Home  »  Tips & Guide   »  
Tips & Guide

Mengenal Lebih Jauh ADHD

Oleh: Ratih Ibrahim 
Psikolog 
 
Mengingat peran orang tua sangat dibutuhkan bagi anak penderita ADHD, kemampuan mengenali ciri-ciri anak yang menderita gangguan tersebut sangat penting. 
 
ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) merupakan salah satu gangguan perilaku yang sebenarnya sudah ada sejak lama, namun baru mulai diidentifikasi oleh dunia medis pada tahun 1980-an. Pada saat itu namanya masih ADD (Attention Deficit Disorder) dan mulai dicantumkan pada buku panduan psikiatris: DSM (Diagnostic Statistical Manual) III. Pada tahun 1994, istilah tersebut kemudian diganti menjadi ADHD. 
 
Apa itu ADHD? 
 
Sesuai namanya, ADHD merupakan gangguan kesulitan berkonsentrasi dan hiperaktif. Dalam DSM, yang terbaru adalah DSM-V, gangguan ini diklasifikasikan menjadi tiga subtipe gangguan, yakni tipe gangguan hyperactivity-impulsivity, tige gangguan inattentive, dan tipe gangguan kombinasi keduanya. 
 
Hyperactivity-impulsivity adalah tipe gangguan dimana seorang anak menunjukkan perilaku sulit duduk tenang, terus-menerus bergerak, dan sering kali melakukan tindakan-tindakan yang impulsif, yakni tanpa dipikirkan terlebih dahulu konsekuensi atau akibat dari tindakannya. 
 
Inattentive merupakan tipe gangguan ketika seorang anak sulit mempertahankan konsentrasinya selama rentang waktu tertentu sesuai dengan usianya dan sangat mudah teralihkan perhatiannya oleh stimulus-stimulus lain di luar dirinya. 
 
Ciri-ciri anak ADHD 
 
Berkaitan dengan gangguan ini, fenomena yang sering terjadi adalah banyak orang tua mendatangi psikolog, psikiater, dan dokter anak karena khawatir anaknya mengalami ADHD. Memang, gangguan ini sudah dapat diidentifikasi pada seorang anak sejak dini, bahkan kemunculan gejalanya sudah terjadi sejak sebelum seorang anak menginjak usia 7 tahun. Akan tetapi, untuk mendiagnosa apakah seorang anak sungguh mengalami ADHD banyak hal yang harus diperhatikan. Hal ini disebabkan ciri khas anak yang aktif dan terus-menerus bergerak, khususnya saat usia pra-sekolah. 
 
Orang tua harus waspada ketika antara lain apabila anak sulit tidur secara teratur, suka pilih-pilih makanan dan sering tidak menghabiskan makanannya, gelisah tanpa sebab yang jelas saat tidur, emosi meledak-ledak, serta berjalan atau berlari dengan berjinjit. 
 
Anak yang mengalami gangguan ADHD juga mengalami gejala sulit dikendalikan dan sangat mudah teralihkan perhatiannya pada dua atau lebih setting sosial secara sekaligus, misalnya di rumah dan tempat bermain atau di rumah dan sekolah. Jadi, apabila di rumah ia sulit dikendalikan namun di situasi sosial lain tidak ada keluhan, artinya ia tidak mengalami ADHD melainkan kemungkinan besar ada masalah dalam keluarga. Selain itu, orang tua juga perlu menyelidiki lebih lanjut perilaku anak apabila tingkah laku yang ditunjukkannya mengganggu kehidupan sosial dan prestasi akademiknya. 
 
Apakah ADHD dapat disembuhkan?
 
Apakah gangguan ADHD dapat disembuhkan ataukah tidak jawabannya tergantung, yakni apakah gangguan yang terjadi merupakan gangguan ADHD murni ataukah ADHD tidak murni. Jika ADHD murni maka gangguan ini tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikurangi dan ditekan gejalanya, sehingga mampu tampil normal seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya. Namun, jika ADHD yang terjadi bukan ADHD murni maka gangguan ini dapat diatasi dan disembuhkan hingga gejalanya hilang sama sekali. 
 
Adapun ADHD murni disebabkan adanya kelainan pada neurotransmitter otak dan hormon dopamine. Neurotransmitter berfungsi untuk memampukan manusia berfokus pada satu hal dan mengabaikan rangsangan lainnya. Kelainan itulah yang membuat penderita ADHD menjadi tidak fokus dan sangat mudah teralihkan perhatiannya, misalnya dengan bunyi ketukan di pintu, suara bisik-bisik di sekitar, dan alat tulis yang terjatuh. Sementara hormon dopamine yaitu hormon yang menyebabkan perasaan tenang dan nyaman memiliki peran sangat penting dalam mengatur fungsi motorik, meregulasi emosi, mengendalikan motivasi dan perasaan senang. Kelainan pada fungsi ini menyebabkan seseorang sulit mengendalikan perilaku dan emosinya. 
 
Sementara ADHD tidak murni lebih disebabkan oleh faktor pengasuhan di dalam keluarga dan di dalam lingkungan sehingga apabila pola pengasuhan kepada Anak diperbaiki menjadi lebih baik maka gejala ADHD yang tampak dapat hilang dengan sendirinya. 
 
Apakah ADHD hanya terjadi pada anak-anak? 
 
Meskipun banyak gangguan ADHD yang terjadi pada anak usia sekolah, sebenarnya gangguan ADHD dapat dialami oleh siapa saja. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya penyebab ADHD murni adalah adanya abnormalitas otak dan gangguan fisiologis hanya saja seiring bertambahnya usia gejala yang terlihat semakin lama semakin ringan/berkurang ataupun hilang sama sekali, khususnya jika mendapatkan penanganan yang tepat. Salah satu gejala yang terlihat pada orang dewasa adalah ia akan mudah sekali bosan dengan aktivitas yang dilakukannya dan mudah gelisah. 
 
Hal penting yang harus diperhatikan orang tua 
 
Hal penting yang harus diperhatikan penderita ADHD adalah mereka kerap mendapatkan label negatif dari orang-orang di sekitarnya, bahkan dari orang tua sendiri. Mereka seringkali dicap nakal, malas, dan agresif karena sulit mengendalikan perilaku dan emosinya. 
 
Jika dibiarkan maka akan sangat mempengaruhi secara negatif kondisi kejiwaan anak. Padahal, tidak ada seorang anak pun yang menginginkan dirinya dilahirkan dalam kondisi terganggu kesehatan dan perilakunya. Oleh sebab itu, sangat penting bagi penderita ADHD mendapatkan penanganan yang tepat sedini mungkin.
 
Penanganan bagi penderita ADHD 
 
Banyak sekali treatment yang dapat diberikan baik bagi penderita ADHD dan konseling terutama bagi orang tuanya. Bagi penderita, selain terapi obat, mereka dapat menjalankan terapi sensori integrasi yaitu metode terapi yang digunakan terapis untuk membantu memberikan penjelasan pada beberapa prilaku pada anak penderita ADHD berhubungan dengan permasalahan proses sensori yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi serta regulasi emosi. Kebanyakan terapi sensori integrasi yang digunakan untuk penderita gangguan ADHD dilakukan lewat permainan yang melatih otak seperti puzzle. 
 
Anak penderita gangguan ADHD juga dapat diberikan terapi perilaku untuk meningkatkan terjadinya perilaku yang diharapkan, serta berbagai bentuk terapi lain untuk mengekspresikan emosi dan mengembangkan potensi diri. Sebagai contoh, art therapy, music therapy, dan terapi bermain. Terapi kognitif dan konseling individual pun dapat dilakukan baik secara langsung pada si penderita maupun kepada orang tuanya, dengan berbagai macam tujuan spesifik di dalamnya, tergantung kebutuhan. 
 
Gangguan ADHD dapat membawa perkembangan jiwa yang buruk dan bahkan dapat berakibat fatal untuk karir dan masa depan anak. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam membimbing anak ADHD/Anak Hiperaktif dengan kesabaran yang tinggi sehingga mereka dapat mencapai potensi dan keberhasilan baik di rumah maupun di sekolah. 
 
Selain itu, tentu saja masih ada bentuk-bentuk penanganan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan ADHD. Untuk mengetahui jenis penanganan yang tepat, mengingat bentuknya banyak sekali, orang tua disarankan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan paka
rnya. Tujuannya tentu saja agar bentuk penanganan yang dipilih tidak salah dan dapat sungguh-sungguh produktif dan efektif bagi perkembangan perilaku si penderita.