Home  »  News   »  
News

Menstruasi Membuat Kemampuan Otak Wanita Menurun Sementara?

[Foto: Shutterstock]
Para wanita yang sudah mengalami siklus menstruasi tentu memahami bagaimana tak nyamannya ketika sakit yang disebabkan “tamu bulanan” tersebut mendera. Belum lagi emosi yang sering naik turun, mood yang kurang bagus, dan segala ketidak-nyamanan yang membuat hari-hari semakin berat. Para pria yang memiliki pasangan juga pastinya menyadari perubahan pada pasangannya ketika mereka sedang mengalami menstruasi.

Beberapa wanita mengaku agak kesulitan untuk fokus kepada pekerjaan ketika nyeri dan ketidaknyamanan pada saat menstruasi mendera. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa kemampuan kognitif mereka menurun saat sedang datang bulan. Kondisi ini populer dengan istilah “period brain.” Namun benarkah “period brain” ini ada?

Sebuah studi baru yang diterbitkan di Frontiers in Behavioral Neuroscience akan mengubah cara kita memandang siklus menstruasi. Meskipun sering diasumsikan bahwa siapa pun yang sedang menstruasi tidak sedang berada dalam kondisi mental yang prima, Profesor Brigitte Leeners dan tim penelitinya telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa itu adalah pandangan yang keliru.

Mereka meneliti tiga aspek kognisi di dua siklus menstruasi, dan menemukan bahwa kadar estrogen, progesteron dan testosteron di sistem wanita yang sedang menstruasi tidak berdampak pada memori kerja, bias kognitif atau kemampuan mereka untuk memperhatikan dua hal sekaligus.


Sementara beberapa hormon dikaitkan dengan perubahan pada satu siklus pada beberapa wanita menjadi sampel penelitian, efek ini tidak berulang dalam siklus berikutnya. Secara keseluruhan, tidak satu pun hormon yang diteliti tim memiliki pengaruh yang dapat terulang dan konsisten terhadap kemampuan kognitif otak dari para sampel.

“Sebagai spesialis dalam pengobatan reproduksi dan psikoterapis, saya berurusan dengan banyak wanita yang memiliki kesan bahwa siklus menstruasi mempengaruhi kesejahteraan dan kinerja kognitif mereka,” kata Profesor Leeners yang memimpin penelitian. “Kami penasaran jika anekdot ini bisa dibuktikan secara ilmiah—dan kami juga mempertanyakan metodologi dari banyak penelitian yang ada mengenai masalah ini—dan mulai melakukan penelitian untuk menjelaskan topik kontroversial ini.”

Studi yang diterbitkan baru-baru ini menggunakan sampel yang jauh lebih besar dari biasanya, dan—tidak seperti kebanyakan penelitian serupa—mereka meneliti dan mengawasi paara wanita yang menjadi sampel di dua siklus menstruasi berturut-turut.

Tim yang bekerja dari Medical School Hannover dan University Hospital Zürich ini merekrut 68 wanita untuk menjalani pemantauan terperinci untuk menyelidiki perubahan dalam tiga proses kognitif yang dipilih pada tahap yang berbeda dalam siklus menstruasi. Sementara analisis hasil dari siklus pertama menunjukkan bahwa bias dan perhatian kognitif terpengaruh, hasil ini tidak direplikasi pada siklus kedua. Tim mencari perbedaan kinerja antara individu dan perubahan kinerja individu dari waktu ke waktu, dan tidak menemukannya.

“Perubahan hormonal yang terkait dengan siklus menstruasi tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kinerja kognitif. Meskipun mungkin ada pengecualian pada setiap individu, kinerja kognitif wanita pada umumnya tidak terganggu oleh perubahan hormonal yang terjadi pada siklus menstruasi,” kata Profesor Leeners.

Dia juga memperingatkan, bagaimanapun, bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sementara penelitian ini merupakan langkah maju yang berarti, sampel yang lebih besar, substitusi perempuan yang lebih besar dengan gangguan hormon, dan tes kognitif lebih lanjut akan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana siklus menstruasi mempengaruhi otak. Sementara itu, Profesor Leeners berharap pekerjaan timnya akan memulai proses perubahan pikiran yang panjang tentang menstruasi.