Home  »  Opinion   »  
Opinion

Meninggal Karena Kanker, Remaja Putri Ini Minta Tubuhnya Diawetkan dengan Metode Kriogenik

[Foto: bbc.com]
Seorang remaja (14) berinisial JS meminta tubuhnya diawetkan setelah ia meninggal. Pada Oktober 2016 lalu, ia meninggal karena sakit kanker yang langka. Kendati mengalami sakit, ia tidak menyerah dan berharap bisa disembuhkan pada masa yang akan datang

Harapan akan sembuh itulah yang membuatnya mengajukan tuntutan agar tubuhnya bisa diawetkan dalam suhu rendah—disebut juga kriogenik—dalam jangka waktu yang lama. Metode kriogenik adalah proses pengawetan tubuh dengan harapan tubuh bisa kembali disadarkan pada masa yang akan datang.

Ia pun berharap dapat disembuhkan pada masa yang akan datang, ketika sudah ditemukan pengobatan yang mujarab untuk mengatasi kanker.

“Saya diminta untuk menjelaskan mengapa saya ingin melakukan hal tidak biasa ini. Saya berusia 14 tahun dan saya tidak ingin mati. Namun faktanya saya tahu (kalau saya akan mati). Saya berpikir pengawetan dengan metode kriogenik memberi saya kesempatan untuk sembuh dan ‘hidup kembali’,” ungkap remaja tersebut, seperti dilansir dari The Guardian.

Remaja itu menulis permohonan kepada hakim bahwa ia ingin ‘hidup lebih lama’ dan tidak ingin ‘dikubur dalam tanah’. Tidak disangka, pengadilan pun mengabulkan permohonan gadis tersebut dan memberi wewenang kepada para ilmuwan dan dokter untuk mengawetkan mayatnya menggunakan metode kriogenik. Harapannya tentu agar remaja itu bisa dihidupkan kembali di lain waktu.

Seperti dilansir dari BBC, detail mengenai kasus remaja tersebut baru saja dirilis kepada publik. Selama beberapa bulan terakhir dalam hidupnya, remaja yang tinggal di daerah London, Inggris itu menggunakan internet untuk mencari tahu tentang metode kriogenik.


Saat ini, tubuh remaja tersebut sudah dibawa ke Amerika Serikat dan diawetkan dengan metode kriogenik. Di Amerika Serikat dan Rusia, terdapat fasilitas pengawetan tubuh dengan metode kriogenik di mana tubuh diawetkan dalam nitrogen cair dalam suhu sangat rendah (lebih rendah dari 130 derajat Celcius).

Pada kasus ini, biaya pengawetan tubuh untuk waktu yang tidak terhingga ditetapkan sebesar £37.000 yang ditanggung keluarga ibu pemohon.

Meski diizinkan, namun Hakim Peter Jackson yang menangani kasus langka ini, mengatakan teori ilmiah yang mendasari kriogenik sangatlah spekulatif, kontroversial, dan berbenturan dengan etika.

“Di sisi lain, metode seperti kriogenik, pelestarian sel dan pembekuan jaringan, dianggap sebagai proses yang terkenal canggih di cabang pengobatan masa kini. Misalnya, pelestarian sperma dan embrio sebagai bagian dari perawatan kesuburan. Nah, metode krigeonik sangat ekstrem,” ujar Jackson.

Sejak 1960, proses pengawetan jenazah dengan cara pembekuan sel hanya dilakukan beberapa ratus kali. Tubuh harus dalam kondisi siap, tidak lama setelah kematian, idealnya beberapa menit. Setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazah harus mendapatkan izin pengangkutan atau pemindahan dari direktur pemakaman resmi.

The Human Tissue Authority (HTA), lembaga eksekutif layanan publik non departemen milik Departemen Kesehatan Inggris mengatakan, meski pihaknya diberi kewenangan pemerintah untuk mengatur penghapusan, penyimpanan, penggunaan dan pembuangan tubuh manusia, organ dan jaringan, namun dalam kasus ini mereka tidak berhak ikut campur.

“Kami mengumpulkan informasi tentang kriogenik untuk menilai sudah sejauh apa metode ini digunakan atau bisa tersedia di masa depan, risiko apa yang didapat, atau bisakah kepercayaan publik meluas,” demikian keterangan dari HTA.

Selain remaja putri berinisial JS tersebut, sebelumnya ada seorang balita yang meninggal dan keluarganya meminta tim rumah sakit melakukan metode kriogenik. Balita bernama Matheryn Noavaratpong (2) itu meninggal akibat kanker otak.

Sebelum memutuskan mengambil langkah kriogenik, pihak keluarga terlebih dahulu menghubungi organisasi yang menyediakan layanan kriogenik yang ada di Amerika bernama Alcor Life Extension Foundation.

Sebelumnya, Matheryn diawetkan di rumah sakit Bangkok. Kini, ia telah dibawa ke Amerika Serikat, tepatnya didaerah Arizona. Dr. Drake dari Alcor Life Extension Foundation mengatakan, otak Matheryn telah diekstrak dan diawetkan dalam stainless baja, dan dimasukkan ke dalam vakum terisolasi yang diisi nitrogen cair.