Home  »  Opinion   »  
Opinion

Mengenal 6 Tingkatan Tolok Ukur Keberhasilan Content Marketing

[Foto: pixabay.com]
Content marketing bukanlah suatu model dalam digital marketing yang baru-baru ini digunakan. Content marketing telah familiar dengan para marketer sejak bertahun lalu, bahkan sebelum tren digital marketing menjadi sedemikian berkembang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Di satu sisi, content marketing merupakan satu bentuk marketing paling mudah yang bisa dilakukan oleh marketer untuk mencapai tujuan bisnis. Namun, di sisi lain juga berat. Hal ini terutama jika kaitannya dengan pengukuran atau indikator yang bisa digunakan untuk mengukur apakah proses marketing yang dilakukan sudah berhasil atau belum.

Secara umum, ada beberapa tingkatan yang biasa digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu proses marketing. Ini bisa jadi berbeda satu sama lain. Lagi-lagi hal itu tergantung pada business objective masing-masing. Namun, secara umum ada enam tingkatan area yang bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan pengukuran keberhasilan content marketing. Tingkatan tersebut meliputi: brand awareness; engagement; lead generation; customer conversion dan sales; customer loyalty; dan juga website performance. Masing-masing area tersebut didasari dari tujuan yang berbeda dan oleh karena itu juga memiliki metriks yang berbeda.

1. Brand awareness

Brand awareness menjadi tingkatan pertama untuk mengukur keberhasilan content marketing dalam sebuah bisnis. Brand awareness mendorong sebuah bisnis untuk mencapai popularitas tertinggi, yang dalam kaitannya dengan content marketing, berarti ada di top rank search engine, dan tak lupa di hati para customer. Satu hal yang menjadi catatan adalah brand awareness memiliki makna yang berbeda di pikiran setiap orang. Oleh karena itu, sebelum menentukan indikator untuk mengukur keberhasilan content marketing pada area ini, pastikan perusahaan sendiri, yakni Anda dan tim, memiliki kesepakatan dalam menentukan metriks serta channel mana yang menjadi prioritas dalam bisnis.


Dalam hal menentukan metriks, Anda harus mengukur jangkauan dari berbagai channel yang Anda gunakan dalam sebaran konten. Misalnya saja melalui social media. Anda dapat mengukurnya dengan menghitung sejauh mana jangkauan yang Anda dapatkan dari setiap konten yang Anda post, termasuk juga jumlah followers, media coverage, dan lain sebagainya.

2. Engagement

Engagement mengukur tidak hanya sebatas pada seberapa banyak jangkauan yang mampu dicapai sebuah post yang Anda sebarkan, tetapi juga interaksi yang diciptakan terhadapnya. Misalnya saja jika Anda menggunakan media sosial seperti Facebook atau Twitter, selain mengukur reach, Anda juga harus mengukur berapa jumlah retweet, share, maupun like yang diperoleh.

3. Lead generation

Tingkatan ketiga bisa dibilang sebagai salah satu kunci pokok yang harus diperhatikan oleh setiap content marketer. Hal ini dikarenakan pada tingkatan ini, user diharapkan mencapai tahapan yang lebih kompleks. Misalnya saja jika Anda menggunakan blog sebagai media untuk content marketing, Anda bisa menghitung berapa subscriber yang didapatkan dari setiap post yang baru diunggah. Selain itu, Anda bisa juga menghitung seberapa jumlah download untuk setiap penawaran yang diberikan melalui email. Tak hanya sebatas itu, Anda juga harus menganalisis pada konten apa yang paling banyak menghasilkan lead dan melalui channel apa mereka mencapai tahapan ini.

4. Customer conversion dan sales

Tingkatan ini adalah moneymaker yang sesungguhnya. Sebab, jika pada tingkatan marketer adalah untuk mendapatkan customer, maka di tingkat ini aktivitas customer diharapkan dapat menghasilkan transaksi yang memberikan revenue terhadap bisnis. Dalam content marketing, cara paling praktis untuk mengukur keberhasilan di tingkatan ini adalah dengan menghitung ROI (Return on Investment). Ini termasuk menghitung seluruh marketing efforts seperti proses kreatif, technical time, biaya software, dan biaya lainnya. Dengan menghitung ROI, marketer akan mengetahui sejauh mana proses marketing dapat dikatakan berhasil atau tidak.

5. Customer royalty

Pada tahapan ini, tugas marketer mulai berkutat pada data customer meliputi seberapa sering mereka membeli sebuah produk melalui channel yang sama. Misalnya karena post di sebuah media sosial ataupun email penawaran. Selain itu, marketer juga harus mulai membedakan apakah proses transaksi yang terjadi didapat karena channel content marketing ataupun channel lain. Sebab biasanya dalam sebuah bisnis digunakan lebih dari satu channel untuk menggaet audiens dan mencapai customer royalty.

6. Website performance

Last but not least adalah website performance. Website performance barangkali menjadi tingkatan yang tidak boleh diabaikan dalam content marketing, sebab dari sini kita dapat mengetahui keseluruhan customer behavior dan bagaimana proses content marketing secara utuh. Kita bisa melihat berbagai data seperti berapa jumlah unique visitor dan pageviews hingga content mana saja yang menjadi top performer.