eksperimen ini berhasil di masa depan. “Seandainya istri saya terbangun kembali, ia bisa kesepian. Saya harus menemaninya,” pungkas Junmin.

Manusia pertama yang jasadnya dibekukan

Dr. James Bedford, profesor fisika di University of California menjadi manusia pertama dalam sejarah yang jasadnya dibekukan, untuk dibangkitkan suatu saat nanti. Sebelum ajalnya menjemput, ia berwasiat bahwa dirinya meminta jasadnya dibekukan di dalam kapsul logam berisi cairan nitrogen.

Saat ia mengembuskan napas penghabisan dalam usia 73 tahun pada 12 Januari 1967—sebelum otaknya dinyatakan mati—keluarganya melaksanakan wasiat tersebut. Proses cryonic pun dilakukan. Tujuannya adalah untuk melestarikannya, menjaga kondisi jasadnya hingga tiba waktunya nanti mendiang akan dihidupkan kembali.

Caranya, tubuh manusia segera diproses beberapa menit setelah dinyatakan meninggal secara klinis. Direndam dalam es, jaringan tubuh beku itu diisi heparin untuk mencegah koagulasi saat dibawa ke laboratorium. Setelah itu, pasien yang tidak lagi sadar dimasukkan ke dalam cryostat—tangki logam berisi nitrogen cair bersuhu -196 derajat Celcius.

Kala itu, majalah Time memuat artikel soal peristiwa itu dengan judul  ‘Never Say Die’. Pihak AlcorLife Extension Foundation—yang kini mengurusnya—mengungkapkan bahwa pada 16 Desember 2015, Bedford yang lahir pada 20 April 1893 menjadi manusia ‘paling awet’ dengan bertahan selama 122 tahun, 183 hari.