Home  »  News   »  
News

Peneliti Australia Manfaatkan Drone dan AI Untuk Menghitung Populasi Dugong

[Foto: divecompare.com]
Sensus penduduk merupakan hal yang sudah lazim dilakukan untuk mengetahui demografi dan menghitung jumlah penduduk pada sebuah area. Namun, menghitung jumlah dugong di laut tidaklah semudah itu. Untuk itu, sekelompok peneliti Australia berinisiatif untuk menggunakan teknologi drone dan artificial intelligence (AI) untuk membantu mereka memonitor hewan yang nyaris punah ini.


Dugong (atau duyung) merupakan mamalia laut yang sering ditemukan di daerah perairan Indo-Pasifik, khususnya di Indonesia bagian timur dan utara Australia. Dengan rata-rata berat yang bisa mencapai 420 kg dan panjang 3 meter, dugong bukanlah hewan yang mungil. Namun tetap saja, mencoba menghitung dan menemukannya di lautan lepas bukanlah hal yang mudah. Sementara, untuk melestarikan spesies ini diperlukan adanya pendataan yang akurat terhadap lokasi maupun jumlah dugong yang ada saat ini.

Pada awalnya, peneliti mamalia laut asal Australia Dr. Amanda Hodgson hanya menggunakan drone untuk memotret lautan dari udara. Setelahnya para peneliti berusaha mengidentifikasi dugong tersebut dari kurang lebih 30 ribu foto hanya dengan menggunakan mata mereka. Tentunya, hal ini sangatlah sulit dilakukan dan tentunya membuat para peneliti mudah kehilangan konsentrasi.

Untungnya, seorang ahli AI bernama Dr. Frederic Marie dapat memberikan solusi bagi mereka. Mereka pun lalu menggabungkan teknologi drone dengan software spatial imaging untuk memindai, melacak, memotret, dan mengidentifikasi dugong di area perairan yang sangat luas. Beserta dengan rekannya dari Queensland University of Technology, ia menggunakan sebuah software bernama TensorFlow untuk menciptakan artificial neural network yang bisa digunakan untuk melacak dugong tersebut. Setelah software tersebut mendeteksi dugong pada foto, hasil temuannya akan dicek ulang oleh tim penelitinya Dr. Hodgson.

Para peneliti percaya bahwa metode ini bisa digunakan pada hal-hal lain. Menurut laporan, metode ini juga rencananya akan digunakan untuk memonitor paus, koala, dan hiu.