Home  »  Opinion   »  
Opinion

Menghidupi Semangat Perayaan Hari Perempuan Sedunia di Era Digital

[Foto: pixabay.com]
Perayaan Hari Perempuan Sedunia disambut dengan berbagai respons di sejumlah wilayah. Sebagian besar menyuarakan aksi terkait kekerasan yang masih banyak terjadi pada perempuan. Ada pula yang menyuarakan ketidaksetaraan gender di tempat kerja serta berbagai hal yang dianggap sebagai pelecehan atas kaum perempuan. Di sisi lain, perayaan Hari Perempuan Sedunia juga disambut dengan pesta diskon produk-produk e-commerce sebagai bentuk apresiasi terhadap perempuan-perempuan di seluruh dunia.

Pada dasarnya, masing-masing orang memiliki caranya sendiri-sendiri dalam merayakan Hari Perempuan Sedunia, termasuk juga Google. Dalam momen istimewa tersebut, Google mengeluarkan rilis berupa data pengguna YouTube di kalangan perempuan. Istimewanya, tulisan tersebut dibuat oleh seorang perempuan bernama Kate Stanford, yang juga merupakan Director of YouTube Ads Marketing.

Isu seputar perempuan masih merupakan hal yang renyah untuk dibahas. Selalu ada hal dari perempuan yang menarik untuk menjadi topik pembicaraan. Seperti ketika World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa gender pay gap akan terus terjadi, yakni sekitar 23%, hingga tahun 2186. Report itu mungkin menjadi salah satu pemantik isu seputar perempuan paling klasik, yakni tentang perempuan dan pekerjaan.


Dalam banyak budaya, perempuan menjadi pihak yang selalu dinomorduakan. Tidak hanya di Indonesia yang sangat lekat dengan budaya patriarki, di Barat pun isu ketimpangan gender masih menjadi bahasan utama yang banyak diperjuangkan para feminis di sana. Sebagai bagian dari masyarakat, perempuan memang tidak bisa sepenuhnya lepas dari nilai-nilai dan stereotype yang mengakar bahkan menjadi bagian dari kultur yang sulit sekali dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Misalnya saja perihal pembagian tugas. Dalam kehidupan masyarakat kita, masih saja ada anggapan bahwa perempuan umumnya memiliki peran utama dalam pekerjaan di sektor domestik. Sebaliknya, laki-laki berada di sektor publik. Tak hanya itu, perempuan pun masih lekat dengan stereotype-stereotype tertentu, seperti kesukaan mereka pada topik-topik yang cenderung feminin, dan lain sebagainya.

Sebagian besar perempuan lebih menyukai topik seputar karier daripada kecantikan

Faktanya, seiring dengan bergulirnya waktu, ada banyak hal yang berubah dari kehidupan perempuan-perempuan ini. Termasuk pada apa yang menjadi preferensi mereka, pola pikir mereka, hingga pola konsumsi mereka —jika dikaitkan dengan bisnis ataupun marketing.

Menurut YouTube Data tahun 2015, sebagian besar perempuan justru lebih tertarik dengan topik seputar entrepreneur dibanding dengan topik seperti kecantikan atau gaya hidup. Mereka juga lebih menikmati konten berupa berita seputar teknologi, bisnis, ataupun tren wirausaha secara global. Mereka menikmati berbagai konten yang berguna untuk kemajuan kariernya dan kemampuan dirinya secara profesional.

Bahkan, menurut riset dari Google, para perempuan dari generasi millennial ini tetap mengutamakan apa yang menjadi kebutuhan pribadinya meskipun statusnya telah berubah menjadi orang tua. Mereka adalah orang-orang yang passionate, termasuk dalam karier atau hal-hal yang menjadi hobinya.

Kehadiran teknologi menambah satu keuntungan bagi orang-orang, tak terkecuali bagi perempuan-perempuan di seluruh dunia. Bagaimanapun, kehadiran teknologi semakin membukakan pikiran setiap perempuan untuk memandang dunia secara lebih luas. Mereka tergerak untuk semakin produktif dan juga menginspirasi orang lain.

Melihat hal ini, sebagai seorang marketer, tugas kita sebenarnya tidak hanya memahami apa yang menjadi kebutuhan customer untuk menyajikan produk yang sesuai dengan mereka. Namun, lebih dari itu, kita juga harus turut mendukung kemajuan di berbagai bidang untuk perempuan-perempuan, terutama mereka yang masih terjebak dalam kultur dan stereotype keliru yang menghambat kemajuan hidupnya. Tentunya, sebagai orang marketing, kita juga harus turut aktif mempersuasi setiap orang demi kehidupan yang lebih baik.