Home  »  News   »  
News

Penelitian: Di Bulan Kemungkinan Terdapat Lebih Banyak Air

[Foto: nationalgeographic.com]
Selama ini, manusia percaya bahwa Bulan memiliki lingkungan yang kering karena tidak terdapat air di sana. Namun, sebuah penelitian jelas menepis anggapan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Brown University menjelaskan bahwa di Bulan kemungkinan masih terdapat lebih banyak air.

Para ilmuwan berhasil menemukan bukti bahwa air terjebak di dalam “manik-manik kaca” dalam abu dan bebatuan purba yang dipancarkan gunung berapi di permukaan Bulan. Bukti tersebut mereka dapatkan melalui metode analisis gambar satelit. Penelitian ini sendiri sudah dipubilkasi di Nature Geoscience.

Ralph Milliken, pemimpin penelitian menyatakan bahwa interior bagian dalam Bulan basah. Temuan ini mungkin merupakan keuntungan bagi misi masa depan ke Bulan. Sebab, air berpotensi diekstraksi dari deposit vulkanik.

Kendati manik-manik kaca vulkanik tidak mengandung banyak air, namun ada banyak bahan vulkanik untuk memberikan cadangan air. Beberapa bidang vulkanik ini mencakup ribuan kilometer persegi dan mungkin beberapa kilometer dalamnya. “Ini lebih banyak air daripada yang sebelumnya diperkirakan,” katanya.

Sementara itu, Milliken mengatakan bahwa temuan sebelumnya tentang air di Bulan tidak diyakini berasal dari sumber asli. NASA mengumumkan sudah menemukan air di Bulan pada 2009. Satu ton permukaan Bulan bisa menghasilkan 32 ons.

Para ilmuwan menduga kristal tersebut mungkin diciptakan oleh angin Matahari yang berinteraksi dengan hidrogen di dataran Bulan. Di kutub Bulan, ada juga sejumlah kecil air beku.


Para ilmuwan percaya, Bulan kering ketika misi Apollo dimulai pada 1960-an. Namun, pemikiran itu berubah pada 2008 saat manik-manik kaca vulkanik yang dibawa kembali oleh misi Apollo 15 dan 17 pada 1971 dan 1972 ditemukan mengandung formasi kristal kecil yang mengandung air.

Namun sayangnya, tidak ada yang tahu apakah sampel Apollo itu mewakili keseluruhan Bulan atau hanya tempat-tempat tertentu yang tidak biasa di permukaan kering. Para ilmuwan di Brown melihat lagi bayangan permukaan Bulan yang diambil dari Moon Mineralogy Mapper, sebuah spektrometer gambar yang terbang di atas pengorbit lunar Chandrayaan-1 India pada 2008.

Gambar-gambar ini menunjukkan materi yang tidak pernah diperiksa oleh misi Apollo sebelumnya. Setelah mengembangkan “koreksi termal” yang memisahkan gambar cahaya dan panas yang dipantulkan, para ilmuwan bisa mengumpulkan data yang menunjukkan bukti manik-manik kaca di hampir semua endapan vulkanik yang tersebar di Bulan.

“Persebaran deposit kaya air ini merupakan hal yang penting,” kata Milliken. “Mereka tersebar di permukaan yang memberitahu kita bahwa air yang ditemukan dalam sampel Apollo bukan hanya di satu titik saja,” tambahnya.

Penelitian yang dibiayai NASA ini membuktikan bahwa Bulan memiliki persebaran air di seluruh permukaan Bulan, sehingga ia tidak sekering yang diduga sebelumnya. Namun sayangnya, meski sumber air baru yang ditemukan banyak, jumlah tersebut masih terbilang sedikit.

“Walaupun jumlah air yang ditemukan oleh peneliti sangat penting dalam hal pemahaman Bulan kita dan bagaimana kita memodelkan interior lunar, namun jumlahnya masih sangat kecil, yaitu sekitar 0,015 persen dari tanah,” ujar Sarah Noble, ilmuwan program di Markas Besar NASA di Washington, D.C.

Dalam penelitian ini, Ralph Milliken dari Brown University dan Shuai Li dari University of Hawaii mengatakan bahwa mereka ingin mengetahui lebih banyak mengenai jumlah air di Bulan.

Ini merupakan penelitian pertama yang mencoba melakukan penyelidikan jumlah air di dalam Bulan, sekaligus memberi jawaban dengan menggunakan pemetaan satelit dari puing-puing vulkanik.