Home  »  Review   »  
Review

Mengulas UrbanHire.com – Platform Perekrutan Karyawan Buatan Lokal

[Foto: Memegang Logo, Benson, Jepri, Hengki]
Pada 11 Maret 2016 lalu, platform perekrutan karyawan buatan lokal UrbanHire.com meluncurkan fitur barunya, “UrbanHire Search”. Di dalam rilis pers yang kami terima, CEO UrbanHire Benson Kawengian menyatakan bahwa dengan fitur ini pencari kerja tidak perlu lagi mengunjungi banyak situs untuk menemukan pekerjaan impiannya. Cukup mencari dengan Urbanhire Search, berbagai informasi lowongan kerja dari beberapa situs bisa didapatkan di satu tempat, walaupun dari pengalaman saya, hasilnya belum maksimal.

Sebagai contoh, saya mencoba mencari pekerjaan dengan kata kunci “digital marketing”. Harapannya hasil pencarian yang muncul kurang lebih “digital marketing specialist”, “social media admin”, atau mungkin “digital marketing manager”. Tetapi hasil pencarian dari Urbanhire Search mayoritas masih kurang sesuai.

 

Saya mencoba dengan menggunakan kata kunci berikutnya “web developer”. Kali ini hasilnya juga masih kurang maksimal. Walaupun ada banyak lowongan yang terkait web development, tetapi 2 hasil pencarian paling atas justru tidak ada hubungannya dengan web development.

 

Hasil pencarian yang kurang maksimal bukan karena sedikitnya data informasi lowongan kerja yang diproses Urbanhire. Di dalam rilis persnya, Urbanhire menyatakan telah menjalin kerjasama dengan portal pencarian kerja Indeed.com, Trovit, CareerJet, Karejo dan ITB Career Center. Ini artinya data informasi lowongan pekerjaan yang mereka olah harusnya sudah cukup banyak. Melihat contoh hasil pencarian lowongan kerja di atas juga bisa kita lihat jika sebenarnya hasil pencarian yang lebih akurat sudah tersedia, hanya saja urutan prioritasnya yang masih perlu diperbaiki.

Menargetkan Pasar Asia

Startup yang dibangun oleh Benson bersama duo engineer handal Hengki Sihombing (CTO) dan Jepri Sinaga (SVP Product) ini sejak awal terlihat mentargetkan pasar internasinal, kemungkinan besar pasar Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari sejumlah materi pemasaran dan konten video situs Urbanhire yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris.

Walaupun terlihat agak mengabaikan pasar Indonesia (dengan penggunaan antarmuka Bahasa Inggris), saya rasa arah Urbanhire yang mengejar pasar Asia Tenggara tidak salah. Di mata investor tentu ini lebih menjual. Dan setidaknya mereka melakukannya tidak dengan setengah-setengah. Materi video mereka terlihat serius dan profesional. Voice over yang digunakan menggunakan penutur bahasa Inggris natural. Selain itu desain tampilan situsnya pun terlihat sangat profesional.

Sempat berjalan secara bootstrap (modal sendiri), saat ini Urbanhire tercatat sudah mendapatkan investasi dari RMKB Ventures, Marissa Soeryadjaya (dari keluarga Soeryadjaya -pendiri Astra), Megain Widjaya (dari keluarga pendiri Sinarmas), dan Farrel Sutantio (Cimory Group).

Produk

Proses perekrutan karyawan bukan perkara yang mudah. Selain urusan memproses calon karyawan di tiap tahap, urusan administrasi dokumennya pun cukup kompleks.

Alur prosesnya biasanya seperti ini: Tim dari bagian SDM (Sumber Daya Manusia) biasanya akan mempublikasikan informasi lowongan kerja di berbagai tempat, baik itu di portal pencarian kerja, situs perusahaan itu sendiri, maupun manual melalui surel (email).

Masalah awal biasanya adalah ketika tim SDM harus berulangkali memasukkan informasi lowongan kerja ke berbagai tempat. Ini memakan waktu yang cukup banyak.


Setelah itu, akan datang lagi masalah baru. Setelah banyak yang memasukkan aplikasi, tim SDM harus mensortir ratusan aplikasi yang masuk di berbagai portal tersebut, termasuk yang datang melalui surel dan situs perusahaan. Ini belum lagi jika ditambah keharusan untuk memasukkan datanya ke dalam sistem perekrutan yang digunakan di internal perusahaan (SAP atau Oracle, misalnya).

Dengan Urbanhire, tim SDM cukup memasukkan informasi lowongan kerja di satu tempat saja, dan informasi ini akan otomatis masuk di berbagai portal lowongan kerja -yang sudah bekerjasama dengan Urbanhire. Selain itu, perekrutan melalui situs perusahaan pun bisa digantikan dengan menempelkan halaman dari Urbanhire yang bisa disesuaikan dengan tampilan situs perusahaan.

Untuk aplikasi yang masuk melalui email, Hengki pernah mengatakan kepada LABANA jika nantinya akan bisa diintegrasikan secara langsung juga. Tetapi Hengki belum menyebutkan detailnya.

Tantangan berikutnya tentu adalah jika Urbanhire bisa mengintegrasikan seluruh aplikasi yang masuk dari berbagi portal lowongan kerja itu ke satu tempat. Ini mungkin cukup sulit, mengingat portal-portal lowongan kerja tersebutkan juga menawarkan jasa yang hampir serupa dengan Urbanhire.

Pipeline

Di dalam video yang demo akun Urbanhire bagi kliennya, ada satu bagian yang disebut pipeline. Ini merupakan alur proses dari mulai informasi lowongan ditampilkan, hingga ke proses pengangkatan karyawan atau penolakan calon karyawan.

Sayangnya video ini tidak menyebutkan apakah pipeline ini bisa diubah sesuai alur proses perekrutan masing-masing klien atau tidak. Hal ini cukup krusial, mengingat alur proses perekrutan karyawan di tiap perusahaan tidaklah sama.

[Update: Konfirmasi dari Hengki, Pipeline ini bisa disesuaikan dengan keinginan klien]

Sebagai perbandingan, untuk perusahaan yang menggunakan Jobstreet, fitur serupa disebut sebagai folder (misal: Unprocessed, Prescreened, dll). Aplikasi calon karyawan yang masuk nantinya bisa dipindah-pindah  antar folder.

Selain folder yang sudah tersedia secara bawaan, klien Jobstreet juga masih bisa membuat folder sesuai keinginan. Ini akan sangat membantu klien yang menginginkan alur yang berbeda dari yang sudah disediakan oleh platform ini. Jadi kalau meminjam istilah Urbanhire, di Jobstreet, alurnya tidak harus mengikuti pipeline yang sudah disediakan.

Persaingan

Sudah jelas memang jika model bisnis Urbanhire adalah B2B (business to business). Klien mereka adalah perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan seperti yang saya ceritakan di atas.

Jika Urbanhire menargetkan pasar UKM atau startup, pesaingnya tidak banyak. Pesaing yang paling dekat adalah Rekruta -startup yang model bisnis dan layanannya hampir serupa dengan Urbanhire.

Tetapi jika Urbanhire menargetkan mendapatkan klien perusahaan-perusahaan multinasional, mereka harus siap bersaing dengan pemain lama yang sudah lama memegang klien besar di Indonesia. Pemain lama ini di antaranya adalah Taleo. Saat ini Taleo digunakan oleh Unilever, Tetrapak, Manulife, Reckitt Benckiser, dll.

Tetapi tentunya calon klien berkantong tebal tidak hanya perusahaan multinasional saja. Perusahaan dari Indonesia seperti Djarum, Bank BCA, Garuda Indonesia, Lippo, dll, tentunya masih bisa menjadi target mereka.

Teknologi

Hengki menuturkan pada LABANA beberapa teknologi yang digunakan di belakang Urbanhire. Untuk basis pengembangan aplikasi Urbanhire menggunakan NodeJS dan untuk basis data, salah satunya adalah MongoDB. Tidak ada alasan khusus sebenarnya kenapa Hengki dan Jepri memilih menggunakan teknologi ini. Pada dasarnya mereka memang sudah familiar dengan NodeJS maupun MongoDB.

Sebelum mendirikan Urbanhire, Hengki sempat menjadi tim pengembang MindTalk.com dan OLX Indonesia. Jepri sendiri sebelumnya sempat berkarir di Gushcloud.

 

Kita tunggu saja, siapa tahu URL unilever.taleo.net nantinya berubah menjadi unilever.urbanhire.com.