Home  »  News   »  
News

Peneliti Kembangkan Teknologi Pencitraan 3D untuk Pantau Perkembangan Sel Kanker

[Foto: newscientist.com]
Tak bisa dipungkiri, kehadiran teknologi sudah banyak membantu manusia di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya di bidang kesehatan. Seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh tim gabungan asal University of Tokyo dan RIKEN Qyantitative Biology Center. Para peneliti tersebut berhasil mengembangkan teknologi canggih yang mampu merekam perkembangan sel kanker.

Dalam video, terlihat bahwa sel kanker memiliki kecenderungan khusus sebelum akhirnya menyebar ke berbagai organ. Untuk memantau perkembangan sel kanker, tim peneliti menyuntikkan jaringan kanker pada beberapa tikus percobaan. Sebelumnya, jaringan kanker yang digunakan ini sudah dimodifikasi agar bisa memancarkan cahaya.

Lalu, tim peneliti membiarkan penyakit kanker pada tikus percobaan itu berkembang terlebih dahulu. Kemudian, tim peneliti menggunakan zat kimia khusus yang bisa membuat tubuh dan juga organ-organ dalam tikus terlihat sangat transparan dalam pencitraan 3D.

Dalam pencitraan 3D yang diambil tim peneliti, jaringan normal pada tubuh tikus terlihat berwarna hijau. Sedangkan jaringan kanker pada tubuh tikus terlihat berwarna merah. “Gambar-gambar ini menampilkan koloni kanker dalam detail yang cukup untuk mengalkulasikan bentuk, volume, dan penyebaran mereka,” ungkap satu peneliti Dr. Hiroki Ueda.

Dari pengamatan ini, diketahui bahwa sebagian besar sel kanker mati selama beredar di dalam aliran darah. Peneliti Dr. Kohei Miyazono mengatakan bahwa kondisi ini membuat sel kanker gagal untuk menyebar. Namun setelahnya, sel-sel kanker terlihat mulai memproduksi sinyal-sinyal kimiawi. Sinyal-sinyal kimiawi ini diproduksi untuk membantu sel-sel kanker tersebut tumbuh.


Salah satu sinyal kimiawi tersebut diketahui bernama TGF-beta. Keberadaan TGF-beta bisa memberi perubahan dramatis terhadap kemampuan sel kanker untuk menyebar dan ‘menggerogoti’ jaringan paru.

Melalui jurnal Cell Reports, tim peneliti juga mengungkapkan bahwa sel-sel kanker cenderung tumbuh di beberapa organ terlebih dahulu sebelum menyebar dalam tubuh. Organ-organ tersebut adalah paru-paru, usus, dan hati.

Selanjutnya, tim peneliti akan meneruskan penelitian ke tahap yang lebih luas lagi. Ueda mengatakan, ia dan timnya saat ini sedang mencoba menggunakan pencitraan 3D pada sampel klinis manusia. “Saya harap pembersihan jaringan dan pencitraan 3D pada sampel manusia akan membuat diagnosis (kanker) menjadi lebih mudah, lebih objektif, dan lebih akurat di masa depan,” kata Ueda.

Software 3D mempermudah deteksi dan pengobatan berbagai jenis kanker

Sebelumnya, para ahli dari University of Leeds, Inggris, juga menciptakan teknik untuk menghasilkan gambar 3D berwarna dengan resolusi tinggi dari sebuah jaringan manusia. Software tersebut dirancang untuk mempermudah deteksi dan pengobatan berbagai jenis kanker yang diderita manusia.

Meski mikroskop digital seperti ini bukan merupakan hal baru, namun bentuk gambar 3D dengan resolusi tinggi dinilai sebagai sebuah terobosan menakjubkan dari dunia kesehatan.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal American Journal of Pathology ini diketuai oleh Dr. Darren Treanor dari University of Leeds. Cara kerja software ini adalah menampilkan jaringan manusia dalam bentuk 3D dari berbagai sisi. Dengan demikian, proses pengidentifikasian sel kanker dan metode penyembuhannya semakin mudah dan dinilai menjadi lebih efektif.

Di masa lalu, percobaan pembuatan software dengan menampilkan gambar 3D sudah pernah dilakukan. Namun, resolusi gambar masih sangat rendah dan banyak para ahli yang kesulitan mengambil gambar sebuah jaringan satu per satu.

Lalu, barulah para ahli dari University of Leeds menciptakan scanner digital yang mampu menghasilkan gambar 3D beresolusi tinggi, sehingga memudahkan mereka untuk mendeteksi dan mengobati kanker.