Home  »  Opinion   »  
Opinion

Mengenal Para Digital Moms dan Peluangnya dalam Bisnis

[Foto: pixabay.com]
Berubahnya teknologi membawa pengaruh pada bagaimana seseorang berkomunikasi dan juga mengolah informasi. Tak hanya terjadi pada generasi millennial di mana semenjak kelahirannya mereka sudah terpapar teknologi atau kerap juga disebut sebagai digital native, hal ini juga berpengaruh pada ibu-ibu muda yang kerap disebut dengan istilah digital moms.

Digital moms merujuk pada istilah untuk menyebut mereka, para internet user, yang memiliki anak di bawah usia 18 tahun. Sebagian digital moms ini memiliki anak-anak yang masuk di kategori digital native dan semuanya termasuk ke dalam generasi millennial. Bahkan tak jarang para digital moms ini juga termasuk ke dalam millennial itu sendiri. Terlebih seperti di Indonesia di mana banyak pasangan usia muda yang sudah memiliki anak.

Sebagai satu kategori konsumen yang memiliki segmentasi tersendiri, Google mengidentifikasi para digital moms ini ke dalam beberapa karakteristik yang bisa dibilang cukup unik. Karakteristik ini wajib untuk dipahami setiap pelaku bisnis di internet, mengingat para digital moms ini merupakan satu kelompok konsumen besar yang memiliki peluang cukup strategis. Pertama, karena digital moms ini akrab dengan internet sehingga pendekatan pada mereka tak memerlukan usaha yang ekstra. Kedua, secara finansial mereka relatif lebih stabil dibandingkan jika kita menargetkan pasar remaja yang umumnya adalah anak-anak dari para digital moms ini. Ketiga, mereka memerlukan berbagai produk khusus yang sangat memikat hati, seperti perawatan kecantikan, keperluan anak, hingga penunjang gaya hidup seperti fashion dan barang kebutuhan rumah tangga.

Digital moms melakukan riset produk secara online


Menurut data dari Google Consumer Barometer, sebanyak 55% digital moms di seluruh dunia melakukan riset online sebelum melakukan transaksi. Riset ini dilakukan secara intensif, bahkan bisa dibilang sangat intensif dibandingkan pengguna internet yang lain. Meski penggunaan komputer masih menjadi dominan, yakni sebanyak 75%, tetapi pertumbuhan pengguna mobile juga tak kalah pesat. Terutama bagi digital moms yang memiliki anak di bawah usia satu tahun. Umumnya mereka menggunakan perangkat mobile untuk mengakses informasi seputar produk yang dibelinya hingga mencari referensi dan saran serta perbandingan harga sebelum mereka berbelanja. Lebih dari 26% digital moms menggunakan smartphonenya untuk mencari produk di search engine untuk rekomendasi toko terdekat. Mereka juga cukup piawai untuk mengumpulkan informasi lintas channel, baik melalui mesin pencari, situs resmi produk itu sendiri, hingga menggunakan media sosial.

Mereka sudah akrab dengan belanja online

Tak hanya aktif mencari informasi di internet, para digital moms ini umumnya juga melakukan kegiatan belanja online. Google Consumer Barometer menyebut hal ini sebagai, “mereka telah menyadari belanja online sebagai sebuah cara yang mudah dan simpel untuk mendapatkan berbagai kebutuhan mereka”. Alih-alih berbelanja di pusat perbelanjaan sambil mengawasi anaknya, 35% dari digital moms ini memilih untuk berbelanja online seperti kebutuhan bayi ataupun pakaian anak. Di antara para customer online ini, sekitar 10% yang menggunakan smartphone untuk bertransaksi. Sebanyak 23% merupakan ibu muda dengan anak berusia kurang dari satu tahun.

Mereka berbakat menjadi brand ambassador

Laiknya orang berkeluarga, para digital moms ini juga memiliki lingkaran sosial yang cukup luas. Katakanlah dalam kelompok arisan keluarga, kelompok teman sesama alumni, atau kelompok tetangga. Satu dari tiga digital moms menceritakan pada orang lain mengenai brand atau produk tertentu yang mereka suka. Tak hanya di Indonesia, trend ini juga terjadi di seluruh dunia, di mana para digital moms umumnya aktif melakukan komunikasi dan interaksi ke sesama digital moms maupun orang lain yang tidak termasuk ke dalam kategori ini. Lebih dari 40% digital moms aktif memberikan komentar ataupun tanggapan terhadap produk yang digunakan oleh temannya. Sehingga, apabila Anda berhasil “mencuri” perhatian mereka, bisa dipastikan produk Anda sangat terbantu brandingnya. Sebaliknya, Anda juga harus hati-hati terhadap setiap ketidakpuasan pelanggan dari golongan ini karena bisa dipastikan akan berdampak pada citra yang buruk pada produk Anda.