Home  »  Opinion   »  
Opinion

Mengapa Bentuk Hidung Setiap Orang Berbeda-Beda? Ini Faktor Penyebabnya

[Foto: leapfrog.com]
Setiap orang memiliki bentuk hidung yang berbeda-beda. Ada yang mancung, ada juga yang tampak seperti masuk ke dalam alias pesek, serta sejumlah varian lainnya. Lantas, faktor apa yang menyebabkan bentuk hidung orang bisa berbeda-beda?

Para ilmuwan mencoba menemukan beberapa faktor yang mendorong evolusi hidung manusia. Baru-baru ini, mereka mengemukakan satu studi terkait hal tersebut.

Para peneliti menggunakan gambar tiga dimensi ratusan orang keturunan Asia Timur, Asia Selatan, Afrika Barat dan Eropa Utara yang mengindikasikan iklim lokal, khususnya temperatur dan kelembapan, memainkan peran kunci dalam menentukan bentuk hidung.

Menurut temuan mereka, hidung yang lebih lebar lebih umum pada orang-orang dari daerah dengan iklim hangat dan lembap. Sedangkan hidung yang lebih sempit lebih umum pada mereka yang berasal dari daerah dengan iklim dingin dan kering.

Utamanya, fungsi hidung adalah untuk bernapas dan membaui. Di dalam hidung terdapat lendir dan kapiler darah yang membantu menghangatkan dan melembapkan udara yang diisap, sebelum mencapai bagian-bagian sensitif dari saluran pernapasan.

Ahli genetik Penn State University, Arslan Zaidi, yang juga penulis utama studi yang terbit di jurnal PLOS Genetics berkata, “Memiliki nasal lebih sempit bisa membantu meningkatkan kontak antara udara yang diisap dan jaringan di dalam hidung yang membawa kelembapan dan panas.”

Menurutnya, hal ini mungkin memberikan manfaat di iklim yang lebih dingin. “Di iklim yang lebih hangat, sisi lainnya mungkin benar,” kata Zaidi, seperti dilansir dari Reuters.

Sekitar 200.000 tahun lalu, spesies kita muncul di Afrika. Lalu, mereka bermigrasi ke bagian-bagian lain di dunia.


Para peneliti mengatakan, orang dengan lubang hidung lebih sempit mungkin lebih baik dan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan mereka yang memiliki lubang hidung lebih lebar di daerah lebih dingin dan lebih kering.

Secara umum, temuan itu mendukung apa yang disebut aturan Thomson, yang diformulasikan oleh ahli anatomi dan antropologi Inggris Arthur Thomson (1858-1935), bahwa orang dari daerah iklim dingin dan kering cenderung punya hidung yang lebih panjang dan lebih ramping ketimbang orang-orang dari daerah beriklim hangat dan lembap.

Zaidi mengatakan, bukti paling berharga sehubungan dengan aturan Thomson datang dari pengukuran tengkorak. Sementara, studi ini memperluasnya dengan melakukan analisis eksternal bentuk hidung. Para peneliti mempelajari lebar hidung, lebar lubang hidung, tinggi hidung, panjang punggung hidung, ujung tonjolan hidung, area permukaan eksternal dan total area lubang hidung.

“Kami uji hipotesis yang sangat sederhana mengenai hidung, yang tampaknya punya sejarah evolusi kompleks. Banyak yang tidak kita ketahui,” kata Zaidi.

Penelitian Lain Tentang Bentuk Hidung

Sebelumnya, peneliti dari departemen ortodonsi di University of Iowa, Nathan Holton, juga melakukan penelitian tentang faktor yang menyebabkan bentuk hidung setiap orang berbeda. Studi mereka tersebut sudah dipublikasikan dalam jurnal The Anatomical Record.

Nathan Holton bersama rekan-rekannya melakukan scan tomografi terkomputerisasi terhadap 40 orang partisipan. Separuh dari partisipan merupakan keturunan Eropa-Amerika dan sebagian lainnya adalah Afro-Amerika atau penduduk asli Afrika Selatan.

Dari studi itu, peneliti menemukan bahwa sinus maxillary berperan penting dalam membentuk variasi bentuk hidung. Menurut peneliti, sinus ini tampaknya memberikan ruang tersendiri bagi hidung.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa hal ini ada kaitannya dengan bentuk wajah seseorang secara keseluruhan. Namun ketika peneliti menemukan sejumlah partisipan yang ukuran wajahnya hampir sama, sinus maxillary terlihat memberikan perbedaan nyata antara partisipan keturunan Eropa dengan keturunan Afrika.

Pasalnya, sinus maxillary partisipan keturunan Eropa 36 persen lebih besar ketimbang Afrika. Karena orang Eropa cenderung memiliki bentuk hidung yang lebih sempit.

Kemudian, Nathan Holton juga menjelaskan bahwa variasi bentuk hidung sepertinya berkaitan dengan proses adaptasi seseorang terhadap iklim tempat tinggalnya. “Hal ini karena hidung harus bisa memanaskan dan melembapkan udara yang kita hirup dengan baik,” katanya.