Home  »  News   »  
News

Pendiri Uber Travis Kalanick Mundur dari Posisi CEO

Travis Kalanick [Foto: Wikimedia]
Travis Kalanick (40) mengundurkan diri sebagai CEO Uber pada hari Selasa, 20 Juni lalu. Uber adalah layanan pemanggil transportasi online yang dia dirikan pada tahun. Dia telah membangun Uber menjadi sebuah perusahaan transportasi kolosal, namun kemudian dia mengalami masalah dengan para pemegang saham, yang membuatnya tidak dapat dipertahankan untuk tetap menjadi CEO di perusahaan tersebut.

Kalanick mendapat tekanan untuk mundur setelah berjam-jam drama yang melibatkan investor Uber, menurut dua orang yang mengetahui situasinya, tidak boleh disebutkan identitasnya karena informasi rahasia yang mereka sampaikan.

Sebelumnya pada hari Selasa, lima investor utama Uber menuntut agar CEO segera mengundurkan diri. Para investor termasuk salah satu pemegang saham terbesar Uber, perusahaan modal ventura Benchmark, yang menempatkan salah satu mitranya, Bill Gurley, di dewan Uber. Para investor mendesak Kalanick untuk mengundurkan diri dalam sebuah surat yang disampaikan kepadanya saat dia sedang berada di Chicago, menurut informan tersebut.

Dalam surat yang bertajuk “Moving Uber Forward” yang diperoleh The New York Times, para investor menulis kepada Kalanick bahwa dia harus segera mundur, dan bahwa perusahaan tersebut memerlukan perubahan dalam kepemimpinan. Kalanick berkonsultasi dengan setidaknya satu anggota dewan Uber dan setelah berjam-jam berdiskusi dengan beberapa investor, dia setuju untuk mengundurkan diri. Dia akan tetap menjabat di dewan direksi Uber.

“Saya mencintai Uber lebih dari apapun di dunia ini dan pada saat yang sulit ini dalam kehidupan pribadi saya, saya telah menerima permintaan para investor untuk turun sehingga Uber dapat kembali membangun dirinya tanpa terganggu dengan masalah yang lain,” kata Kalanick di sebuah pernyataan.


Turunnya CEO ini merupakan ujung dari kemelut seputar kepemimpinan Uber, yang telah menunjukkan kacaunya budaya startup Silicon Valley ini. Rahasia dapur di Uber memang sudah terkuak, dan perusahaan tersebut dikenal sebagai tempat kerja yang rentan pelecehan seksual dan diskriminasi, dan membuat perusahaan berurusan dengan penegakan hukum dan bermasalah dengan para mitra. Semua itu terjadi di bawah kepemimpinan Kalanick, yang telah secara agresif mengantarkan perusahaan menjadi layanan transportasi online paling dominan di dunia dan mengubah wajah industri transportasi di seluruh dunia.

Masalah Kalanick dimulai awal tahun ini, setelah seorang mantan insinyur perempuan Uber menuliskan pengalaman tak menyenangkan dan pelecehan seksual di perusahaan tersebut, yang membuka pintu untuk banyak keluhan lain, sehingga perusahaan mengadakan penyelidikan internal. Sebagai tambahan, Uber telah berurusan dengan tuntutan hukum atas pencurian kekayaan intelektual dari Waymo, perusahaan yang bergerak di bidang kendaraan swakemudi, yang beroperasi di bawah perusahaan induk Google. Selain itu, mereka juga pernah berada dalam penyelidikan federal terkait perangkat lunak yang digunakan Uber untuk menghindari beberapa penegakan hukum.

Uber telah mencoba untuk melewati sejarah sulitnya, yang telah sangat terkait erat dengan Kalanick. Dalam beberapa bulan terakhir, Uber telah memecat lebih dari 20 karyawan setelah melakukan penyelidikan terhadap budaya perusahaan, memulai perubahan besar untuk memprofesionalkan tempat kerja, dan sedang mencari eksekutif baru termasuk seorang chief operating officer (COO).

Kalanick pekan lalu mengatakan bahwa dia akan mengambil cuti tanpa batas dari Uber, sebagian untuk menyendiri dan untuk berduka atas ibunya, yang meninggal bulan lalu dalam sebuah kecelakaan peranu. Dia mengatakan bahwa manajemen sehari-hari Uber akan ditangani oleh sebuah komite yang terdiri dari lebih dari 10 eksekutif.

Pengunduran diri Kalanick membuka diskusi mengenai siapa yang akan menggantikannya sebagai CEO Uber, terutama karena perusahaan itu telah terbentuk dengan citra Kalanick. Selain itu, Kalanick mungkin akan tetap hadir di sana karena dia masih memegang kendali mayoritas saham Uber.

Meminta CEO startup untuk turun adalah hal yang tidak biasa di Silicon Valley, di mana investor sering memuji pengusaha dan agresivitas mereka, terutama jika perusahaan tengah berkembang dengan cepat. Namun saat starup tersebut berada dalam posisi genting atau pendapatannya menurun, pemegang saham bergerak untuk melindungi investasi mereka.

Dalam kasus Uber—salah satu perusahaan swasta yang paling dihargai di dunia—investor bisa kehilangan miliaran dolar jika perusahaan tersebut nilainya turun.

Uber, yang telah mengumpulkan lebih dari USD 11 miliar dari investor sejak didirikan pada tahun 2009, memiliki basis pemegang saham yang besar. Investor Uber meliputi TPG Capital, Dana Investasi Publik Arab Saudi, raksasa reksa dana seperti BlackRock dan perusahaan raksasa seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs.